RUN

13 2 1
                                    




Aku tidak tahu perasaan aku saat ini, aku bahkan tak dapat mengeluarkan sepatahpun kata. Aku terlalu pengecut... untuk tahu yang sebenarnya, kebenaran ini begitu melukaiku.

Aku terbangun di pagi hari yang mendung, itu hanya mimpi! Berulang-ulang kali aku mengatakan kepada kepalaku yang keras ini. Tapi semuanya tak dapat aku sangkal, karena itu begitu nyata.

"selamat pagi adikku tercinta!" Harry mengejutkan aku dengan nampan di kedua tangannya, "mengapa kau menatapku begitu? Aku hanya membawakanmu sarapan, aku tidak ingin memakan saudariku sendiri" kekeh Harry mencoba menghiburku. "apa Jack sudah kembali?" tanyaku khawatir. "sudah dua minggu mereka dikurung di menara itu, aku tak lagi mendengar kabarnya. Aku takut jika dia tidak kembali" sahut Harry sedih "jangan terlalu mengkhawatirkan dirinya adikku, pikirkan seseorang yang membutuhkanmu, dia berada disini" sahut Harry mengelus perutku yang semakin lama semakin membesar. Aku memalingkan wajahku kearah jendela.

"Tameil..." sahut Victoria di balik pintu, ia membuka pintu kamarku dengan perlahan "maaf..." aku mengalihkan wajahku kearahnya "maaf atas semuanya, aku mengacaukannya dan... menghianatimu, aku menyesal" sahut Victoria melangkah ke dalam kamarku "aku akan meninggalkan kalian berdua, Tameil mohon dimakan sarapanmu!" sahut Harry dingin dan meninggalkan aku dengan Victoria dalam keadaan canggung. "aku sudah memaafkanmu Victoria, jangan kau ulangi lagi" sahutku tersenyum sedih, tiba-tiba ia mendekat dan langsung menangis kedalam pelukanku.

"maaf...maafkan aku! Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, aku bodoh! Aghh aku menyesal!" isaknya. Aku mengelus punggungnya lembut "sudahlah, yang lalu biarkan berlalu... aku memaafkanmu. Tetaplah bersama, kita saling menjaga satu sama lain. Lindungi Harry dan yang lainnya jika suatu saat nantik aku tak ada" sahutku sedih, ia melepaskan pelukannya, air mata masih menggenang di matanya "apa maksudmu?!" matanya menatap tajam kearahku, aku hanya tersenyum "kita tidak tau kapan ajal akan datang kepada kita, aku mohon... jika aku tertangkap oleh mereka, aku ingin kau menjaga yang lain dan jangan ada perpecahan... tetaplah bersama!" Victoria mengangguk lemah den memelukku sekali lagi lalu pergi, saat ia hendak menutup pintu kamarku, ia diam dan berkata tanpa menoleh kebelakang "aku berjanji".

*****

Kau tau apa yang lebih menyakitkan dari mati? Merasakan dirimu hampa dan kesepian. Itulah yang aku rasakan saat ini, saat aku menatap matanya. Sungguh indah! Namun hanya aku yang mengerti di balik jernihnya mata itu terdapat luka dan kenangan yang menyakitkan. Ia begitu tegar... aku tak sanggup membunuhnya... Hillary, akupun tak mampu menjaganya! Demi Pencipta yang telah menciptakanku, mengapa takdirku serumit ini?

"Justin?" aku berbalik dan menatap mata merah darah itu "apa kabar si pangeran berbulu itu?" sahut Justin kepada Martin "ia tetap tidur seperti itu, maafkan aku Justin. aku tak mampu merawatnya dengan baik" Justin kembali memalingkan wajahnya kearah langit pagi yang di tutupi awan hujan. "sebentar lagi badai, antarkan aku malam nanti ke Kastil itu... aku ingin membawa Jack ketempat rahasiaku, aku tak ingin siapapun tau termasuk kau" sahut Justin tanpa menoleh kearah Martin, "baiklah aku mengerti" sahutnya dengan tangan di kepal erat "aku mengerti kau tak percaya aku Justin" sambungnya dengan nada datar dengan ekspresinya yang tak terbaca.

"pergilah" sahut Justin tenang, Martin pergi dengan berat hati. "lain kali tataplah lawan bicaramu, aku memang tidak sederajat dengamu. Tapi aku temanmu!" bisik Martin pelan, Justin mendengar itu langsung menegang. Namun ia segera mengganti ekspresinya itu dengan tenang.

****

"anda memanggil saya Ratu?" Ratu yang sedari tadi sedang gelisah berbalik karena mendengar namanya di sebut "Quincy akhirnya kau kembali setelah 2 tahun mengembara? Kemana saja kau bad boy?" sahut Ratu yang ceria melupakan kegelisahannya "berhenti basa-basinya... langsung pada intinya, saya tau anda sibuk Ratu" "hahaha bersantailah Quincy-ku, aku tau kau masih marah kepadaku. Sudah lupakan... itu sudah 5 tahun yang lalu, apakah itu sebab dari kau menghindar dariku? Atau itukah alasan kau mengelana di dunia luas sana?" "ehm.. mengembara Ratu.. mohon untuk tidak memanggil saya dengan 'Quincy-ku' Ratu, aku bukan milikmu lagi!" sahut Quincy dingin, Ratu terkekeh "kau serius sekali yang mulia Quincy Vock. Silahkan masuk ke ruang saya" sahut Ratu mempersilahkannya.

Fantastic JourneyWhere stories live. Discover now