23: The Answer?

3.9K 278 4
                                    

"Bentar deh, Mor. Kalo Arel lagi pertukaran pelajar, terus yang ngirim buket bunga ke elo siapa?"

Aku diam tak mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Bener sih kata lo tadi, emang agak aneh." Brisa melanjutkan ucapannya.

Aku menatap Brisa. "Malem ini, gue tidur di apartemen lo boleh nggak?"

Brisa mengangguk lalu tersenyum manis. "Apa sih yang enggak buat lo." Jawabnya yang membuat senyum di bibirku terukir perlahan.

Brisa memeluk bantal di pangkuannya. "Tapi, nanti suami lo gimana? Kasihan tau, baru aja nikah, lo udah main kabur aja."

Aku melempar bantal di pangkuanku ke arahnya. "Prima bukan suami gue."

"Oh jadi namanya Prima." Gumam Brisa sambil memasang senyum jahil di bibirnya. "Terus lo mau jadi janda di umur tujuh belas tahun?" Lanjut Brisa bertanya.

"Gue mau ngajuin pembatalan pernikahan." Jawabku yang langsung dihadiahi gelak tawa dari Brisa.

"Kasihan suami lo tidur sendiri di rumahnya."

"Bodo amat."

***

"Bu, saya mau tanya, Arel Dinara Bramantyo kelas XII IPA 2 ikut pertukaran pelajar ya?" Tanyaku sesaat setelah sampai di ruang tata usaha dan menghampiri salah satu staff.

"Sebentar, saya cek dulu." Jawabnya ramah.

Aku mengangguk dan menunggu.

Aku menoleh pada Brisa yang ada di sampingku. "Bri, seragam lo kedodoran di badan gue."

"Lo sih, susah makan." Ucapnya sambil menyenggol lenganku.

Ibu staff yang tadi sibuk mencari data menoleh ke arahku dan Brisa. "Iya benar, Arel Dinara kelas XII IPA 2 sedang melakukan pertukaran pelajar ke Inggris, pihak sekolah yang merekomendasikan."

"Kira-kira sampai kapan bu?" Tanyaku berharap Arel pulang cepat.

"Kira-kira sampai bulan Mei atau Juni." Jawabnya yang membuat jantungku berdegup kencang.

Aku meminta penjelasan yang lebih detail. "Unasnya gimana bu? Arel tetap mengerjakan unas di Indonesia atau di Inggris?"

"Biasanya, ikut ujian di sana, nak, tapi tetap pakai standar dan semua soalnya berasal dari Indonesia, hanya pengerjaannya saja yang di sana untuk menghemat waktu. Jadi, waktu pulang ke Indonesia, dia sudah menyelesaikan semua ujiannya disana." Ibu staff itu menjawab pertanyaanku dengan sabar.

Aku berpikir sejenak.

Harus selama itu aku menunggunya pulang?

Aku takut Arel tidak pulang dan justru mengambil kuliah di sana.

Begini rasanya kehilangan?

***

AM-PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang