"Mereka di sini"
"Jack tunggu! Biar aku yang periksa, kau jaga Tameil di sini!" perintah Justin. "bagaimana dengan kau?" sahutku khawatir. "dia akan baik-baik saja Tameil, aku percaya kepadanya. Aku akan menjagamu" sahut Jack lembut. Jack menatap Justin kemudian Justin mengangguk, mereka seperti berbicara dalam isyarat lain.
"tenanglah sayang... aku akan menjagamu, aku berjanji..." Jack memelukku.
Justin melangkah masuk kedalam rumah besar. Justin menatap ke sekeliling melihat rumah Jack yang porak-poranda. "Bajingan keluarlah kau!" suara Justin bergema di seluruh lorong ruangan, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari arah belakang. Justin berbalik. "kau disini tuan Justin? Kau terlambat dan menghabiskan waktumu untuk bersenang-senang!" sahut seseorang dengan Jubah hitam yang menutupi badannya. Pria itu tampak pucat dan tatapannya dingin mematikan. "apa maksudmu?"
"karena kau menghabiskan waktu yang di tentukan sang Lord, maka aku dan pasukanku sendiri yang maju menghabisinya! Dan kau datang tanpa apa-apa! Kau membuang-buang waktu saja! Kau memuakkan tuan Justin!" sahut pria itu dingin. "sudah ku katakan aku sendiri yang akan membawa gadis itu! Mengapa kau tidak sabar?!" bentak Justin. Tiba-tiba pintu di buka, Justin dan pria itu berbalik.
"Justin!" teriakku berlari kearah Justin, tunggu... siapa pria berjubah hitam bersama Justin itu? Aku berhenti "ah... kau memberiku kejutan dengan umpan kecil kita Justin?" sahut pria itu tersenyum licik kearahku. "apa yang kau maksudkan? Siapa dia itu, Justin?" sahut Jack. "kau tidak tau? Justin-" perkataan pria itu terpotong oleh Justin yang menghunuskan pedang perak ke jantung pria itu. "kau penghianat!" bisik pria itu menatap Justin tajam.
"Justin... ada apa ini?" sahutku. "bukan apa-apa ayo kita temukan keluarga kalian!" sahut Justin berlari kearah aula, aku dan Jack lari berdampingan mengikuti Justin.
"oh tidak! Ayah!!!" pekikku melihat seluruh keluargaku dan Jack terkapar di lantai aula dengan bersimbahan darah. "Ta...Tameil...ugh.." sahut seseorang, aku berbalik "Harry!" pekikku memeluk Harry. "apa yang terjadi?" aku menangis memeluk Harry. "ceritanya panjang... a...aku... aku sangat lelah" sahut Harry dengan suara parau, matanya menutup. "Harry... Harry jangan tinggalkan aku.." sahutku mengguncang tubuh saudaraku itu. "dia akan baik-baik saja, biarkan aku mengobatinya" sahut Justin berada di belakangku.
"dia akan baik-baik saja Tameil" sahut Justin tersenyum manis, aku mengangguk dan Justin membawa Harry untuk di obati. "mereka semua mati! Vampir sialan itu membunuh mereka!" bentak Jack dengan marah. "Jack apa maksudmu?" sahutku ketakutan. "Vampir-vampir itu sudah sampai disini untuk mencarimu dan mereka terbunuh" sahut Jack geram. "maafkan aku... ini salahku karena membawa keluargamu dalam masalah ini" sahutku sedih. "itu tidak benar! Mereka memang berjuang untukmu! Vampir sialan itu yang salah! Aku akan membunuh mereka atas semua ini!" bentak Jack, Justin mematung. Aku menatap Justin.
"ada apa Justin? Kau terlihat kacau dan tegang, apa yang mengganggumu?" tanyaku. "ah tidak... aku butuh ke ruang pengobatan, apakah ada?" sahut Justin "ada di lantai atas sebelah kiri lorong kedua!" sahut Jack tanpa menatap Justin. Justin segera berlari menggendong Harry yang terluka di lengannya.
Aku menatap sekeliling, aku begitu sedih melihat keadaan di sekelilingku. Ada tujuh orang memakai jubah hitam yang tak ku kenal mati di lantai. Ayahku dan orang tua Jack mati sia-sia demi menyelamatkanku. "Jack sudahlah, vampir-vampir itu mati di sini bersama mereka" sahutku menenangkan Jack. "itu tidak cukup Tameil! Mereka hanya suruhan! Aku akan membunuh siapapun yang memerintahkan mereka untuk membunuh orangtua kita!" sahut Jack masih menatap mayat orangtuanya.
"aku minta maaf soal itu" aku menunduk. "aku butuh waktu sendiri!" sahut Jack dengan tegas. Aku terdiam dan segera menyusul Justin keatas.
*****
YOU ARE READING
Fantastic Journey
FantasíaOnce upon a time about a fantasy story, when vampires and werewolves does exist. - Tameil Morf - Gadis cantik yang mencari jati diri, terjebak dengan kenyataan pahit mengharuskan ia mencintai atau membunuh. Namun siapa yang akan ia pilih? Bersama...