Chapter 19: Just Me....

4.2K 544 44
                                    

Overprotective

"Sudah lama aku ingin menggenggam tanganmu seperti ini," kata Karma semakin mengeratkan genggamannya pada tanganmu. Kau tersenyum.

"Dulu kau bahkan mengurungku..." Sindirmu. Hanya dibalas dengusan diam oleh Karma.

"(Name)... Aku ingin berubah. Itulah yang kupikirkan selama aku menghilang. Tapi nyatanya, ketika mengingatmu saja jantungku sudah berdebar tidak tenang. Aku bertanya-tanya, apa kau aman? Apa kau sehat? Apa kau masih ceria?" Kau diam menyimak curahan hati Karma, menatap Karma dengan lamat masih sambil bergandengan "Aku sadar, bahwa sulit menghilangkan sifat ini. Sifat yang ingin memonopoli semuanya dan sifat posesifku yang berlebihan... Meski begitu, apa kau masih dapat menerimaku?"

Kini mata kalian saling beradu. Melihat diri sendiri dari pantulan bola mata masing-masing. Jantungmu berdebar. Wajahmu memanas. Karma kini tampak mempesona di matamu. Kau tak dapat mengalihkan pandangan dari ukiran wajah yang sempurna itu. "Sudah kubilang, kan aku sudah terbawa sangat dalam ke lubang hitam. Aku tidak bisa kembali lagi..."

Karma menggeleng dengan tekukan alis serta senyuman miring, "Apa maksudmu? Kau mencoba jadi puitis?"

Kau mengerucut bibir kesal, "Aku akan tetap suka padamu! Tidak, aku mencintaimu! Sampai rasanya aku tidak bisa hidup tanpamu, puas?"

Karma tertawa kecil, "Baiklah, aku puas." Melihat senyuman Karma yang jarang membuatmu ikut tersenyum senang. Kau mendengus lantas menyandarkan kepalamu di pundak Karma.

"Kumohon... Jangan menghilang lagi dari hadapanku, Karma." Matamu terpejam setelah mengatakannya.

Karma hanya berair muka berat. Ada banyak yang ia pikirkan saat ini. Dan tidak dapat ia jabarkan segala hal yang ada di otaknya. Ia hanya semakin erat menggenggam tanganmu dan menggigit bibir bawah, hendak mengatakan sesuatu namun urung.

.

.

.

Just Me...

.

.

.

Sudah lima hari sejak kemunculan Karma. Di rumah sakit, kalian banyak menghabiskan waktu bersama dengan menyenangkan. Tak jarang pula Ibumu datang dan Karma mengakrabkan diri dengan Ibumu. Karma banyak tersenyum. Kau tak pernah lagi melihat tatapan tajamnya yang mengintimidasi seperti saat pertama kali kalian mulai mengenal. Kau yakin, Karma telah berubah. Seratus persen berubah.

"Buku ini bagus..." Komentarmu yang sedang membaca buku romansa remaja.

Karma yang sedang menata bunga di nakas menaruh perhatian padamu, "Hmm? Apa itu?"

"Bukan hal yang hebat tapi menyenangkan untuk orang biasa sepertiku..." Kau yang sempat mengalihkan mata dari buku kini kembali membacanya, mengulang bagian yang kau suka "Di sini, tertulis, mereka melakukan kencan pertama dengan diawali memakan es krim bersama. Jalan bergandengan. Sang pria membelikan sebuah kalung sebagai kenangan kencan pertama. Lalu bagian yang paling kusuka adalah ketika mereka berciuman di tempat pertama mereka bertemu dan saling berjanji untuk selalu bersama selamanya dalam kebahagian... Indah sekali... Aku ingin yang seperti itu."

Karma mengernyit mendengarnya. Ia lantas menggeleng seraya menggedikan bahu, menandakan ia kurang suka dengan apa yang kau ceritakan. "Memangnya kencan selalu seperti itu?" Tanya Karma.

Kau menutup dahulu bukumu sebelum menjawab "Ya, bukankah kencan memang seperti itu? Tapi aku memang belum pernah berkencan, sih... Kalau kau pasti sudah pernah, kan?"

"Ya, sekali... Tapi aku hanya menjadi dompet mereka..." Mendengar penuturan Karma membuatmu terdiam, merasa tak enak.

"Sekali? Bukankah selama ini kau telah berpacaran dengan banyak perempuan... Meski akhirnya mereka berakhir menjadi gila..."

OverProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang