Lagi-lagi para murid dari sekolah tempatmu menuntut ilmu dihebohkan dengan insiden yang sama. Namun, kali ini lebih heboh dibanding hari sebelumnya, karena insiden ini lebih cepat terulang dari yang sudah-sudah. Semua siswi jadi merasa cemas dan juga takut akan nasib mereka. Mereka beranggapan kalau ini adalah ulah orang luar dan sebagainya. Di sekolah ini hanya ada satu orang yang mengetahui semua penyebab insiden yang disebut 'trauma dadakan' ini, yaitu kau.
Kau sudah sangat yakin semua penyebab insiden aneh ini adalah perbuatan Karma. Hanya saja, kau masih penasaran akan satu hal.
Bagaimana Karma bisa membuat semua siswi jadi seperti itu?
Pertanyaan itu terus menggentayangimu. Kau ingin bertanya pada Karma langsung. Kau ingin berhadapan empat mata padanya, namun kau sendiri telah mengalami trauma ringan karena peristiwa malam berbadai kemarin. Kau masih ingat betul, rasa gelisah dan juga ketakutan yang menusuk hingga ke tulang rusukmu. Kakimu yang lemas dan cengkeraman di lehermu yang ramping itu, semuanya masih membekas di benakmu. Dan satu lagi, pancaran mata pengintimidasi itu membuatmu tak bisa berkutik ketika melihatnya.
"Tanganmu kenapa Karma?" kau bergidik ngeri mendengar nama itu. Spontan kau menoleh pada sumber suara. Lagi-lagi ada perempuan yang mendekatinya. Entah mengapa, kau jadi terdiam di tempat kau berdiri. Sedikit tertarik untuk mendengarkan obrolan mereka.
"Tidak apa-apa. Hanya sedikit mengalami luka gores." kau memperhatikan wajah Karma yang masih dipenuhi senyuman indah. Rasanya sulit dipercaya kalau dia adalah orang yang sama dengan yang semalam.
"Kenapa sampai tergores? Apa kau terjatuh?"
Setelah pertanyaan itu, kau melihat kedua manik Karma seperti melirik ke arahmu. Senyuman ramahnya sempat sirna ketika ia memandangmu. Kau merasakannya. Aura yang hebat dan perasaan mengintimidasi terpancar dari lelaki surai merah itu. Kau merinding melihat kilatan matanya yang tajam. Seringainya tampak sekejap menghiasi wajahnya. Hanya dalam hitungan menit, sosokmu sudah lenyap dari lokasi tempatmu berdiri tadi. Kau melarikan diri dari pancaran mata yang mencekam itu.
Apa maksud dari tatapannya itu?
.
.
.
Chapter 2: surprising words
.
.
.
BRUK!
Rasanya kepalamu jadi mati rasa. Hanya dalam hitungan detik kau sudah bersandar di dinding. Di matamu kau melihat gerombolan cewek kelas 2. Itu kakak kelasmu. Wajah mereka tampak menyeramkan dengan kerutan di dahi mereka. Kenapa ekspresi mereka seperti itu?. tanyamu dalam hati.
"Kudengar kau yang melukai tangan Karma, ya? Kenapa kau melakukannya?" salah satu dari mereka bertanya padamu. Mungkin dialah pemimpin dari grup ini.
Kau hendak berdiri namun lagi-lagi ada tangan yang mendorongmu. Kembali kepalamu bertemu dengan dinding batu yang sudah dilindungi cat murah berwarna putih "Jawab dulu, oi!" seru gadis itu lagi.
Karma Akabane. Dia telah mengompori semua cewek ini. Rasanya kau ingin berteriak kalau Karma lah yang menyebabkan semua insiden ini. Namun kau renungkan niatmu, karena kau tak punya sesuatu yang bisa disebut 'bukti'.
"Hei! Kau bisu ya! Aku bertanya padamu!?"
Bertanya apaan? Kalau pun aku menjawabnya dengan jujur, kalian masih akan melakukan kekerasan padaku, bukan? Dan jika aku berkata 'tidak' aku juga akan menerima pukulan dari kalian. Jadi mau kujawab apapun juga. Semuanya adalah jawaban yang salah!
KAMU SEDANG MEMBACA
OverProtective
FanfictionBukankah melindungi hal yang berharga itu sangatlah penting? Warning : Karma Akabane x Readers Saya hanya pinjam karakter... Alur, profesi, dll tidak mengikuti canonnya, maaf 😭