selamat datang di reuni terburuk sepanjang masa
-x-
Ryu Sena sudah terbiasa dengan sahabatnya yang suka pulang-pergi seenaknya dari tempat tinggalnya, tapi itu bukan berarti Sena menyukainya, apalagi jika Han Jimin melakukannya pada hari Senin pagi.
"Sampai kapan kau akan menganggur dan menghabiskan waktumu bermalas-malasan sepanjang hari?" gerutu Jimin ketika Sena menyuruhnya pergi dan kembali lagi nanti sore.
Nah, Sena merasa layak tidur lebih lama. Setelah dua minggu yang panjang, semalam Sena akhirnya mendapat telepon untuk menjadi pasangan seorang laki-laki di pesta lajang temannya. Tadinya Sena berpikir pestanya pasti membosankan dan setelah dipamerkan ia akan dihiraukan seperti dulu (ceritanya panjang), tapi ternyata ia cukup menikmatinya. Laki-laki itu—pelanggannya—orang yang menarik dan mereka banyak tertawa. Dan benar-benar tampan, meski Sena rasa ia tidak menyukai perempuan.
Yah, hidup ini memang sebuah lelucon besar.
"Aku punya pekerjaan," jawab Sena dengan mata terpejam rapat.
"Menjadi teman bayaran tidak termasuk pekerjaan!"
"Nah, kenapa kau tidak carikan pekerjaan di balik meja untukku kalau begitu? Jangan lupa cantumkan 'tidak punya ijazah' dan 'tidak punya pengalaman kerja' dalam lamaranku."
Sena mendengar hela napas kesal. Jelas ada yang mengganggu pikiran Jimin, tapi Sena masih terlalu mengantuk untuk peduli.
Setelah protesnya soal pekerjaan tidak mempan, Jimin mencoba hal lain, "Kenapa kau tidak keluar dan berkencan seperti wanita normal?"
"Aku berkencan," jawab Sena. "Dengan banyak orang, malah. Kalau-kalau kau penasaran, semalam aku berkencan sampai jam tiga pagi. Karena itulah aku masih mengantuk."
Jimin sengaja menulikan diri dari sarkasme Sena. "Kau bisa saja punya kehidupan normal kalau kau tidak memilih menemani pria-pria sakit jiwa kesepian yang mencari teman lewat aplikasi bodoh itu."
Aplikasi bodoh yang dibicarakan Jimin adalah All-Mate911, aplikasi ponsel pintar yang menyediakan teman untuk disewakan. Sena adalah salah satu penyedia layanan. Apa pun kebutuhannya—pasangan pesta, teman menangis setelah berpisah dengan pacar, teman untuk berbagi rahasia, teman makan siang, teman jalan-jalan dengan anjing, apa saja selama tidak melanggar hukum—dapat dipenuhi dengan satu telepon.
Dan kalau kau pikir tidak mungkin ada orang yang membutuhkan layanan konyol ini, kau akan terkejut bahwa sebenarnya banyak, dan hampir semua dari mereka berasal dari kaum elite. Sena biasanya mendapat permintaan setidaknya sekali seminggu untuk remeh-temeh itu. Dan bayarannya lumayan—setidaknya cukup untuk bertahan sampai permintaan berikutnya.
"Aku tidak hanya terlibat dengan laki-laki. Perempuan juga. Siapa pun yang mau membayar untuk teman instan," hanya itulah yang bisa Sena katakan.
"Kau paham maksudku!" seru Jimin tidak sabar. "Sampai kapan kau akan menjajakan diri untuk orang-orang sinting yang bahkan tidak kau kenal seperti ini?"
Sena menegakkan punggung dan membuka matanya sedikit untuk menatap Jimin. "Han Jimin, All-Mate bukan sarana pelacuran. Dan kau tidak bisa mengalihkan kecemasanmu tentang hubunganmu dan Luhan padaku. Itu tidak adil, Kawan."
Tebakan Sena jelas tepat sasaran, karena kedua daun telinga Jimin seketika memerah seakan seseorang baru merebusnya. "Jangan mengalihkan topik! Kita sedang bicara tentang hidupmu yang sia-sia!"
Sena menguap lebar-lebar. "Tidak perlu diingatkan, semua orang tahu itu," balasnya ringan. "Sekarang, dengar ini: cari Luhan dan kendurkan keteganganmu dengannya, oke? Kembali lagi ke sini jam empat."
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Mate911
FanfictionKata siapa kau tidak bisa membeli teman? All-Mate911 dipersembahkan untuk orang-orang yang kesepian, anti-komitmen, atau sekadar kelewat sibuk untuk mencari teman (atau mungkin tiga-tiganya). Di sini, kau bisa memilih penyedia layananmu sendiri da...