Absence - 14

81 10 0
                                    

"Because I Love You too"

-Arka Martadinata-

.

.......................................................................

"Aku nggak suka matematika Arka!" Alia meneriaki Arka lalu merenggut. Gadis itu membelakangi Arka sambil melipat kedua lengannya.

"Dasar gadis bodoh!"

Alia membalikan tubuhnya "Iya! Kamu aja yang pintar!"

"Zka! Ajarin nih gadis bodoh peliharaanmu!"

Azka terkekeh melihat saudara kembarnya dan teman barunya itu bertengkar hanya karna Alia yang sulit mengerti tentang matematika.

Siapa yang tidak kesal? Alia sudah dari pagi tadi bertandang kerumah Arka hanya untuk belajar matematika, namun perhatian gadis itu teralihkan dengan tontonan yang ada di depannya. Siapa suruh belajar di depan tv!

Dari pagi tadi hingga petang ini, baru tiga soal yang terbahas dan mata Alia berkaca-kaca ketika dapat mengerjakan soal itu. Ia bahagia tentu saja!

"Peliharaan?!" Alia memasang wajah berangnya "Enak aja kamu bilang peliharaan?!"

Tak lama kemudian Alia telah melayangkan bantal sofa pada wajah Arka. Ia memukuli Arka hingga pria itu terjungkal sebab keseimbangan tubuhnya terganggu. Tidak sampai disitu, Alia menggencarkan aksinya dengan memukuli Arka dengan buku cetak yang ada disana.

Arka membalik. Dan kini posisinya gadis itu digelitiki oleh Arka. Jari panjang Akra bergerak disepanjang sisi tubuh Alia. Kaki gadis itu menendang-nendang diudara, berharap bisa menetralkan rasa beli yang ditimbulkan oleh jari kurang ajar milik Arka.

"Astaga ampun!"

"Ngaku kalah dulu! Baru berhenti!"

"Nggak mau!"

"Oke! Rasakan ini gelitikan power ranger!"

Arka menambahkan tenaga pada ujung jarinya sebab ingin membuat gadis itu lebih mendapatkan rasa geli. Dan tanpa disadari, kaki Alia melayang pada kepala sisi Arka dan membuat pria itu terpental kebelakang. Alia mengatur nafasnya dan terperangah melihat Arka yang seolah tidak sadarkan diri dihadapannya.

"Kamu.. Kenapa?"

"Kakimu melayang kesisi kepalaku bodoh!"

"Oh ya tuhan! Maaf Arka!" Alia bergerak mengusap sisi kepala Arka "Kamu masih ingat aku, kan?"

"Masihlah! Setidaknya aku masih punya stok kepintaran kalau-kalau kamu berusaha membuatku jadi bodoh!"

Alia terkekeh, lalu suara Azka menyela pertengkaran mereka "Guys, aku kedalam dulu, ya? Mau ambil duit untuk beli cemilan sekalian ke kamar mandi"

"Oke Azka ganteng" ucapan Alia disambut dengan dengusan Arka.

Azka berjalan dengan tenang lalu terkadang bersiul sedikit. Ketika melewati kamar utama, ia mendengar isakan dari dalam kamar yang biasanya ditempati oleh Linda dan Alex, orang tuanya.

Azka memutuskan untuk mengetuk pintu itu, ketika ketukan yang ketiga tidak menerima jawaban, ia memutar knop pintu itu dan tangisan itu kembali menggema ditelinganya.

"Mama, kenapa nangis?" Azka kaget ketika melihat ibunya menangis sesenggukan disudut ruangan. Kakinya bergetar ketika ingin berjalan pada Linda dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja walau ia tidak tahu penyebab ibunya itu menangis. Namun dengan tekad yang bulat ia sampai pada sisi wanita paruh baya itu. Ia melihat mata ibunya bengkak tapi tetap mengeluarkan air mata, wajah dan hidungnya pun memerah, rambut ibunya berantakan, kalung indah yang biasanya dikenakan ibunya tidak menggantung lagi disana.

ABSENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang