With enough 'ifs' we could put Paris in a bottle.
- by French Proverb -
When good Americans die they go to Paris.
- by Oscar Wilde -
Kicauan burung hinggap di jendela kamarku. Aku terbangun di pagi hari. Aku membuka pintu balkon dan kudapati Menara Eiffel menyambut pagi yang cerah, aku merasa dekat dengan menara itu. Sangat indah dari atas sini. Aku dan Jack membeli apartemen di paris ini, ku akui Paris lebih moderen dan indah dari Amerika ataupun London. Saudara jauh Vidgen juga ada di sini, mereka Juga serigala.
"Tameil? Kau sudah bangun?" Sahut Jack memelukku dari belakang. "Jack... Takku sangka kita sudah menikah! Padahal baru kemarin aku melihat anak lelaki cerewet dengan kacamata bulatnya!" Sahutku memegang tangan Jack yang melingkar di pinggangku. "Hahaha itu sudah berlalu, aku ingin menjadi pria dewasa yang melindungimu..." Sahut Jack sedikit khawatir "ada apa Jack?" "Ah? Tidak apa-apa, aku hanya ingin menjagamu" sahutnya sambil mencium pipiku.
Aku menatap cincin emas putih dengan berlian di tengahnya "inilah saksi kisah kita Jack" sahutku memperlihatkan cincin perkawinan aku dan Jack itu. Keluarga Jack memang bisa di bilang kaya dan dapat membeli apa saja yang mereka suka, hanya saja mereka begitu rendah hati. Awalnya aku meminta kita menyewa hotel saja agar tidak mahal, tapi Jack langsung membeli apartemen termahal di paris ini. "Bagiku uang itu bukan apa-apa di bandingkan dengan cintaku" sahut Jack waktu membeli apartemen itu. Kami membeli kamar apartemen di lantai 9 untuk rumahku dan Jack. Apartemen ini di jual perkamarnya. Sangat luas lengkap dengan dapur, ruang keluarga dll.
Aku mulai bahagia, bukan bahagia karena mendapat suami yg kaya raya, tapi bahagia karena Jack memberiku cinta yang tulus dan dikelilingi orang-orang yang aku sayangi, juga orang-orang yang menyayangiku. "Jack... Terimakasih atas semua ini" aku membalikkan tubuhku dan menatap mata Jack, mata indahnya. "Kau selalu saja berkata terimakasih, semua yang aku lakukan untuk membuat orang yang aku cintai bahagia" sahut Jack memegang pipiku dengan lembut. Jack mencari sesuatu di mataku. Tak lama muka Jack mendekat, aku menutup mataku. Aku merasakan bibir Jack yang lembab dan lembut, dia menciumku... Aku seolah-olah terbang ke langit, indah dan manis.
Setelah berciuman lama "itu ciuman pertamaku untuk cinta terakhirku" sahut Jack sambil membuka matanya "kau juga ciuman pertamaku Jack" sahutku memeluk Jack. Aku bahagia sekali. Setelah beberapa menit melihat keindahan menara Eiffel di pagi hari, aku dan Jack pergi mengunjungi keluarga Jack yang lain di paris, dan Jack mengenalkanku sebagai istrinya.
Mereka keluarga yang ramah dan hangat, membuat aku nyaman. Setelah itu aku dan Jack berjalan di bawah menara Eiffel, di bawahnya terdapat taman yang luas membuatnya tampak semakin indah. Aku berlari dengan Jack, berdansa di bawahnya dan berbaring di rumput itu. Kami tak peduli sorotan mata yang melihat kearah kami. "Jack" sabutku sambil bersandar di lengan kekar Jack, "iya Tameil ku?" Jack menatap kearahku "aku mulai mencintaimu Jack!" Sahutku lantang. Jack tersenyum sambil mengelus rambutku pelan.
Aku bangkit dari posisi tidurku di atas rumput. Menara Eiffel tampak indah dari bawah sini. Jack ikut duduk denganku. Aku bangkit berdiri dengan lututku, Jack hanya duduk sembari menatapku. Aku menatap wajahnya dari atas sini, matanya indah... Jack melingkarkan kedua lengannya di pinggangku. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Jack, dia menatap lembut wajahku, aku menutup mataku dan menghayatinya.
Ku rasakan bibir lembut Jack di bibirku, dia mengecupnya dengan manis... Jack membalasnya! Masih dengan keadaan menutup mata, di saat aku mengintip, Jack juga menutup matanya. Aku meraih pipi Jack dengan kedua tanganku, tangannya masih berada di pinggangku. Tak lama aku melepaskan ciuman itu, aku mendengar desahan nafas lembut Jack. Aku mengatur nafasku dan tersenyum ke arah Jack, matanya terbelalak "kau menciumku?" Sahut Jack menjilati bibir bawahnya.
Aku tersenyum "aku ingin menciummu..." Sahutku malu-malu "yang benar saja?! Masa harus aku yang memulai?" Batinku. "Kau cantik dengan muka merah merona itu" sahut Jack. "Hahaha bibirmu manis juga" sambung Jack. Aku tak percaya akan mencium Jack seperti ini, rasa cintaku semakin besar dengan Jack. Aku dengan cepatnya percaya dan mencintainya, dan semoga dia cinta terakhir untukku. Aku mulai melupakan Justin, kurasa.
"Eh Jack... Di bawah sini Eiffel masih tetap indah ya!" Sahutku mengalihkan, "kau benar, aku makin mencintai kota romantis ini!" "Mengapa kau mengatakannya kota romantis?" "Karena aku mendapatkan cintaku disini, dan kau akan hidup denganku selamanya di sini" sahut Jack menatapku lembut.
Jack selalu saja begitu, dengan tatapan lembut dan pelukan yang hangat. Jack menaruh rambutku kebelakang telingaku, "kau begitu cantik dengan rambutmu yang bergelombang kecokelatan, dan mata biru lautmu itu" aku tersipu malu, "matamu indah di saat menatap mataku lembut, aku suka itu! Warna matamu yang biru kehijauan, jarang aku melihat seseorang yang memiliki mata sepertimu" sahutku.
Jack tersenyum "senyumanmu indah Jack, tatapanmu menyejukkan hatiku, rambutmu kuning keemasan membuat aku lemah, dan pelukan hangatmu membuatku nyaman" sahutku sambil memeluk Jack. Entah mengapa aku ingin mengatakan semua itu "bibirmu manis Tameil, wajahmu bagaikan bidadari dan kau sangat sempurna" sahut Jack simpel. Aku tersenyum malu.
Aku Pikir, Aku Jatuh Cinta Dengannya!
YOU ARE READING
Fantastic Journey
FantasyOnce upon a time about a fantasy story, when vampires and werewolves does exist. - Tameil Morf - Gadis cantik yang mencari jati diri, terjebak dengan kenyataan pahit mengharuskan ia mencintai atau membunuh. Namun siapa yang akan ia pilih? Bersama...