Chapter 7

10.8K 1.2K 186
                                    

kita jiwa-jiwa tersesat yang menemukan satu sama lain

-x-

"Oh, wow."

Sena mendelik. "Apa? Ada yang salah?"

Chanyeol mematut penampilannya dari atas ke bawah, dan Sena nyaris menyesali pilihan gaunnya. Ia kehabisan ide, semua gaunnya lama dan membosankan, jadi ia memilih gaun pendek hitam tanpa tali dengan ikat pinggang emas. Karena lama memikirkan pakaian, Sena hanya punya waktu sedikit untuk menata rambutnya ke samping dan berdandan seadanya. Masalahnya, gaun ini sepertinya memendek tiga senti, mungkin lebih. Jangan-jangan menciut waktu terakhir dicuci. Atau Sena yang bertumbuh?

Syukurnya, Sehun pergi bekerja lebih awal hari ini dan belum pulang sampai sekarang. Tentu saja, kalaupun Sehun melihatnya, Sena yakin ia akan diam saja. Mereka masih belum bicara sejak pertengkaran beberapa hari yang lalu.

"Apa?" bentak Sena sekali lagi.

"Nothing, Sir," jawab Chanyeol.

Sena mencibir. "Pelafalan r-mu masih saja jelek seperti dulu."

Chanyeol menyengir dan mengacungkan tanda V dengan tangan kanannya. Laki-laki itu kemudian membukakan pintu penumpang sebelah kanan untuknya, dan Sena memutar bola matanya sebelum naik ke mobil.

"Aku sedang memikirkan pujian apa yang harus kuberikan pada usahamu," kata Chanyeol saat mereka sudah melaju di jalan.

"Ini bukan apa-apa. Aku tidak punya banyak waktu."

"Jadi kau masih bisa lebih cantik dari ini? Kupikir aku akan sesak napas."

Sena mengerutkan wajahnya dengan tampang idih-jijik-sekali dan Chanyeol tertawa melihatnya.

"Siapa temanmu yang menikah ini? Kau bilang kau tidak punya teman," Sena bertanya.

Chanyeol mengambil kartu undangan yang diletakkannya di dasbor pada Sena dan menjawab, "Temanku Kim Junmyeon. Kami pernah satu universitas dan ayah kami punya hubungan kerja sama."

Sena membolak-balik undangan di tangannya dan menggumam terkesan karena desainnya yang berkesan mahal. Namanya terasa familiar, entah ia pernah mendengarnya di mana. "Dia wakil pemimpin perusahaan ayahnya sepertimu? Anak tunggal atau punya saudara laki-laki?"

Chanyeol menoleh sekilas dengan alis bertaut. "Kenapa, kau sedang mencari calon potensial?"

"Calon potensial yang kaya."

"Calon yang kaya dan tampan ada di sebelahmu."

Sena pura-pura muntah. "Aku akan menikah denganmu saat kau berubah jadi bebek-bebekan karet yang bisa berbunyi."

"Kwek kwek."

"Cih."

Chanyeol tertawa, dan Sena mau tidak mau ikut tertawa.

"Jadi, kau sudah berpikir ingin menikah?"

"Tidak," jawab Sena, menggeleng-gelengkan kepala. "Aku hanya bercanda. Aku tidak punya niat menikah."

"Kenapa?"

Sena mengangkat bahu. "Tidak ada alasan." Ia menoleh pada Chanyeol dan balas bertanya, "Bagaimana denganmu, Park Sajangnim? Kau laki-laki, punya pekerjaan, punya uang, dan umurmu tahun ini... berapa, dua puluh delapan, kan? Kapan kau akan menikah?"

"Saat aku berubah jadi bebek-bebekan karet yang bisa berbunyi," jawab Chanyeol santai.

Sena mengerjap, kemudian mendengus geli dan membuang pandangan ke luar jendela. "Lucu."

All-Mate911Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang