TMRC - Dua Puluh Empat - Spasi

54.8K 4.3K 315
                                    

Dua tahun kemudian.

Dentuman music jazz mengalun pelan dI taman belakang kediaman keluarga Chanzu. Beberapa orang lalu-lalang dengan pakaian formal serbaputih. Robi terlihat berbaur dengan rekan-rekan kerjanya. Sementara Emerald sibuk memperbaiki tatanan rambut seorang wanita yang hari ini menjadi pusat perhatian dengan gaun shocking pink miliknya. Ia terlihat  kontras di antara semua tamu yang mengenakan dress code serbaputih.

Di sebelahnya, berdiri seorang pria tinggi tegap di balik tuxedo putih. Dipadukan dengan celana seperempat. Dasi kupu-kupu pink bertengker manis di leher. Sedangkan pria yang satunya lagi juga terlihat gagah dengan tuxedo putih, minus dasi kupu-kupu.

Gava berdiri di depan Kiffarah, menarik-narik dasi kupu-kupu yang terikat di kerah bajunya. "Kak, tolong lihat dasiku."

"Dasimu sudah oke. Jangan kau rusakan, Bodoh!” teriak Kiffarah yang juga sedang terdiam kaku karena Emerald sedang meniti rambutnya lagi.

"Heiii. Mau sampai kapan kalian di sini? Cepat naik ke stage. Orang-orang sudah menunggu kalian!" tegur Kaffi, mulai risih melihat adik dan sang kembaran tidak henti-hentinya meneliti penampilan mereka. Didekatinya Justin. Menepuk bahu pria yang berdiri di samping Kiffarah itu. "Kau pasti menyesal memilih dia," bisik Kaffi.

Justin hanya tersenyum simpul menyambut candaan sahabat sekaligus calon iparnya ini.

"Ehm." Suara dehaman membuat perhatian para tamu teralih ke atas stage. Robi Chanzu berdiri di sana. Dengan tangan kanan bersembunyi di saku celana, tangan kiri memegang gelas berisi cairan keemasan.

"Selamat sore semuanya.”

Sapaan Robi serempak dibalas oleh para tamu undangan yang memenuhi pekarangan luas rumah mereka.

“Terima kasih untuk kalian semua yang sudah bersedia datang ke garden party ini. Aku sangat senang karena bisa berbagi kebahagiaan dengan kalian yang ada di sini." Robi mengangkat gelas cocktail-nya di udara. Kompak, semua tamu juga melakukan hal yang sama. Bersulang di udara.

"Aku punya cerita." Robi melanjutkan dengan mata yang mulai menerawang. "Kalian semua mungkin tidak tau, di dalam keluarga ini, aku mempunyai dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Beberapa tahun lalu, aku sudah melepas satu tanggung jawab dengan menikahkan sepasang anak laki-laki dan perempuanku." Robi berhenti sebentar sementara di sisi lain, Emerald, Gava, dan Kiffarah spontan melirik Kaffi yang tampang tenang. Pria itu merunduk sambil memainkan kaki gelas yang panjang dengan jarinya.

"Tapi aku sedang tidak ingin membahas soal putra pertamaku.  Karena kalian semua sudah kenal dan tau reputasi dia seperti apa. Juga mungkin sudah bosan melihat dia. Karena terus terang, sebagai Ayah, aku pun  sudah jengah melihat dia muncul di mana-mana."

Ucapan Robi mengundang gelak tawa tamu undangan. Sementara Kaffi si objek topik, menggelengkan kepala tanggapi celotehan ayahnya.

"Kita tinggalkan Tuan Traymond Kaffiar si pengacara fenomenal versi infotainment gosip itu. Aku tidak mau kepopuleran dia bertambah kalau terus-terus membahasnya di sini. Bagaimanapun, dia menenggelamkan kepopuleranku sebagai pengacara kawakan Indonesia. Jadi, posisiku terancam sejak dia muncul ke publik," seru Robi masih bercanda. Yang dihadiahi Kaffi dengan gelengan samar dan tatapan memelas. Meminta ayahnya berhenti menyebut dirinya di depan umum seperti itu.

"Hahaha. Baiklah-baiklah. Aku sudah mendapatkan tatapan somasi dari Tuan Traymond. Ehm, langsung saja aku undang ke stage kedua anakku yang tidak terkenal dan tidak populer ini, Trista Kiffarah dan Trigavari. Ayo naik ke stage agar kalian bisa juga terkenal seperti Papi, dan juga Kaffi."

The Marriage Roller CoasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang