9: The Car

5.3K 364 0
                                    

Aku mengambil balon yang ada di ujung lantai tersebut setelah aku menenangkan detak jantungku yang berdetak tidak normal karena ulah Arel.

Aku tersenyum ke arah Arel yang ada di belakangku.

"Kita lepasin bareng-bareng ya." Ujar Arel sambil berjalan mendekat ke arahku berdiri.

Aku mengangguk lalu membiarkan Arel 'memeluk' punggung tanganku.

"Make a wish

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Make a wish." Ujarnya sambil memejamkan mata.

Aku mengikutinya.

Ia berkata. "Semoga gue sama cewek di sebelah gue bisa langgeng, nggak pernah berantem, dan semoga dia nggak pernah ninggalin gue."

Aku tersenyum dalam pejaman mataku.

"Semoga doa Arel terkabul." Ujarku berteriak keras.

Kami melepaskan ikatan balon tersebut ke udara setelah kami berdoa.

Balon itu terlihat indah terbang di awan.

Berwarna-warni, sama seperti hari ini.

***

Arel mengantarkanku pulang dan sekarang kami sudah sampai di depan rumah.

"Masuk dulu ya? Lo harus kenalan sama mama papa." Ujarku lalu menarik tangannya menuju depan pagar.

Ia mengerutkan dahinya. "Maksud lo? Orang tua lo kan udah kenal sama gue."

Aku tersenyum. "Gue mau ngenalin lo ke orang tua gue sebagai pacar gue, bukan sebagai guru privat atau temen gue."

Arel mengangguk. "Ada-ada aja lo. Yaudah."

Aku menoleh ke belakang. Ada sebuah mobil yang terparkir di depan rumahku. Dan aku baru sadar.

Ada tamu?

Siapa?

Mobil itu asing, aku tidak tau mobil itu punya siapa.

Aku menggandeng tangan Arel memasuki gerbang rumah.

Dan kini kami sudah sampai di ambang pintu utama rumahku.

Ada tamu.

Aku masuk ke dalam rumah dan mendapati mama dan papa sedang berbincang-bincang dengan dua orang laki-laki.

Laki-laki yang umurnya kira-kira lebih tua lima tahun dari papa menoleh ke arahku dan Arel.

"Arel?"

"...."

***

AM-PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang