Chapter 16: Emotional Bond

3.6K 567 47
                                    

Overprotective

"AHHKKK!" Suara jeritan itu berasal dari bibirmu. Darah yang mengalir berasal dari tubuhmu. Dan luka yang terus bertambah, dibuat oleh Asano dengan seringai brengsek dan tawa iblisnya.

"Cepatlah benci Karma. Salahkan dia, (Name)" gumam Asano tak kau hiraukan. Kau sibuk menangis, meraung dan menahan sakit goresan pisau yang diberikan Asano.

"Lihat luka ini... Begitu indah menghiasi tubuhmu. Darahmu tampak busuk." Lagi, Asano bergumam tak jelas.

"Kau... Hhh... BIADAB!" Hardikmu setengah mati kemudian dibalas dengan pukulan telak di pipimu. BUAK... Kau terhempas.

"Sadari posisimu, (name). Kau budak di sini," kata Asano sinis.

Kau meringis. Rasanya sakit sekali. Sudah lewat sehari, dan lukamu semakin memenuhi tubuh. Luka goresan yang dalam menghiasi tangan, kaki, dan sedikit tubuhmu. Bajumu terobek-robek dan dipenuhi darah. Wajahmu babak belur dan penuh luka pukul. Rambutmu berantakan, dipotong asal oleh Asano. Tuhan, siksaan apa lagi yang menantimu. Tulang kakimu mungkin retak, karena terasa sakit sekali sejak kemarin. Jemari tanganmu pun mati rasa karena selalu diinjak tanpa ampun oleh Asano. Kau sudah tak sanggup. Apa benar kau akan berakhir menjadi gila karena trauma?

"Ka... Karma... Hnn..." Kau melenguh perih "datanglah... Padaku... Kumohon--

Karma memberhentikan langkahnya. Ia pun menoleh ke belakang. Tak ada apa-apa. Hanya jalanan yang dilewati beberapa orang lalu lalang dan lampu serta pagar-pagar batu rumah orang. "Ada apa, Karma?" Tanya Nagisa dari kejauhan.

Karma bermuka masam. Ia mencengkram dadanya erat. Membuat Nagisa merengut sinis. "Apa kau merasakan sesuatu lagi?" Nagisa menghampiri Karma.

"Ya. Dan (Name)... Memintaku segera datang," gumam Karma masih dapat didengar oleh Nagisa. Lelaki bersurai biru ini tertunduk lantas memalingkan dirinya, "Sebaiknya... Kita cepat menemukan (Name)."

.

.

.

Emotional Bond

.

.

.

Ting... Ting... Asano terdiam memandang Hinano yang tengah sibuk bermain piano mainannya. Sambil tertunduk dengan rambut pendek kusamnya yang menutupi seluruh wajah Hinano. Dalam sunyi, Asano mencoba mengulurkan tangannya pada Hinano. "Hinano-chan... Sini..." Ujar Asano yang selalu direspon dengan gedikan tubuh Hinano dan raut ketakutan.

Segera Hinano melarikan diri dan menyembunyikan dirinya lagi di celah lemari. Asano menghela nafas. "Kenapa kau selalu takut padaku? Aku bukan Karma," ucapnya kemudian.

Hinano tak menjawab. Ia meringkuk, mendoronya dirinya lebih memasuki celahan lemari. "Ka...u... Menyiksa orang... Kau Karma," gumam Hinano membuat Asano merasa dipukul oleh sesuatu yang tak terlihat.

"Aku tidak menyiksa orang, Hinano-chan... Aku hanya membalaskan perbuatan Karma," sangkal Asano.

Hinano tak mendengar. Ia tak berkutik dari tempatnya membuat Asano menyerah. Asano bangkit dari sana lantas melenggang pergi ke ruangan tempatmu dikurung. Ruangan semacam gudang yang luas dan kini menjadi tempat penyiksaan dengan lumuran darah di mana-mana. Asano memasuki ruangan tersebut yang selalu disambut dengan gidikan ngeri darimu.

Asano memandangi dirimu. Kau yang telah di selimuti dengan darah dan luka. Bajumu yang lusuh dan sedikit terdapat robekan-robekan kecil. Lantai licin karena darah segarmu. Kau tampak pucat nyaris mati. Kau telah kehilangan banyak darah. Asano meringis. Ia memandangi mata sayumu sesaat sebelum kembali menutup pintu tersebut, menghampirimu yang tengah terpejam.

OverProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang