"Kencan buta?" Kau tercengang mendengarnya dari salah satu teman baru di sekolah barumu.
"Iya! Bersama dengan cowok-cowok dari kota sebelah!" Tegas Ritsu.
"Boleh juga tuh? Berapa kira-kira yang akan ikut?" Tanya Rio antusias.
Ritsu berpikir sejenak sebelum menjawab "Mmm? Ah, 5 orang!" Seru Ritsu sejurus kemudian.
"Kalau begitu, kita ajak dua orang cewek lagi--
"Tunggu dulu!" Spontan kau memotong perkataan Rio. Membuat dua kawanmu itu menatapmu penuh tanda tanya. Mendadak kau menjadi gagap dipandang seperti itu. "Anu... Itu... Aku..." Ujarmu terbata.
"Ada apa, (name)? Jangan bilang kau tidak bisa ikut lagi?" Tebak Ritsu.
"Apa, lagi? Oh ayolah. Kau selalu bekoar mau punya pacar, tapi setiap ada ajakan main, kau jadi selalu ragu," omel Rio panjang lebar.
Kau hanya dapat merespon dengan tawa garing "Ahahaha, maaf... Tapi aku..."
"Apa lagi alasanmu kali ini, (name)? Sibuk? Mau belanja? Ada janji lain?" Desak Rio mulai kesal. Kau merasa disudutkan. "Ummm, aku..." Akhirnya kau bingung mau menjawab apa.
"Aku akan ikut."
Kau pun menerima ajakan tersebut pada akhirnya.
Walau dengan terpaksa.
.
.
.
Collapsar
.
.
.
Kau terdiam. Benar-benar terdiam di tempatmu duduk. Sambil berusaha mempertahankan senyumanmu yang agaknya terlihat terpaksa. Segelas jus yang kau pegang pun tampak bergetar menahan keramaian di ruang karaoke. Di dalam ruang karaoke yang sempit ini, 9 orang termasuk kau berada di dalamnya. Namun hanya 8 dari 9 orang itu saja yang membuat kericuhan.
Kau tidak sanggup berada di tengah keributan ini. Kau tidak terbiasa. Berjingkrak-jingkrak sambil bernyanyi dengan suara keras. Ini jelas bukan tempatmu. Belum lagi, seorang lelaki datang menghampirimu. Dengan lancang duduk di sampingmu sambil merangkulmu.
"Namamu (name), kan? Kau tidak bernyanyi?" Tanya lelaki asing tersebut sambil sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya.
Kau menunduk sambil memaksakan diri tersenyum "Yah, aku tak bisa menyanyi. Lebih baik nonton saja, kan. Tenggorokan jadi tidak sakit juga," jawabmu.
"Ahaha, kau lucu. Kalau begitu ngobrol saja denganku, hmm?" Lelaki itu semakin merendahkan suaranya. Ia berbicara tepat di dekat telingamu. Membuat tubuhmu meremang geli.
"Maaf, tapi bisakah kau sedikit menjauh?"
"Hmm? Tidak. Aku ingin menggaet satu cewek sebelum orang itu datang."
Kau mengernyit alis sebelum akhirnya menyadari kalau sejak awal yang berada di ruang karaoke hanya ada sembilan orang termasuk kau sendiri. Dan hal kedua yang baru kau sadari adalah seragam cowok-cowok yang berada di sini ternyata seragam sekolahmu dulu. "Tung..." Spontan kau mendorong lelaki di sampingmu, namun lelaki tersebut dengan cepat mencengkram pundakmu.
"Ada apa, (name)? Kau baru saja mau mendorongku?"
"Aku... Aku mau ke toilet! Menjauhlah!" Kau memberontak.
"Bohong. Sudah jelas kau mau kabur dariku. Kenapa? Apa kau takut? Kau belum pernah pacaran? Kalau begitu, bagaimana kalau aku mengajarimu?" Oceh lelaki tersebut tak jelas sambil tangannya dengan kurang ajar merambat pelan di atas pahamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OverProtective
FanfictionBukankah melindungi hal yang berharga itu sangatlah penting? Warning : Karma Akabane x Readers Saya hanya pinjam karakter... Alur, profesi, dll tidak mengikuti canonnya, maaf 😭