Liburan ini kau memutuskan untuk pulang ke rumah dua orangtuamu. Kau pulang bersama Nagisa menempuh jarak yang cukup jauh menggunakan kereta, dan selama beberapa jam lamanya tidak ada dari kalian yang bicara sedikit pun.
Sejak malam itu, Nagisa selalu mendiamkanmu. Karenanya, kau pun spontan melakukan hal yang sama. Jika ada kata-kata yang keluar dari bibir kalian, itu adalah kalimat yang mungkin sangat penting saja. "Makasih, sudah mengantarku," ucapmu pada Nagisa yang sudah mau repot mengantarmu hingga depan rumah.
"Tak masalah. Ini adalah perintah orangtuamu untuk menjagamu jika sudah berada di daerah ini. Dah," respon Nagisa sambil tersenyum tipis lantas pergi meninggalkanmu.
Kau menghembuskan nafas lesu. Meskipun tersenyum, kau tahu Nagisa masih marah. Karena biasanya, Nagisa akan menunggumu hingga kau masuk rumah dan dia akan pergi. Namun sekarang, kau dibiarkannya di depan rumah bersama dengan barang-barangmu yang tak terbilang ringan. "Hah... Dasar kejam. Dia marah padaku dan benar-benar mengabaikanku. Hebat sekali," gerutumu sambil membuka pagar rumah hingga akhirnya suara seseorang membuatmu membatu di tempat.
"(Name)," panggil seseorang itu, kau pun menoleh dan mendapati sosok Karma. Kau diam tak menjawab panggilan Karma. Hening cukup lama hingga beberapa saat Karma tersenyum "Selamat datang kembali."
.
.
.
A Bitter Whiskey
.
.
.
Raut wajahmu menegang ketika mendapati Karma datang menyambutmu, meski dengan senyuman, tapi kau masih beranggapan bahwa senyuman tersebut adalah senyuman palsu. "Lama tak bertemu, ya? Sejak kencan buta yang kacau tempo hari," sambung Karma terkesan basa-basi.
Ekspresimu tak berubah. Kau manatap penuh kewaspadaan pada Karma. "Apa maumu, Karma? Kau mau menculikku lagi, hah?" Tanyamu ketus.
Karma tampak terdiam sesaat sebelum ia mengambil langkah pendek untuk menipiskan jaraknya padamu. Diam-diam tubuhmu tersentak. Menyadari itu, Karma menghentikan langkahnya. Ia melenyapkan niatnya untuk mendekatimu dan memutuskan untuk berbicara sambil menjaga jarak darimu.
"Aku hanya ingin mengatakan..." Kata Karma dengan sedikit jedaan "Aku rindu padamu."
Kau meneguk ludah susah payah. Ekspresi lembut Karma hampir saja membuatmu terlena. Namun kau segera menepis semua kegugupanmu yang entah disebabkan oleh apa. Kau merasa terganggu dengan perasaan aneh dalam dirimu. Kau tak tahan jika harus terus menerus melihat sosok Karma.
"(Name)... Aku..." Karma hendak mengatakan sesuatu lagi, namun kau segera memutusnya dengan perkataanmu.
"Sudah! Jangan ganggu aku lagi Karma! Hidupku sudah jauh lebih baik setelah kau tak ada!" Tegasmu langsung bergegas memasuki rumah.
"(NAME)!"
Kau bahkan tak memberikan Karma kesempatan untuk bicara. Dapat kau dengar Karma terus memanggil namamu meskipun kau telah memasuki rumah. Kau menyandarkan punggungmu pada pintu. Kau masih dapat mendengar suara Karma memanggil namamu dari balik pintu ini. Kau terduduk di teras dalam rumah, menekuk lutut hingga sejajar dengan wajahmu, dan menutup dua telingamu.
Jantungmu berdebar. Perasaanmu kian bergejolak. Gejolak yang menyebalkan. Kau mencoba menghentikannya namun tak bisa. Tubuhmu semakin melawan perintahmu. Kau terus menutup rapat telingamu hingga suara Karma tak lagi terdengar. Kau akhirnya bisa bernafas lega. Kini dirimu sudah jauh lebih tenang. Jantungmu kembali berdetak normal meski tubuhmu masih terasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
OverProtective
FanfictionBukankah melindungi hal yang berharga itu sangatlah penting? Warning : Karma Akabane x Readers Saya hanya pinjam karakter... Alur, profesi, dll tidak mengikuti canonnya, maaf 😭