Overprotective: After Story

5.2K 522 100
                                    

Nagisa POV

Namaku Nagisa. Aku sudah lama menyukai (name). Mungkin jika ditanya sejak kapan aku menyukainya? Aku menyukainya sejak aku dan (name) berumur 12 tahun ketika kami berdua diterima di SMP yang berbeda. Saat itu aku merasa sedih karena masuk ke sekolah buangan yang namanya tidak terlalu baik. Sedangkan (name) dia memasuki SMP favorit. Ketika kami jalan berdua orang-orang selalu membandingkan kami. Menggosipkanku seenaknya hanya karena aku berada di sekolah buangan. Teman-temanku memang sebagian besar adalah yankee tapi bukan berarti aku juga merupakan seorang berandalan. Lagipula teman-temanku adalah orang baik meskipun penampilan mereka menyeramkan. Meski begitu tetap saja masyarakat menilai lain.

Teman-teman SD, tetangga sekitar, dan yang lainnya menjauhiku. Hanya dia, hanya (name) yang tetap mengulurkan tangannya dan tersenyum padaku. Dia tidak pernah takut pada teman SMPku. Dia selalu pulang sekolah bersamaku. Bahkan ketika aku di gunjing tidak baik oleh orang lain,

"Nagisa bukan orang seperti itu!"

Itulah yang (name) katakan untuk membelaku. Mungkin sejak itu rasa sukaku berkembang menjadi keinginan untuk memilikinya. Bahkan mungkin memonopolinya. Perasaan itu masih menempel erat di hatiku bahkan hingga saat ini. Saat ketika dia kembali pada tangan orang yang dicintainya.

.

.

Overprotective: After Story

.

.

Normal POV

Nagisa membatu ketika melihat sosok tidak asing di ruang kerjamu, sedang merapikan barang-barangmu. di atas meja. Otak Nagisa bekerja cepat dan segera mengingat sosok bersurai merah di ruangan tersebut. "Karma?" Panggil Nagisa dengan nada ragu. Masih tidak yakin dengan penglihatannya. Tapi sosok itu merespon cepat membuat keraguan Nagisa sirna sekejap.

"Yo, sudah lama, hmm? Mungkin sejak SMA?" Sapa Karma sekedarnya sambil mengulurkan tangannya pada Nagisa.

Nagisa spontan menerima uluran tangan tersebut. Setelah berjabat tangan dan melepaskannya Nagisa menimpali sapaan Karma sebelumnya. "Kenapa tiba-tiba kau datang, Karma? Dan sedang apa kau sekarang?" Tanya Nagisa menjatuhkan pandangannya ke arah meja kerjamu.

"Ah, aku sedang membereskan meja (name)." Jawab Karma.

"Ah... maksudku kenapa kau yang membereskannya...?" Tanya Nagisa lagi namun ia segera menyadari sesuatu "Jangan-jangan... seseorang yang menyuruh (name) untuk menjadi konsultan pribadinya..."

"Ya, benar. Itu aku. Dan aku memutuskan untuk segera menikahi (name)."

Perkataan Karma yang tidak ada basa basinya itu membuat Nagisa membatu. Jantungnya merespon cepat dan menimbulkan denyutan sakit di sana. "Apa maksudmu? Setelah selama ini menghilang tanpa jejak? Sekarang kau dengan mudahnya berkata begitu? Apa kau tidak tahu berapa penderitaan (name) hanya untuk orang sepertimu? Sudah susah payah dia mencoba bangkit tapi kau..." Protes Nagisa panjang lebar.

Karma menunduk dan menghentikan kerja tangannya yang sedang memasukan barangmu dalam kotak. "Mungkin aku memang seenaknya. Egois dan menyebalkan. Tapi kulihat kau masih mempunyai rasa padanya. Makanya lebih baik kubuat (name) jadi milikku seutuhnya dengan cepat." sambil mengatakan hal tersebut sinar mata Karma pun ikut berubah. Menjadi setajam silet yang dapat mengiris mental lawan bicaranya. Namun tidak dengan Nagisa. Lelaki bersirai biru ini balas menatap Karma dengan tatapan lebih mengerikan lagi. Tatapan dengan niat membunuh.

OverProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang