TMRC - Dua Puluh Enam - Jejak

42.4K 4.1K 402
                                    

Malam ini keluarga besar Chanzu berkumpul di halaman belakang. Mereka sedang mengadakan acara Barbeque untuk makan malam.

Emerald menuangkan wine ke dalam beberapa gelas kaca. Gava membolak-balikan daging yang sudah dilumuri bumbu lalu menyodorkan pada Justin. Sementara Kiffarah mengangkat beberapa potongan daging yang sudah diasapi oleh Justin dan mengaturnya di piring-piring besar. Diu jung meja, Kaffi sibuk dengan mencampurkan salad sayur di sebuah wadah besar.

"Guys, coba lihat siapa yang datang," suara Robi Chanzu mengalihkan anggota keluarganya dari kesibukan masing-masing.

Kedatangan gadis itu disambutsenyum ramah Emerald. Seperti biasa, Keiko selalu tampak anggun. Malam ini, dia mengenakan gaun berwarna maron yang tampak kontras dengan kulit putihnya. Rambutnya digerai indah.

"Aku terlambat, ya? Apa ada yang bisa kukerjakan?" tanya Jeiko berdiri di samping meja dan mengedarkan pandangannya, ia lalu melambai pada Justin dan menghampiri Emerald. Mencium pipi kanan dan kiri wanita itu, lalu melakukan hal yang sama pada Kiffarah. Saat matanya bertemu dengan mata Kaffi, Keiko tersenyum cangggung. Beberapa helai rambut, ia selipkan  meraih beberapa helai rambut dan menyelipkan ke daun telinganya.

Yang disenyumi balas tersenyum—meski datar.

"Kau di sini, Kei?" tanya Kaffi tidak menduga.

"Ya aku yang mengundangnya." Sahut Emerald. "Duduklah kei. Kau adalah tamu kami, jadi tidak perlu lakukan apa-apa."

"Mana bisa seperti itu?" Keiko mengedarkan pandangannya dan mencari-cari pekerjaan yang bisa ia lakukan. Dia dekati justin. menepuk bahu pria itU.  "kau sudah berkeringat. Boleh aku mengambil-alih tugasmu?"

Tawaran Keiko diterima. Dia menerima aprone dari lelaki itu.

Emerald merebut wadah berisi salad dari tangan Kaffi, memindahkan ke meja.  

"So, Mam. Aku harus buat apa lagi?" tanya Kaffi.

"Bantu Keiko memanggang beef-nya"

Kaffi menghampiri Keiko. Belum apa-apa, wanita itu sudah bermandi keringat.

"Mana jepit rambutmu?"

Kening keiko berkerut tidak mengerti. "Di tasku."

Kaffi mengambil tas keiko dari atas meja, menggeledah isi tas itu kemudian mengeluarkan jepitan hitam. Selanjutnya Keiko sudah mematung ketika dirasakannya kaffi mulai memegang rambutnya yang tergerai.

"Ap-apa yang kau lakukan, Kaf?" tanyanya gugup.

"Menjepit rambutmu. Kau kepanasan," terang Kaffi santai. Dia mengabaikan kegugupan Keiko.

Mereka tidak sadar sudah menjadi tontonan menarik semua yang ada di situ. Dengan cuek, Kaffi mengambil sebuah penjepit dan membalikan beberapa potongan daging.

"Ehm." Dehaman Kiffarah mengagetkan Keiko yang masih mematung. Efek berbunga-bunga dengan sikap Kaffi yang sangat manis kepadanya. Ia buru-buru merebut piring dari tangan kiffarah dan mengambil daging yang sudah diasapi lalu setelah piringnya terisi penuh, dia menyerahkan kembali pada kiffa dengan tangan yang kentara sekali bergetar.

"Oh, ya Tuhan. kalian membuatku iri!" goda gava menyenggol bahu kaffi.

"Maksudmu?"

Gava sengaja mengerling ke arah Keiko lalu kembali menatap Kaffi dengan seringai nakal. "Kalian sangat mesra. Sepert ABG. Aku tidak menyangka kakakku semanis ini."

"Manis dengkulmu!" umpat Kaffi datar.

Di sebelahnya, pipi Keiko sudah memanas. Semburat merah tercetak kentara dari pipi sampai ke telinganya yang membuatnya terlihat seperti baru saja ditampar dengan keras.

The Marriage Roller CoasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang