"Jack? Dimana dia?" sahut Tameil yang turun keruang keluarga, Harry yang sedang asik bermalasan di sofa bangkit dan menghampiri adik tercintanya.
" ada apa?" sahut Harry menatap adiknya yang kebingungan. "kau melihat Jack? Dia kemana? Aku mengkhawatirkannya" sahutku sedih.
"tenanglah, dia baik-baik saja. Ia hanyaa... well butuh udara segar. Aku akan menjemputnya jika kau mau" sahut Justin berjalan di tangga.
"hm... baiklah.... hati-hati" sahutku menatap khawatir.
*****
"Jack" sahut Justin duduk di sebelah Jack yang menatap kosong kearah sungai seine. Jack hanya duduk diam tanpa menoleh kearah Justin.
"kau tahu? Aku tidak bermaksud mengambil Tameil darimu. Aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Maafkan aku saat itu-" sahut Justin menatap kearah Jack, ia masih diam.
"kau tidak mengerti!!" Jack berdiri, emosinya sudah naik. Segera ia meninggalkan Justin yang duduk lemah dengan menghela nafas lelah.
"kau egois! Kau pikir aku tidak mengerti? Aku sangat mengerti! Tau! Kau egois! Berhentilah untuk bersikap seperti anak kecil! Kau sudah dewasa, kau akan segera menjadi ayah! Dia milikmu, selamanya! Aku hanya memberinya perpisahan terakhir" sahut Justin tiba-tiba berdiri menarik kerah baju Jack, Jack tersandar di pagar sungai seine.
Punggung Jack kesakitan akibat tertekan di pagar yang penuh dengan gembok-gembok besi yang indah menggantung di pagar itu. ia meringis mendapati mata Justin yang berubah warna semerah darah. Tatapannya tajam.
"Justin, apa yang kau lakukan? Sadarlah!" sahut Jack mencoba melepaskan cengkraman Justin. Justin masih menatapnya tajam, kemudian mata itu berubah menjadi warna cokelat karamel yang gelap.
"ayo pulang" sahut Justin menarik Jack. Jack hanya pasrah. "maafkan aku" sahut Jack. "tak perlu, kau tak salah. Sudah lupakan" sahut Justin jalan mendahului Jack. Justin jalan dengan kepala menunduk, ia terlalu lelah akibat banyak pikiran yang menjadi benang kusut di kepalanya. Jika ia manusia, mungkin ia akan gila.
*****
"Jack" sahutku memeluk Jack, Justin melewatiku. Aku menatapnya heran, di saat aku hendak mengucakan terimakasih, sosoknya sudah menghilang di tangga.
*****
Senja menjadi gelap, angin malam menyapu rambut keemasan itu. ia berdiri mencengram pagar balkon yang dapat melihat Menara Eiffel dari atas sana. "Aku egois, ia telah menjadi milikku. Dan kini aku menyakitinya, ia mencintaiku" sahut Jack "maafkan aku" lirihnya. Ia berbalik menatap tubuh mungil yang meringkuk di atas tempat tidur. Ia berbalik dan menaiki tempat tidur, ia memeluk istrinya tercinta seolah takut kehilangan.
Justin tersenyum dari atas balkonnya. Akhirnya Jack mengerti, Kini permainan sudah di mulai. Batinnya. Harry tiba-tiba melompat dari balkon sebelah kiri kamar Justin. "Kau siap? Sudah di mulai" Justin menatap Harry dengan seringaian lebar, matanya berubah merah. Mata itu seolah-olah membara, keluarlah taring dari mulut indah miliknya. "mari kita mulai!" sahutnya kemudian melompat dari balkon beserta Harry di belakangnya.
*****
Ia berlari dan terus berlari, bersembunyi di dalam gelapnya malam. Berlari perlahan mengikuti bayangan. Ia terjatuh.
BUK BUK BUK
"aahggghh... ampun... ampun" BUK BUK BUK.
"saya mohon... aghh.. ampuni saya..agh...saya terpaksa"
Justin mendengar suara minta tolong, ia berbalik diikuti oleh Harry. "kita harus menolongnya" dengan ragu Harry menghentikan langkah Justin "kau yakin? Dia seperti tidak meyakinkan" "kita lihat saja nanti" Justin tersenyum, seketika ia menghilang dan tiba-tiba saja muncul dengan memukul pria-pria yang memukuli pria tua berpakaian lusuh itu.
YOU ARE READING
Fantastic Journey
FantasyOnce upon a time about a fantasy story, when vampires and werewolves does exist. - Tameil Morf - Gadis cantik yang mencari jati diri, terjebak dengan kenyataan pahit mengharuskan ia mencintai atau membunuh. Namun siapa yang akan ia pilih? Bersama...