Chapter 3 : The Law Of His love

7.5K 1K 209
                                    


Suara karma semakin lirih memanggil namamu dengan nada menggoda. Jujur saja kau merasa ada yang aneh dengan lelaki ini "(Name), sudah lama aku ingin mengatakannya" ia menggenggam tanganmu. Kau semakin heran dan juga sedikit ilfil "Mau jadi pacarku?" akhirnya kalimat itu benar-benar terlontar dari si lelaki sadis ini. Kau terkejut hingga kau berteriak keras di benakmu yang berdebar kencang itu.

EHHHHHHHHHHHHH!

Entah apa sebabnya, lelaki bersurai merah yang menyimpan nama Karma Akabane ini telah menyatakan perasaannya padamu.

Secara tiba-tiba

.

.

.

Chapter 3 ; the law of his love

.

.

.

-Readers Pov-

Tak bisa kupercaya.

Aku menghela nafas berat. Lelah rasanya mengingat apa yang baru saja kudengar dari seorang lelaki yang tak bisa kupercaya sepenuhnya. Ya, lelaki bermuka dua yang kejam itu, barusan mengatakan suatu kalimat yang rasanya mustahil dilontarkan dari mulut yang kayak sambal balado itu.

Mau jadi pacarku?

Kalimat itu terus terulang di kepalaku.

Aku masih mengingat suaranya yang lirih. Hembusan nafasnya. Pancaran matanya yang berubah drastis dari yang killer hingga menjadi lembut selembut permen kapas yang penuh dengan rasa manis gula. Tangannya yang besar. Kulitnya yang halus. Dan tulang-tulang yang menonjol di tangannya itu masih berbekas rasanya di tanganku. Gila.... aku harus menenangkan diri. Aku harus terus mengingatnya kalau dia adalah Karma Akabane yang telah menyebabkan kerusuhan di sekolah yang seharusnya damai ini. Ia telah mencelakai jiwa para siswi yang mendekatinya. "(Name)!" jantungku sempat berdegup kencang seperti hendak loncat keluar dari dalam tubuhku. Aku menoleh ke arah orang yang memanggilku. Aku menangkap sosok lelaki bersurai biru dengan parasnya yang manis. Itu Nagisa Shiota! Teman kecilku!

"Nagisa-kun!" seruku memanggil namanya. Aku datang menghampiri dirinya "Ada apa?" tanyaku.

"Sepulang sekolah aku ada janji dengan temanku. Hari ini kau pulang duluan saja!" setelah mengatakan itu, Nagisa pergi begitu saja menghampiri kembali teman-temannya. Belakangan ini aku merasa jarak antara kami jadi merenggang. Nagisa sudah memiliki dunianya sendiri. Sedangkan aku sebenarnya masih berharap Nagisa kembali memperhatikanku. Aku sedikit kesepian.

.

.

.

"(Name) kau sudah mau pulang?" sulit dipercaya! Karma, satu-satunya lelaki yang tak ingin kutemui malah datang menghampiri kelasku tepat 1 menit setelah bel tanda pelajaran telah usai berdering. Aku melirik sekeliling. Sudah kuduga. Para siswi melihat ke arahku dengan tatapan deathglare mereka yang menakutkan. Seakan siap untuk melahap habis diriku yang malang ini!

"Aku bisa pulang sendiri! Minggir!" seruku dengan galak sambil mendorong pelan bahu Karma. Namun sebelum sempat pergi, ada sebuah tangan yang menggenggam tanganku. Rasanya dingin dan halus, itu tangan Karma. Sial! Apa yang dia lakukan di depan mata penggemarnya?

OverProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang