Life Build

217 7 0
                                    

The world is not respectable; it is mortal, tormented, confused, deluded forever. BUT it is shot through with beauty, with love, with glints of courage and laughter; and in these, the spirit blooms timidly, and struggles to the light amid the thorns.

- by George Santayana -

Hari ini aku resmi sebagai bagian dari keluarga Vidgen. Setelah mengucap Janji di depan semua orang, aku harus menerima takdir dan menjalin kehidupan yang telah di tentukan. Aku melakukannya dengan ikhlas. Aku tau Tuhan telah menyiapkan rencana yang terbaik untukku. Dan aku percaya hidupku akan indah pada akhirnya...

Jack dan Aku akan diantar kerumah baruku esok pagi, jadi malamnya kami menginap di rumah orang tua Jack. "Hei Tameil.. Siap-siap untuk nantik malam ya!" Sahut Harry jahil "maksudmu?" "Aku tau Jack memiliki skill! Lagi pula ia seorang pria serigala bukan?" Harry mengedipkan sebelah matanya "kau ini! Aneh-aneh saja! Aku tidak mengerti maksudmu!" "Dasar wanita..." Harry terkekeh.

"Semoga bahagia ya..." Ayah memelukku lembut. "Jack berjanji akan menjagamu sampai akhir hayatnya" sahut mama Jarrel yg sudah menjadi ibu keduaku, aku membalas pelukan mama Jarrel. "jadilah wanita yang hebat dan kuat anakku!" Sahut papa Henri mencium kepalaku lembut. Setelah berpamitan dan dinasehati oleh mereka, aku dan Jack masuk ke kamar kami. Tiba-tiba Jack menggendongku. "Aww Jack turunkan! Aku malu" sahutku dengan muka memerah. Keluarga yang ada di situ tertawa keras melihat aksi kami.

Sampai di kamar aku dan Jack tercengang. "Inikah yang di sebut kamar?" Sahut Jack "bagus..." Sahutku "Mawar ada di mana-mana... Tanpa tangkai dan bau wewangian membuat hidungku sakit!" Sahut Jack, aku tertawa mendengarnya. Kemudian Jack merangkul pinggangku, sontak aku terkejut. Jack mendekatkan wajahnya ke wajahku, jantungku berdebar, aku melihat matanya yang indah itu. Aku menutup mataku, aku mendengar nafas Jack berada di kupingku...

"aku tidur di kamar Harry saja" bisik Jack. "Hahaha ku pikir tadi apa!" Sahutku tertawa. "Apa yg kau tertawakan nona manis?" Sahut Jack dengan muka polosnya. "Baiklah kalau tidak suka dengan bunga dan wanginya, aku akan membersihkannya" sahutku "eh...tidak.. Tidak ! aku menyukainya..tadi aku hanya bercanda!" "Maafkan aku Jack tidak bisa membuatmu bahagia untuk saat ini, karena rasa cintaku kepadamu tidak sebesar rasa cintamu kepadaku" batinku

"hei? Kok menatapku begitu?" Sahut Jack melambaikan tangannya ke depan mukaku "ah? Oh iya iya" sahutku tersadar. "Kau tidurlah di kasur, biar aku tidur disofa" sahut Jack lembut. "Tidak. Kau tidurlah di sebelahku, aku membutuhkan kehangatan. Lagi pula kau sudah berjanji tidak akan menyentuhku" sahutku kepada Jack. Jack menghela nafasnya "baiklah.." "Maafkan aku Jack" batinku.

Aku pergi ke kamar mandi untuk melepas gaun pengantin era victoria itu, susah sekali aku melepasnya. "Jack?" "Iya Ta?" "Bisa membantuku membuka resleting bajuku? Susah sekali" sahutku dari dalam kamar mandi. "Baiklah!" Jack masuk ke kamar mandi untuk membuka resleting gaunku, "Jack? Sudah selesai?" Sahutku, sepertinya Jack terdiam melihat punggungku "kau cantik sekali" sahut Jack. "Terimakasih" aku membalikkan badanku dan mengecup pipinya.

Jack keluar kamar mandi dan dia berganti pakaian di kamar. Selesai aku mengganti pakaian, aku keluar dengan baju tidur lingerie khas era victoria. Jack sedari tadi menatapku dari atas kebawah "baru kali ini aku melihat wanita tercantik di dunia!" Sahut Jack "terimakasih Jacky, kau sudah berganti pakaian?" "Sudah Tameilku" aku melihat Jack bersandar di tempat tidur dengan dada yang telanjang.

Aku naik ke tempat tidur, Jack merangkulku ke dadanya yang bidang dengan kulitnya yang kecoklatan. "Jack?" "Iya Tameilku?" Sahut Jack menatap mataku lembut "maaf jika aku merepotkanmu..." "Kau tidak merepotkanku sayang" Jack mencium kepalaku "maaf jika aku belum bisa mencintaimu saat ini" aku memeluk Jack "cinta tak usah di paksakan Tameil... Aku mengerti... Aku akan menunggunya" Jack begitu sabar membelai rambutku. Aku tertidur di dada Jack. Aku hampir tidak pernah lagi bermimpi buruk, aku selalu bermimpi indah. Tapi aku selalu memimpikan Justin.

Fantastic JourneyWhere stories live. Discover now