8: Girlfriend

5.9K 447 3
                                    

Arel menurunkanku di depan suatu restoran.

Bener kan, kataku. Dia bakal ngajak aku kencan.

Dia.

Menggandeng tanganku.

Dan.

Ini baru pertama kalinya aku digandeng cowok.

Rasanya nyetrum gitu.

Wajah Arel kelihatan gugup juga, sama seperti wajahku saat ini.

Dia mengajakku ke sebuah tangga dan menaikinya. Kukira dia bakal mengajakku makan di lantai atas.

Tapi ternyata, dia mengajakku naik ke lantai atas lagi. Dia menggandengku menaiki tangga lagi.

Dan, sekarang kami sudah sampai di lantai paling atas dari gedung restoran tersebut.

Tunggu....

 Apa itu?  

 Apa itu?  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Balon?

Ada balon banyak banget. Warna warni.

Dia mengajakku ke ujung rooftop tersebut, tempat balon warna-warni tersebut ditali.

Aku mendongakkan kepalaku ke atas, fokus melihat balon-balon tersebut.

Dia menggandeng tanganku lalu tersenyum. Manis banget.

Aku balas tersenyum.

Dia mengambil gitar yang ada di belakang badannya. Aku tidak sadar, ternyata ada gitar di pojok sana.

Dia mulai menyanyikan lagu dengan gitar putih yang sedari tadi dipetiknya.

"When your legs don't work like they used to before
And I can't sweep you off of your feet
Will your mouth still remember the taste of my love?
Will your eyes still smile from your cheeks?

And, darling, I will be loving you 'til we're 70
And, baby, my heart could still fall as hard at 23
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
Well, me—I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I am

So, honey, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
Maybe we found love right where we are"

(Thinking Out Loud - Ed Sheeran)

Aku suka. Sumpah, suka banget.

Aku tak sekalipun berhenti tersenyum menatapnya. Gila, cowok sedingin dan pemaksa kayak Arel bisa main romantis-romantisan kayak gini.

Setelah ia menyelesaikan lagunya, ia berdiri di depanku, masih dengan senyum menawannya.

Ia menatap mataku lekat-lekat.

Arel memegang tangaku.

Aku yakin, pipiku sekarang sudah merah.

Dia mulai membuka suaranya.

"Mor, gue tau, gue jutek. Gue tau, gue cuek. Gue tau, gue suka maksa. Gue tau, gue nyebelin. Maaf." Ujarnya pelan.

Aku hanya mengangguk sambil menahan tawa melihat ekspresi wajahnya.

"Maaf, kalo sikap gue ke lo selama ini kayak gitu. Mungkin cara gue sayang sama lo salah, lo malah jadi sebel sama gue. Sikap gue ke lo selama ini, artinya karena gue sayang sama lo." Lanjutnya yang langsung membuat detak jantungku bertambah cepat.

Aku hanya diam.

Arel terlihat seperti mengambil nafas sebentar, "Mora Arhesa, lo mau nggak jadi pacar gue?" Ucapnya sambil menyodorkan sebuket bunga dari belakang tubuhnya.

Aku tidak tahu asal buket bunga itu darimana.

Lengkung senyum di bibirku bertambah lebar. Sumpah.

Arel nembak aku?

Nggak mimpi?

"Nggak mimpi kan?" Tanyaku yang langsung dihadiahi sebuah gelengan dari Arel.

Aku melayangkan sebuah pertanyaan lagi, konyol. "Nggak dibajak kan?"

Ia tertawa, tetapi tidak lepas.

Mungkin karena efek grogi takut ditolak?

"Ya enggak lah." Jawabnya.

Aku mengangguk dan mengambil buket bunga di tangan Arel.

Arel memelukku erat, aku balas memeluknya juga.

Arel perlahan melepas pelukannya lalu memulai percakapan. "Lo tau nggak?"

Aku mentapanya dengan tatapan bingung. "Kenapa?"

"Lo cinta pertama gue." Jawabnya sambil tersenyum tulus.

Sudah keberapa kali Arel tersenyum seperti itu kepadaku hari ini? Entahlah, aku nggak tau.

Aku tertawa.

Menertawainya.

Menertawai diriku sendiri juga.

"Sama dong?" Ujarku lalu tersenyum.

Ia menaikkan kedua alisnya, pertanda bingung. "Maksudnya?"

"Lo cinta pertama gue juga." Jawabku sambil tertawa.

"Gue suka liat lo ketawa." Ujar Arel tiba-tiba yang langsung membuat tawaku berhenti.

"Lesung pipi lo kelihatan banget kalo lo lagi ketawa. Manis, gue suka." Lanjutnya yang langsung membuatku terdiam di tempat.

***

AM-PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang