Overprotective
"Mungkin penyebabnya dari sekolah," kata Nagisa menebak-nebak. Kedua orangtuamu tampak cemas. "Yah, (name) bilang dia tidak mau masuk sekolah. Dia bersikeras. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Dia terus berkata, aku tak mau bertemu dengannya," jelas Nagisa.
"Lalu? Apa kita harus melapor pada guru?" Tanya Ayahmu pada Nagisa.
Nagisa menggeleng. "Untuk sekarang, bisakah paman memindahkannya ke sekolah lain? Sekolah yang jauh dari sekolah itu."
Nagisa mengepal erat tangannya. Ia menatap tajam jam dinding di ruang tengah rumahmu. Aura gelap terpancar dari tubuh Nagisa. Hasrat membunuh tampak jelas dari raut dingin Nagisa. "Karena sepertinya aku tahu siapa yang menyebabkan dia jadi seperti ini."
.
.
.
Never Ever
.
.
.
Sudah seminggu sejak Karma menculikmu dan kau berhasil kabur hari itu juga. Kau masih enggan untuk keluar rumah. Tak peduli berapa kali orangtuamu bertanya padamu apa yang terjadi, kau hanya menjawabnya dengan senyuman tipis dan sepatah kalimat "Tidak ada apa-apa" sambil menggeleng singkat.
Kau bukannya merasa trauma karena tindakan Karma yang sudah kelewat batas. Hanya saja, akan lebih aman jika kau di rumah. Kau tidak mau melukai siapa pun lagi. Berdiam di rumah pilihan yang tepat. Tidak akan ada yang menyakitimu dan tidak ada yang terus mengawasimu. Kegilaan Karma sudah membuatmu muak. Jika diteruskan, kau merasa akan menjadi gila juga.
Tok, tok... Suara ketukan terdengar disusul dengan panggilan dari Ibumu. "Ibu masuk, hmm?" Tanpa menunggu jawaban, sang Ibu langsung memasuki kamarmu. Hal yang pertama kali Ibumu lihat adalah dirimu yang tengah berdiri di depan jendela yang terbuka.
Mendadak Ibumu memasang raut khawatir yang sukses membuatmu heran. "(Name)! Kau kenapa!" Racau Ibumu sambil bergegas menarik tanganmu menjauh dari jendela.
"Memangnya kenapa, Bu!"
"Kenapa? Kau mau melompat, kan! Ada apa denganmu!" Kau terbelangak mendengar penuturan Ibumu yang jelas meleset jauh.
"Ibu ini yang kenapa! Aku hanya melihat pemandangan! Aku tidak ada niat untuk bunuh diri, Bu! Percayalah!" Ibumu yang tadinya panik kini menjadi tenang, hanya saja dari tatapannya, ia masih belum percaya dengan ucapanmu. Cengkraman tangan Ibu di kedua bahumu juga tidak mengendur.
Kau pun tersenyum tipis. Kau menggenggam kedua tangan Ibumu dengan lembut dan memisahkannya perlahan dari bahumu. "Aku tidak berniat melompat, Bu. Percaya pada putrimu, ya?" Raut curiga Ibumu mereda.
"Benarkah?" Tanya Ibumu memastikan.
Kau mengangguk sekali. "Nah, Ibu bawakan apa untukku?" Tanyamu kemudian.
"Ah, ini... Ibu buatkan kue manju. Kesukaanmu, kan?"
"Wah, Ibu hebat. Kau tahu apa keinginanku sekarang!" Ujarmu sembari memeluk sayang Ibumu yang masih membawa sepiring kue manju.
"Kalau begitu, aku makan sekarang. Itadakimasu!" Kau pun memakan kue buatan Ibumu dengan lahap kala itu. Sambil Ibumu memperhatikanmu dengan perasaan lega.
Tak lama setelah kesunyian menyerbu, Ibumu kembali angkat bicara. Ibu berbicara padamu dengan hati-hati "(Name), apa kau tak keberatan jika pergi dari rumah ini?" Tanya Ibumu tiba-tiba. Kau sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu dari Ibumu, bahkan kau sempat berhenti mengunyah kue di mulutmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OverProtective
FanfictionBukankah melindungi hal yang berharga itu sangatlah penting? Warning : Karma Akabane x Readers Saya hanya pinjam karakter... Alur, profesi, dll tidak mengikuti canonnya, maaf 😭