Burung-burung berkicau di sekitar jendela besar kamar bewarna pucat tersebut, seorang wanita bangkit dari tidurnya, terdapat air mata bekas dia menangis semalaman. Ia ingat betul alasan ia menangis, itu karena ia merindukan pria bernama Jack, dia merindukan ayah dari anak yang dia kandung. "kau sudah bangun?" sahut Harry sambil memasuki kamar Tameil, ia hanya mengangguk pelan. Harry berjalan pelan kearahnya dan memperhatikan wajah adiknya, ia melihat air mata yang mulai mengering membekas di pipi adiknya. Ia ikut sedih melihat keadaan adiknya "maafkan aku membuatmu terpuruk adikku, aku akan berusaha sebisaku untuk menyelamatkan Jack" sahut Harry menenangkan Tameil.
"jangan berikan aku janji yang mustahil kau tepati, brother" sahut Tameil tidak memandangan kearah Harry, ia memalingkan wajahnya, Harry menyentuh dagunya kemudian menghapus bekas air mata itu. "kami menunggumu di aula, datanglah ada yang ingin kami katakan kepadamu. "mandilah, pelayan sudah menyiapkan air hangat di kamar mandi. Aku berharap mereka tidak melihat keadaanmu yang sedih begini. Mereka akan semakin khawatir" sahut Harry sambil bangkit dari samping Tameil dan meninggalkannya dengan keheningan. Lagi-lagi tangis Tameil pecah setelah Harry pergi. Ia sedari tadi menahan tangisnya, tak kuasa ia menahan kemudian setelah tidak ada yang melihat keadaannya seperti ini, tangis itu tumpah.
Hatinya masih meragukan akan keselamatan Jack, Cuma ia meyakini pikirannya bahwa Jack baik-baik saja . "maafkan ibu sayang, ibu tau kau juga sedih. Ibu akan usahakan mengembalikan ayahmu dan kita bisa berkumpul lagi" sahut Tameil sembari mengelus perutnya yang semakin lama semakin membesar, mungkin sekitar sebulan atau dua bulan lagi dia siap untuk melahirkan. Ia hanya berharap Jack berada di sampingnya dan mencintainya seperti dulu, sungguh raganya sangat sakit merindukan Jack. Itu yang ia takutkan bukan kematian yang akan menyambutnya di ujung jalan. Yang ia pikirkan Jack, keselamatan Jack yang ia pentingkan.
*****
"selamat pagi Tameil, bagaimana tidurmu?" sahut Ratu Elizabeth saat Tameil masuk kedalam ruangan aula untuk sarapan bersama yang lainnya, ia menatap sekeliling. Semuanya disana menatapnya dan ia yakin semua orang yang ada di dalam itu kepalanya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya. Tameil tersenyum seraya berkata "aku baik-baik saja Ratu, pagi ku sangat menyenangkan" namun ketika ia menatap mata saudaranya Harry ia kembali memalingkan wajahnya takut Harry akan mengetahui kebohongannya. Ia yakin Harry pasti tau hanya saja iya tidak ingin membenarkan prasangka Harry terhadapnya, karena bagaimanapun ia juga menyayangi saudaranya itu, satu-satunya keluarga yang sedarah dengannya.
"silahkan duduk Tameil, kau ingin masakan Prancis? Atau pastry? Atau sup saja?" sahut Ratu Elizabeth yang mulai menyadari perubahan mood Tameil, "aku mungkin makan bubur saja" sahut Tameil memaksakan senyumannya. Stefan yakin ada yang janggal dari senyuman Tameil. Victoria bangkit dari duduknya "biar aku ambilkan untukmu, kau duduk saja" sahutnya, Tameil merasa mereka mulai mengetahui ada yang salah padanya pagi ini, jadi dia membiarkannya saja. Dia juga lelah berpura-pura.
Stefan mulai berbicara "ehm, sebelumnya ada yang ingin katakan kepadamu Tameil" Tameil hanya diam saja seraya memakan makanannya, sebenarnya ia tidak selera makan, namun ia tetap memakan bubur hambar itu. demi anaknya.
"kita akan menyelamatkan Jack, pasti mereka akan datang kesini setidaknya untuk berunding tentang Jack. Yang pasti kami sudah merencanakan sematang-matangnya. Aku tidak tau jika hasil keputusan nanti mereka ingin berdamai atau berakhir perang. Aku berharap kau setuju dengan rencana ini" sahut Stefan, Tameil hanya diam saja "aku mohon Tameil, berbicaralah" mohon Harry. "aku setuju, asalkan tidak ada yang terluka dan Jack kembali kepadaku dengan aman" sahut Tameil datar dan menatap satu persatu dari mereka. "aku berjanji akan memanah siapa saja yang mencoba membunuh suamimu" sahut Quincy, Tameil tersenyum miring.
"hah, kenapa kalian semua mengatakan janji kosong? Aku bosan mendengarkannya" sahut Tameil menatap kearah buburnya. "Tameil, semuanya akan baik-baik saja, percayalah.. kami-" "berhentilah mengatakan semuanya baik-baik saja!! Semua ini tidak baik-baik saja!! Ini sulit untukku. Aku hanya ingin Jack kembali, apakah itu sulit?!" Tameil memotong perkataan Harry, Harry menghirup udara yang tiba-tiba sesak ia hirup. "maaf, emosiku sedang tidak baik, aku mohon undur diri" pamit Tameil kepada semua orang di dalam aula tersebut, padahal buburnya belum sepenuhnya habis. Namun ia tak sanggup lagi.
YOU ARE READING
Fantastic Journey
FantasyOnce upon a time about a fantasy story, when vampires and werewolves does exist. - Tameil Morf - Gadis cantik yang mencari jati diri, terjebak dengan kenyataan pahit mengharuskan ia mencintai atau membunuh. Namun siapa yang akan ia pilih? Bersama...