"Aku pergi... jaga dirimu baik-baik" Justin mengecup keningku, aku mengangguk lemah. Justin menatap mataku dalam "aku akan menjagamu dari jarak terjauh sekalipun... jaga keponakanku Tameil" aku mendengar suara Justin dalam kepalaku, aneh tapi inilah yang terjadi. Kemudian Justin menatap kearah Jack kemudian Jack mengantar Justin kedepan pintu kastil persembunyian Victoria putri Abraham.
"can i trust you Justin?" Jack menatap Justin dengan mata serigalanya. "berapa kali harus aku mengulang kata-kata itu anak muda? Jaga dia dan keponakanku!" sahut Justin "hm... jaga dirimu pak tua" sahut Jack memalingkan wajahnya. "aku akan merindukan sikapmu itu" Justin mengelus kepala Jack "heh kau!-" namun Justin sudah menghilang "-Aku bukan anak kecil!!" teriak Jack. Dari jauh Justin terkekeh di buatnya "dasar serigala"
*****
"apa yang kau lakukan disini? Berani sekali kau menginjakkan kaki kotormu itu penghianat?!" murka sang Lord. Justin menunduk memberi hormat "maafkan aku ayah, bukan maksudku seperti itu, kau yang menyuruhku untuk ambil peranku maka disinilah posisiku" "maksudmu kau masih berpihak di sisiku Justin?" Justin tersenyum keji "tentu ayah... untuk apa aku berusaha? Untuk menyianyiakan peranku? Hahahaha semua sudah dibawah kendaliku, kau duduklah yang manis ayah... aku yang ambil alih semuanya" keduanya tertawa keji.
"gawat... " sahut seseorang mendengar pembicaraan mereka di balik dinding batu itu, kemudian tergesa-gesa menyampaikan kabar tersebut.
*****
"dia menghianati kita!" sahut Jack mondar mandir. "kita harus percaya dia, itu yang dia katakan" sahut Stefan "Stefan benar, ia pasti punya alasan di balik itu! kita harus percaya karena dia berjanji" sahut Judith "bagaimana kita bisa percaya dengan vampir busuk seperti dia?!" sahut Jack kesal "ehm.. kau lupa siapa aku hmmm?" sahut Martin tersinggung. "terserah! Aku tersesat di dalamnya, kita terjebak!" lalu Harry memukul meja dengan keras "aku percaya dengan Justin! apapun yang dia lakukan adalah hal yang terbaik buat kita!" kemudian dia meninggalkan ruang bawah tanah yang kedap suara. Harry Keluar dengan membanting pintu.
"ada apa Harry? Aku mendengar ada keributan di bawah sana" sahut Tameil duduk manis di ruang tengah bersama Victoria, Harry berjalan menaiki undakan tangga "tidak apa... aku terlalu keras menutup pintu. aku mau ke kamar dulu" sahut Harry berlalu, "apa yang mereka sembunyikan dariku?" "Tameil, mereka hanya ingin menjagamu percayakan kepada mereka. Ini semua demi kebaikanmu" sahut Victoria "kau memang sepupu kebanggaanku" "hahaha sama seperti dulu saudariku" mereka berdua kemudian larut dalam percakapan panjang.
*****
"Martin aku ada tugas untukmu..." Justin menatap Martin kemudian Martin mengangguk "seperti yang pangeran katakan" kemudian dia kembali ke kastil tempat persembunyian Victoria, Justin tersenyum keji "waktunya sudah dekat..." ia dengan angkuhnya berjalan ke arah balkon kamarnya, tampak pemandangan jurang terjal dari menara kastil tersebut.
*****
"sudah waktunya teman-teman ayo kumpulkan pasukan!" sahut Martin "secepat itukah?" Victoria bangkit dan menarikku "kau ikut denganku" langkahku menaiki tali kematian.
"dimana istriku?" sahut Jack panik. Prajurit sibuk hilir mudik disekitar kastil milik Victoria, Jack gelisah "apa yang kau lakukan? Ayo bersiaplah!" sahut Harry "aku tidak menemukan Tameil, kemana dia?" Jack menunjukkan wajah kekhawatirannya. "biarkan saja, dia pasti bersama Victoria dia akan aman. Percayalah" sahut Harry menenangkan adik iparnya itu, Jack menatap ragu Harry "percayakan apapun, kita memang tidak tahu rencana Justin tapi cobalah untuk percaya kepadanya. Demi kebaikan Tameil" "ya demi kebaikan Tameil" sahut Jack dan bergegas menuju ruang persiapan perang.
*****
"ap...apa yang kau lakukan?!! Keluarkan aku!" sahut Tameil terkejut mendapati dirinya dikurung di ruang bawah tanah. "maafkan aku Tameil, tapi aku terpaksa melakukannya" sahut Victoria sedih "kau sama saja dengan mereka!! Lepaskan aku Victoria, demi Tuhan aku sepupumu... teman kecilmu ingat?" sahut Tameil berteriak "maafkan aku... ini juga demi kebaikanmu" sahut Victoria berbalik dan meninggalkan Tameil yang ketakutan. Tameil terduduk bersandar pada dinding batu yang dingin. "aku tidak percaya ini! Tidak ada satupun yang dapat aku percaya!!!" teriak Tameil frustasi. Ia terus berusaha mendobrak pintu baja yang menghalangi langkahnya, hawa di ruangan itu sangatlah menyeramkan. Dingin menusuk kulitnya... hanya beberapa lilin yang menemani kegelapannya di ruangan besar itu hingga cahaya ditelan kegelapan.
YOU ARE READING
Fantastic Journey
FantasyOnce upon a time about a fantasy story, when vampires and werewolves does exist. - Tameil Morf - Gadis cantik yang mencari jati diri, terjebak dengan kenyataan pahit mengharuskan ia mencintai atau membunuh. Namun siapa yang akan ia pilih? Bersama...