Chapter 5 : What Do You Mean?

7K 939 196
                                    


Kau kini sedang berada di café bersama dengan lelaki. Ini bukanlah kencan atau sebagainya. Karena jika ini kencan, tak mungkin tampangmu setegang dan setakut ini. Kau juga tak mungkin berkeringat banyak. Jantungmu juga tak mungkin terus membabi buta di dalam sana. Dan tak mungkin kau tak tertawa bahkan tersenyum jika kau memang sedang kencan dengan seorang lelaki.

Ini berbeda. Kau memang duduk berhadap-hadapan dengan seorang lelaki. Dia lelaki tampan yang bahkan dari tadi terus menerus dilirik oleh gadis yang lewat, bahkan yang sudah punya pasangan sekaligus. Hal itu membuatmu—yang tergolong cewek biasa yang tak cantik—risih karena kau sadar bahwa kau tak sepadan dengannya. Ya, dengan Karma Akabane yang kini tengah duduk di depanmu dengan dibatasi meja bundar berukuran medium. Kau bukannya ingin mendekati diri, hanya ingin mengetahui sebuah jawaban dari pertanyaan yang telah kau tanyakan semenit yang lalu—kenapa kau melakukan itu pada cewek itu? pertanyaan itulah yang dimaksud.

Lelaki itu menyeruput secangkir kopi dengan tenang dan meletakkan di meja dengan gaya yang elegan lantas menatapmu dengan matanya yang tajam, "Karena dia telah menyakitimu." Dan akhirnya dia menjawab.

"Apa?"

.

.

What do You Mean?

.

.

Kau mematung. Sungguh tak percaya dengan apa yang kau dengar barusan. Bukankah barusan lelaki bernama Karma ini mengatakan sesuatu tentang sebab yang memang disebabkan olehmu? "Karena dia menyakitimu." Karma mengulang kembali perkataannya dengan wajah santai. Kau memang tak salah dengar. Jadi semua ini memang karena dirimu, begitu?

"La... Lalu kenapa kalau mereka menyakitiku! Seharusnya akulah yang membalas mereka, bukannya kau!" tuturmu dengan nada tinggi.

"Kubilang aku menyukaimu."

"Lalu kenapa! Bahkan aku tak dapat meyakinkan perkataan itu serius atau tidak!"

"Karena suka itulah, aku ingin membalas semua perbuatan buruk mereka terhadapmu." Kau terbisu seketika. Perkataannya benar-benar serius. Entah itu hanya omong kosong atau apalah, tapi kau rasa dia memang serius mengatakan hal yang terdengar jahat dengan begitu santainya. "Itulah bukti perasaan sukaku, kau sudah yakin, kan sekarang?" Kembali ia menyeruput kopinya. Sosoknya yang tengah meneguk secangkir kopi tampak dewasa dan menawan, sumpah sosoknya itu bikin pangli—Tidak! Kamu tidak boleh sampai berpikir seperti itu. Kau harus ingat, yang di depanmu ini adalah orang yang kau anggap musuh dan orang jahat.

"Tidak! Aku sama sekali tak mengerti! Yang namanya lelaki idaman itu, kan selalu menuruti dan bertindak lembut. Pokoknya baik dan penuh perhatian. Tidak seperti dirimu yang bermuka dua dan tahunya hanya menyiksa orang saja! Mana ada perempuan yang suka dengan—Byur!... Sebelum perkataanmu benar-benar selesai, sekujur tubuhnya sudah duluan basah kuyub karena simbahan air berwarna coklat dan panas. Itu kopi. Dan pelakunya adalah Karma.

Kau terbelangak. Perlahan kau mengindahkan bola matamu untuk menatap ke arah lelaki yang tega menyiramimu seperti ini di depan publik. Di kala pandangan mata kalian bertemu, kau melihat pancaran mata Karma yang tampak bersinar dan menyeramkan. Tatapannya tajam dan memancarkan rasa intimidasi yang kuat. "Aku ya Aku. Jangan samakan dengan orang lain. Aku tak suka," dengan gaya yang masih elegan, Karma menaruh cangkir kopinya "lagi pula, zaman sekarang ini... Yang namanya perempuan itu, kan sukanya sama wajah saja. Mereka tak pernah melihat dalamnya, itu salah mereka sendiri, kan? Orang-orang yang mendekatiku juga... Karena mereka seperti itu makanya sekarang nasib mereka menyedihkan." Setelah berceramah seperti itu, Karma pergi meninggalkanmu yang dibasahi oleh air kopi. Semua pengunjung kafe menggosipkanmu di sana dengan suara lirih, tapi entah mengapa, telingamu masih dapat mendengar semua omongan tak mengenakkan dari orang-orang sekitar.

OverProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang