Chapter 17: Tragedy

3.6K 573 74
                                    

Overprotective

Kau terlelap usai melewati siksaan dari air alkohol yang Asano tuangkan di atas luka-lukamu. Kini Asano selesai mengikat tubuhmu dengan rantai tebal di sanggahan kasurnya sendiri. Asano memandangi sejenak hasil kerjanya. Ia mendengus, menyeka keringat. Lantas matanya jatuh pada sayatan-sayatan di tubuhmu. Bagai lukisan tiga dimensi yang tampak indah. Asano menyeringai tanpa sadar.

Pun Asano mengecek jam tangannya. Sekali lagi menyeringai. Karma akan segera tiba. Asano bergegas ke ruang tengah untuk mengambil pemantik dan melangkah ke luar rumahnya. Di depan rumah, sudah terparkir mobil mewah. Dan di dalamnya, sudah terdapat Hinano yang tengah duduk meringkuk di jok belakang. Asano memandangi sejenak sosok Hinano dari luar mobil sebelum akhirnya ia berpaling dan menghampiri jirigen minyak tanah di pekarangan rumah.

"Malam ini... Akan kubuat menjadi malam tragedi," gumam Asano seraya menyiramkan minyak tanah tersebut mengelilingi rumahnya. Setelah selesai, Asano memainkan pemantiknya. Matanya tersirat buratan merah dari api yang ia nyalakan. Tampak menyeramkan dan memilukan. Lantas, Asano pun melemparkan pemantik yang menyala itu pada minyak tanah.

Api segera menyambar. Rasa panas segera menyebar. Asano tersenyum miring. Ia pun beralih ke mobil. Memasukinya lantas pergi bersama Hinano dengan mobil tersebut. "Setidaknya... Kita semua dapat mati bersama, kan? Hinano?"

.

.

.

Tragedy

.

.

.

Karma berlari susah payah. Nafasnya sudah tersengal dahsyat. Hanya beberapa meter lagi ia tiba di rumah Asano, hingga ia melihat sebuah mobil melintas melewatinya. Mobil yang tampak familiar. Tanpa sadar Karma terus menatap mobil tersebut dengan tegang. "Itu... Mobil milik Asano?" Gumam Karma berniat mengejar jika saja ia tak melihat buratan warna merah yang menyeruak di langit, dan asap tebal. Ada kebakaran.

Karma melotot horor. Segera ia membawa kakinya lebih cepat menuju lokasi kemungkinan kebakaran terjadi. Firasatnya sangat buruk. Dan hal itu terbukti ketika ia melihat tempat tujuan awalnya--rumah Asano--telah ditelan oleh jago merah. Tak mau firasat buruk terus menghantuinya, ia pun memasuki rumah tersebut tanpa pikir panjang. Tak peduli meski api telah mengurung luar rumah, Karma tetap menerobos kobaran api hingga tangannya mengalami luka bakar. Yang ada di pikirannya saat ini hanya dirimu.

"(Name)!" Panggil Karma mulai mengeliling isi rumah yang ternyata belum dimasuki api, hanya asap tebal menyesakan.

Ruang tamu, dapur, kamar kecil, dan setiap sudut lorong Karma telusuri. Tak ada tanda-tanda akan dirimu. Bahkan ruangan kosong yang dipenuhi dengan darah kering yang amis tak ada sosokmu. Karma mematung di depan ruangan kosong itu. Ia melihat banyak sekali darah. Kau telah di siksa sampai mengeluarkan darah sebanyak ini. Karma mengepal tangan erat. Ia menggigit bibirnya dan mulai menggerakan kaki kembali, mencarimu.

Satu ruangan yang belum Karma kunjungi sama sekali. Ruangan yang pintunya terkunci dengan gembok besi besar. Karma memandangi ruangan yang merupakan kamar milik Asano. Merasa yakin, Karma mulai mengacau. Ia memakai benda apa saja di sekitar sana untuk menghancurkan gembok tersebut. Sekaligus menghancurkan pintu. Namun tak ada barang apa pun yang bisa menghancurkan pintu kokoh itu. Perjuangan Karma sia-sia. Pun akhirnya Karma mendobrak-dobrak pintu untuk memastikan bahwa dirimu berada di dalam dan yang terpenting, baik-baik saja.

"(NAME)!" Panggil Karma dengan berteriak sekeras mungkin.

Di dalam kamar, kau merasa terusik dengan rasa sesak dan gatal di tenggorokan. Perlahan kau pun membuka mata. Hanya butuh beberapa detik hingga kau sadar bahwa kau dalam keadaan terikat dengan rantai tebal. Kau meronta namun rantai tak berkutik. Hanya menimbulkan suara gesekan besi yang tak beraturan. Dan baru kau sadari, di ruangan kamar ini banyak sekali kumpulan asap menyesakan. Membuatmu harus terbatuk-batuk tak tertahankan. "Uhuk! Uhuk!... T... Tolong!" Serumu sebisa mungkin.

OverProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang