Overprotective
Perlahan kau membuka kelopak matamu. Cahaya lampu segera menyambut penglihatanmu hingga menimbulkan sensasi ngilu. Kau mengerjap, membiasakan diri dengan cahaya sekitar. Di ambang kesadaran, kau sedikit menggeser tanganmu hingga kulit dan sesuatu benda lembut saling bergesekan. Di saat itulah kau baru sadar, jika dirimu berada di atas tempat tidur. Kau segera terbangun dan melihat ke sekeliling.
Kau berada di atas sebuah kasur kecil dengan beberapa selimut di sekitarnya. Tapi bukan hal itu yang membuatmu berekspresi seperti orang yang sedang melihat suatu fenomena dunia. Kau terperangah begitu tahu bahwa dirimu kini sedang berada di dalam kurungan dengan pencahayaan yang remang di dalamnya. Meski belum pernah dipenjara, tapi kau sangat yakin tempat ini sama dengan penjara. "Di mana aku?" Tanyamu entah pada siapa.
Namun suara lelaki segera menjawab pertanyaanmu "Kau di rumahku, (Name)," kata suara itu disusul dengan munculnya sosok Karma dari sudut ruangan yang tak terangi oleh lampu di luar kurunganmu "Kau akan aman berada di sana."
"Kar... Ma?"
.
.
.
He's Crazy
.
.
.
Karma berjalan di depan kurunganmu dengan wajah arogannya. Mondar-mandir beberapa detik sebelum akhirnya lelaki bersurai merah itu duduk di kursi putar lantas memutarkan tubuhnya di atas kursi tersebut hingga kembali menghadapmu yang berada di dalam kurungan. Mata kalian saling beradu cukup lama. Suara detik jam terdengar di segala penjuru ruangan, membuktikan suasana saat ini sangat sunyi dan mencekam.
Karma menyamankan punggunnya di sandaran kursi lalu mendengus. "Apa kau lapar? Aku bisa bawakan makanan kalau kau mau," ucap Karma pertama kali setelah puas saling menatap.
Kau memalingkan wajah "Kau benar-benar gila," balasmu bukannya merespon ucapan Karma.
Keheningan kembali melanda. Kau menggenggam erat besi berkarat yang berjajar mengurungmu. Kau merasa ogah untuk melanjutkan pembicaraan pada Karma yang sudah berlaku gila dengan mengurung orang seperti ini. "(Name), aku bertanya... Apa kau lapar?" Tanya Karma lagi memecah keheningan. Kini nada bicaranya lebih dingin di banding tadi.
Kau tetap diam. Meski tanganmu sudah bergetar takut, kau tetap pada pendirianmu. Mendiamkan Karma, itulah pilihan terbaik. Keheningan membuat dengusan nafas Karma terdengar. Ia berdiri dari kursi putarnya yang sudah seperti singgasana raja dan berjalan mendekatimu. "Kau marah padaku? Karena mengurungmu seperti ini?" Pertanyaan Karma sukses membuatmu geram.
Akhirnya kau kembali menatap Karma, hanya saja tatapanmu kali ini dipenuhi rasa marah yang berkobar. "Kau sudah tahu, kenapa masih melakukannya! Sekarang lepaskan aku, kau gila!" Racaumu keras.
"Tidak bisa. Kalau aku tidak mengurungmu kau akan kabur. Diluar tidak aman bagimu, percayalah."
"Kau benar-benar tidak waras Karma! Aku memiliki orangtua! Merekalah yang pantas melindungiku! Bukannya kau!"
"Kalau begitu... Bagaimana jika orangtuamu tidak mampu melindungimu?" Perkataan Karma sukses membuatmu membisu. Perkataan yang terdengar sangat buruk memancing prasangka burukmu juga.
"M... Memangnya kau mau apa? Jangan macam-macam, Karma. Lebih baik buat aku gila daripada membusuk dalam kungkunganmu," ucapmu berani, meski di dalam jantungmu sudah berdebar tak nyaman.
Karma diam. Ia menatap matamu dengan lamat dan tajam. "Aku tidak akan membuatmu seperti itu, (Name). Ketahuilah, kau sangat berharga untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
OverProtective
FanfictionBukankah melindungi hal yang berharga itu sangatlah penting? Warning : Karma Akabane x Readers Saya hanya pinjam karakter... Alur, profesi, dll tidak mengikuti canonnya, maaf 😭