Chapter 18: No Title

3.7K 596 22
                                    

Overprotective

Rasa pening menyerang kepalamu. Memaksamu untuk terbangun dan menyapa kembali dunia. Kau pun membuka matamu secara perlahan. Sensasi silau yang pertama menyapa bangun tidurmu. Kau melenguh ketika merasakan rasa perih merambat di sekujur tubuhmu. Setelah beberapa detik, akhirnya kau mendapatkan kesadaranmu sepenuhnya. Hal pertama yang kau lihat adalah plafon putih dengan lampu panjang yang sedang redup. Suara alat deteksi jantung menyusul menyambut bangun tidurmu. Kau melirikan mata ke samping kanan, melihat ke arah jendela yang menampakan langit biru serta awannya yang seperti lukisan di atas kanvas biru. Kemudian kau melirik ke arah kiri, hanya terdapat furnitur sederhana dan sebuah pintu geser. Akhirnya kau dapat mengetahui bahwa kini kau di rumah sakit. Kau hendak menggerakan sedikit tubuhmu namun rasa perih semakin menyakitkan dirasakan kulitmu. Kau spontan mengerang sakit, "Arghh..."

"(Name)?" Panggil suara perempuan kemudian sebelum kau melihat sosok perempuan paruh baya dengan wajah sendunya, Ibumu. "Oh, anakku... Kau sudah siuman? Oh, syukurlah!" Ujar Ibumu merasa lega lantas memecahkan tangisan harunya.

"Ibu..." Panggilmu parau. Entah mengapa setelah melihat Ibumu, hatimu menjadi hangat bercampur lega. "Hiks... Ibu..." Tangismu pun tak dapat dibendung lagi.

"Ya, nak... Jangan khawatir. Ibu ada di sini. Maafkan Ibu, nak... Tidak menyadari kau sedang menderita... Kau sampai seperti itu..." Ibumu mengusap lembut lengan tanganmu yang dipenuhi perban.

"Aku takut, Bu... Rasanya sakit sekali, hiks..."

"Jangan khawatir, nak... Sekarang kau aman... Untung saja pemadam segera datang saat kebakaran itu, nak..." Mendengar kata 'pemadam' dari Ibu, membuatmu teringat akan sesuatu. Tangismu yang pecah segera berhenti tergantikan dengan raut wajah yang menegang. "Bu, di mana Karma?" Tanyamu sejurus kemudian.

"Eh? Karma? Karma siapa maksudmu?" Ibumu bertanya balik.

"Karma... Yang menyelamatkanku! Dia mempertaruhkan nyawanya dan datang padaku!"

"Kalau dia... Sudah menghilang sejak tiga hari yang lalu." Kau dan Ibumu spontan menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari pintu. Di sana sudah terdapat Nagisa berdiri dengan tampangnya yang serius. Dan perkataan Nagisa barusan membuatmu mengernyit alis.

"Menghilang?"

.

.

.

No Title

.

.

.

Suara burung camar mengalun merdu pulang ke sarangnya. Langit jingga terlukis indah di atas sana. Daun kering berguguran dan disapu oleh angin semilir yang sejuk. Beberapa macam orang lalu lalang di sekitar taman rumah sakit. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing dan tak ada waktu untuk memperhatikanmu yang sedang menikmati suasana senja barang sedetik saja. Di sana kau sama seperti orang-orang di sekitar taman. Hanya seorang pasien biasa yang tengah duduk di kursi roda dengan di dampingi Nagisa. Sementara Nagisa duduk menunggumu, kau sibuk membaca buku tanpa bergeming sejak beberapa menit yang lalu. Pada akhirnya Nagisa mulai jenuh.

"Apa kau tidak ingin kembali ke kamar, (name)?" Tanya Nagisa memecah konsentrasimu yang sedang membaca.

Kau menoleh terlebih dahulu ke arah Nagisa sebelum menjawab singkat, "Sebentar lagi."

Nagisa menghela nafas jenuh. Angin yang berhembus mulai semakin dingin seiring tenggelamnya matahari. Nagisa tidak mencemaskan dirinya yang akan kedinginan, melainkan mencemaskanmu yang mungkin akan kedinginan karena kau hanya mengenakan piyama rumah sakit yang tipis. Nagisa tidak bisa melindungi dirimu dari rasa dingin karena ia juga tak memakai jaket apa pun. "Ckk, ayolah, (name)... Udaranya semakin dingin. Kau masih dalam masa pemulihan sekarang." Akhirnya Nagisa kembali berusaha untuk membawamu kembali ke kamar.

OverProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang