Gebintang hanya mendapati kamar kosong ketika kembali ke hotel. Tidak ada Kaffi di sana. Gebi duga, pria itu sedang jalan-jalan di luar. Diliriknya meja yang beberapa jam lalu digunakan untuk meletakkan sarapan. Kosong. Senyum lebar pun terpahat di wajah gadis Itu. Dia senang. Kaffi mau memakan sarapan yang dibuatnya.
Gebi merapikan kamar. Punguti baju-baju Kaffi yang berserakan. Gadis itu kemudian menelepon bagian food and baverage hotel untuk memesan makan siang. Setengah jam kemudian semua makanan yang dipesan sudah diatur rapi di atas meja.
Bunyi pintu mengalihkan perhatian Gebi. Kaffi muncul. "Kau sudah pulang?" tanya Gebi.
Yang ditanya mengangguk. Lantas menuju pantry untuk mengambil air mineral dari lemari es.
"Sejak kapan kau d isini?" tanya Kaffi setelah menandaskan segelas air mineralnya.
Gebi tidak menjawab dan malah memasang tampang bingung.
"Kau. Sejak kapan kau pulang?" Kaffi mengulang pertanyaan. "Kau pergi kemana? Kenapa keluar pagi-pagi sekali dan bahkan belum pulang saat jam makan siang?"
Kernyitan di dahi Gebi menghilang. "Ooh, itu. Aku tadi olahraga sebentar tapi kemudian bertemu Justin. Dia mengajakku ke Pura Ulun Danu," jelasnya. "Oh, ya, Kaff. Justin bilang, kapan-kapan kita harus pergi berdua ke sana."
Tentu saja Gebi berbohong. Bagaimanapun, Gebi tidak mau Kaffi curiga kedekatannya dengan Justin. Walaupun Kaffi belum tentu peduli.
"Maaf. Aku tidak beritahu. Karena tidak punya nomor teleponmu."
Kaffi mengangguk dan berlalu meninggalkan Gebi yang sudah mencacinya dalam hati. Kalau tau hanya akan direspons dengan anggukan, lebih baik dia tidak perlu buang-buang energi menjelaskan. Sial!
***
"Aku tidak sempat memasak. Semua ini dari F&B hotel."
Gebi dan Kaffi sudah berhadap-hadapan di meja makan.
Kaffi membalas dengan tenang namun menyindir, "Tentu saja. Kau sibuk jalan-jalan, mana mungkin kau sempat masak?"
Wajah Gebi berubah masam. "Maaf. Ini tidak akan terjadi lagi.”
Keduanya kembali sibuk dengan makan siang dalam keheningan. Hanya suara sendok dan piring yang mengiringi mereka.
"Ada apa? Kau tidak suka makanannya, ya?" tanya Gebi karena melihat Kaffi tidak menyentuh makanannya sama sekali. Bahkan, dia kedapatan memindai wajah Gebi dengan serius. Gebi tahu, Kaffi memang tidak suka makanan restoran. "Kau mau yang lain? Kalau begitu tunggu sebentar. Akan kubuatkan sesuatu untukmu."
“Tidak. Duduklah," cegat Kaffi.
Gebi kembali duduk. Dilihatnya Kaffi berhenti mengunyah dan menatapnya ragu. Pria itu terlihat menimbang-nimbang sesuatu."Apa itu menyakitimu?" Kaffi meniti wajah Gebi. "Kau menangis sepanjang malam dan aku benar-benar merasa buruk."
Ah, soal semalam rupanya. Gebi bisa menangkap sinyal rasa bersalah yang terpancar dari wajah pria itu. Nada bicaranya juga mengindikasikan rasa menyesal. Gebintang akhirnya tersenyum samar mendengar permintaan maaf Kaffi. Ternyata, bisa juga, ya, si Cina ini minta maaf? Manis sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Marriage Roller Coaster
RomanceSetelah kecelakaan merenggut nyawa ibu yang merupakan keluarga satu-satunya di dunia ini, Angkasa Gebintang dipertemukan dengan keluarga Chanzu yang seolah-olah menghembuskan nafas baru ke dalam hidupnya. Disisi lain, menjalani profesi sebagai seora...