Drap! Drap! Drap!
"Hah... hah... hah!" saat ini kau tampak terengah-engah. Deru nafasmu sangat kacau dan tak berirama. Lelah karena terus berlari-lari sedari tadi. Namun kau abaikan rasa lelah itu demi menyelamatkan dirimu. Menyelamatkan diri? Ya, saat ini kau bisa dikategorikan sedang dalam bahaya "(Name)~ kemarilah. Apa kau tak capek bermain kejar-kejaran terus dari tadi?" suara yang terdengar mengancam itulah sumber ketakutanmu.
Kau semakin tak ingin berhenti jika mendengar suara lelaki itu melintas dan menggemah di kepalamu. Rasa takut dan cemas semakin besar dan terus menghantuimu di setiap langkah panjangmu. BRUK!.... "AH!" bodohnya kau malah terjatuh di saat genting ini. Lututmu mengalami luka gores cukup parah karena bergesekan dengan lantai ketika jatuh tadi "Khh..." kau merintih sakit sambil memegangi lututmu.
"Kakimu kenapa, (name)?" kau tersentak kaget mendengar suara itu melintas sangat dekat ke telingamu. Kau menolehkan kepalamu dengan rasa takut yang masih sama ke sumber suara. Bersamaan dengan brutalnya gemuruh yang meledak-ledak di langit dan kilat yang menyilaukan menembus kaca jendela koridor sekolah, manikmu melihat sosok lelaki bersurai merah darah dan kedua maniknya yang berwarba merkuri menatap tajam ke arahmu sambil menyeringai ngeri. Tatapan itu adalah tatapan mengintimidasi. Sekujur tubuhmu merinding. Bulu kudukmu dengan sigap berdiri menyeluruh. Peluhmu menetes sedikit demi sedikit. Gigimu terantuk-antuk. Dan kau tak bisa melepaskan pandanganmu dari sosok ini.
"(Name), kemarilah... jadilah anak baik." Lelaki itu mendekatimu perlahan. Kedua tangannya mengarah padamu. Kau merinding ngeri.
"Khh... Ti.. tidak... berhenti..." semakin dekat tangan itu dan tanpa ragu kau berteriak "KUBILANG BERHENTI!" namun teriakanmu itu tertelah oleh nyaringnya suara Guntur yang terus mengamuk di hamparan langit kelabu itu. Kilat terus menyambar-nyambar. Dan timbul guyuran hujan membasahi permukaan dalam sekejap.
Kenapa semuanya menjadi seperti?
.
.
.
Chapter 1 : The Beginning Of Everything
.
.
.
"Hei, apa kau sudah dengar?"
"Iya, sudah... lagi-lagi ada siswi yang mendadak mengalami trauma berat dan mengisolasi diri di kamarnya. Dia jadi gila, lho." Tampaknya seisi sekolah sedang membincangkan berita hangat pagi ini di sekolah mereka sendiri. Insiden misterius tentang 'trauma dadakan' setidaknya itulah yang para murid sebut.
"Hei, katanya cewek itu pacarnya Karma".
Selama ini sudah ada 5 korban. Semua korban adalah seorang perempuan. Tingkat kelas mereka tak menentu. Terkadang ada seorang anak kelas 3, 2, dan 1. Yap, itu semuanya. Dan yang paling aneh adalah, para korban itu sebelumnya menjalin hubungan dengan Karma Akabane. Lelaki yang bisa dikategorikan paling popular di sekolah, lain katanya adalah idola sekolah. "Kasihan Karma. Selama ini dia selalu kehilangan pacarnya". "Tapi kalau begitu terus dia akan kosong terus, kan? Kita jadi punya kesempatan isi tempat kosong itu". "Benar juga". Tak ada yang menaruh kecurigaan ataupun merasa janggal pada insiden ini. Sebagian besar para siswi senang karena punya kesempatan untuk mendekati lelaki bernama Karma itu.
"Karma-Kun!" kau spontan menoleh pada sumber suara yang terdengar genit dan melengking itu. Lagi-lagi ada seorang gadis yang mendekati Karma, si idola sekolah itu.
Karma memiliki surai yang merah alami dan itu sangat langkah. Wajahnya tampan. Matanya tajam tapi sifatnya sangat lembut dan sabar. Sejauh orang lain memandang, lelaki itu sangat perhatian. Dia murah senyum. Selalu menebar senyuman dan kebaikannya pada orang yang bahkan baru ia kenal sekalipun. Dia berprestasi. Dia atletis. Kebanggaan orang tua dan harapan para guru. Singkatnya dia lelaki tanpa celah.
Semua gadis tertarik padanya, kecuali kau.
Bukannya kau benci atau apapun itu. Hanya saja kau belum tertarik pada percintaan. Saat ini kau hanya menjalani kehidupan SMA seperti biasa. Tanpa pernah berpacaran. Bermain sepulang sekolah. Ataupun mengikuti kegiatan luar sekolah yang tak resmi. Singkatnya kau ini adalah anak rumahan. Kau hanya mengikuti arus di sekitarmu untuk menjalani hidupmu. Namun meskipun anak rumahan, kau tak kalah penasaran dengan berita yang sedang heboh saat ini. Insiden aneh yang tak pernah ditemukan sebab terjadinya.
Suatu peristiwa pasti ada sebabnya.
Setidaknya itu pemikiranmu saat ini. Kau diam-diam mengumpulkan semua berita insiden sekolah ini dimulai dari korban pertama hingga yang kelima ini. Semua petunjuk selalu mengarah pada seorang lelaki yang sama. Karma lah orangnya. Kau yakin Karma, lelaki penyabar itu menyimpan suatu informasi penting yang mungkin dapat menyelesaikan masalah serius ini. Kau ingin sekali mengintrogasinya namun Karma adalah tipe anak yang tak pernah ditinggalkan oleh orang sekitarnya. Dia tak pernah sendirian. Kau tak pernah sempat mendekatinya. Jika kau asal maju tanpa berpikir, semua siswi akan mencacimu. Tapi kalau begini terus, bisa-bisa kau mati penasaran nantinya. Karena kita tak pernah tahu kapan kita akan mati.
.
.
.
"Gawat! Pulangnya jadi kemalaman gara-gara harus membereskan dokumen dulu!" keluhmu sambil berlari di tengah koridor yang sudah sepi orang. Hanya tinggal kau sendiri di sekolah ini. Kau terus memeriksa jam tanganmu. Sudah pukul 8.20 "Sial, ini sudah kelewat telat! Untung sudah kirim pesan ke mama" gumammu semakin mempercepat langkah. Duar!.... kau berhenti karena mendengar suara Guntur. Apes sekali karena mengetahui hujan akan turun. Kau lemas dan berhenti berlari. Kau terus berjalan mengitari koridor yang tampak hampa itu, hingga pada akhirnya matamu menangkap suatu ruangan yang lampunya masih menyala. Kau memandangi ruangnya yang pintunya tertutup rapat itu "Ah, tak usah pedulikan. Itu sudah biasa" kau mengabaikannya. Karena memang menurutmu 'Lupa mematikan lampu kelas' itu hal yang biasa.
Kau pun berjalan melewati ruang kelas itu, hingga akhirnya kau mendengar suara teriakan yang melengking dan terdengar sangat tersiksa dari ruang kelas itu "KYAAA.... AHHHK!" kau spontan memutar balikan badanmu. Tubuhmu bergerak sendirinya membuka ruang kelas yang lampunya masih menyala tadi. Kau tersentak kaget ketika melihat seorang siswi sudah tergeletak lemas di lantai dengan air mata bercampurkan air liur di wajahnya. Seketika kakimu merinding melihat semua ini. Apalagi, kau juga melihat sosok lelaki yang tampak familiar di matamu. Dengan surai merah dan mata tajam berwarna kuning pudar. Namun ini berbeda, senyuman lembutnya tak tampak di wajah itu. Yang kau lihat saat itu adalah seringai menyeramkan yang dapat membuat orang ketakutan setengah mati melihatnya. Kau pun langsung melarikan diri dari sana tanpa memperdulikan siswi yang sekarat di lantai itu.
Dan entah mengapa, dia, si Karma itu juga mengikutimu.
.
.
.
BRUK!... "KHH...!" suasananya semakin sengit. Kini lehermu sudah berada pada kedua tangan Karma. Melingkari leher rampingmu itu dengan sangat erat. Kau tak bisa bergerak karena tubuhmu ditindih oleh lelaki surai merah cabai itu. Kau terus menahan kesadaranmu. Cekikan lelaki memang kuat dan tak dapat diremehkan. Dengan sisa tenaga, kau turut meraih tangan Karma yang sedang sibuk. Mencengkeramnya dengan sangat kuat juga, meskipun tak sekuat tenaga Karma. Namun kau punya ide lain. Kau memanfaatkan kukumu yang panjang itu untuk menembus kulit mulus Karma. Itu tak sia-sia. Karma langsung melepaskan genggamannya dari lehermu dan kau segera mendorongnya untuk menyingkirkan Karma dari atas tubuhmu. Karma terlempar tak jauh. Namun cukup memberikanmu waktu untuk berdiri dan kabur. Kau sempat menoleh ke belakang dan mendapati Karma masih terduduk di lantai. Kau tak memperdulikannya. Kau semakin memperlaju larimu dan segera pulang ke rumah malam itu. Kau nekat menerobos badai yang sedang mengamuk.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
OverProtective
FanfictionBukankah melindungi hal yang berharga itu sangatlah penting? Warning : Karma Akabane x Readers Saya hanya pinjam karakter... Alur, profesi, dll tidak mengikuti canonnya, maaf 😭