Chapter 10

9.8K 1.1K 127
                                    

dicari : panduan mengalahkan kenangan

-x-



"Jalang tidak tahu diri," Jimin praktis langsung meludahkan makiannya langsung ke wajah Sena ketika ia duduk di hadapan gadis itu di kafe. "Apa kau tidak tahu kalau Kyungsoo seonbae adalah senior terbaikku di SMA dan kau sudah MENGHANCURKAN reputasiku dan membuatku mungkin DIUSIR dari acara reuni SMA?"

Sena menghela napas berat. Baiklah, ini dia. Ia sudah menunggu lama untuk momen ini.

"Kau bilang kau ingin mengenal pria baik-baik dan aku membantumu. Beraninya kau mencampakkannya begitu saja?"

"Aku tidak bermaksud begitu," gumam Sena. "Ada sesuatu terjadi saat itu. Memangnya dia bilang apa padamu?"

Jimin bersedekap, wajahnya menggembung sebal. "Aku bertanya padanya bagaimana kencan kalian. Tahu, kan, basa-basi saja. Dan dia bilang, 'Eh, tidak terlalu bagus. Sebenarnya, dia pergi sebelum makan malamnya selesai'."

"Dan bagaimana reaksinya? Dia marah?"

"Yah, tidak. Dia oke-oke saja. Kupikir dia juga tidak tertarik dengan gadis sepertimu." Jimin menunjukkan ekspresi paling menghinanya saat mengatakan 'sepertimu', tapi Sena tidak peduli. Selama ini bukan masalah bagi laki-laki itu, berarti ini bukan masalah bagi Sena juga. "Pokoknya ini terakhir kalinya, Ryu Sena. Aku tidak akan, dengan alasan apa pun, mengenalkanmu pada teman-temanku lagi."

"Tidak perlu," Sehun tahu-tahu menyela sambil meletakkan segelas ice latte di hadapan Sena meskipun ia belum memesan apa-apa. "Dia sudah punya pacar."

Sena mendelik pada Sehun dan menampar bokongnya keras-keras. "Tutup mulut," gumamnya dengan rahang terkatup rapat.

Sehun mengelus-elus bekas pukul Sena yang pedih dengan wajah mengerut merajuk. "Aku mengatakan hal yang benar," gerutunya, lalu menambahkan lebih pelan, "Oke, calon pacar. Tapi sama saja."

"Benarkah?" Informasi ini membuat Jimin melupakan kemarahannya seketika. Ia mencondongkan wajahnya sedikit dengan sepasang mata berkilat tertarik. "Siapa? Siapa orangnya?"

Sena menjawab, "Itu bohong," bersamaan dengan Sehun berkata, "Kau bisa melihatnya segera."

"Aish," Sena berdesis, tapi sebelum ia sempat memukulnya lagi, Sehun menghindar dengan sigap dan menyelamatkan bagian belakang tubuhnya.

"Ya, kenapa kau suka sekali memukul pantatku?!"

"Karena kau pantas dipukul."

Sehun mengerucutkan bibirnya sebal. "Aku ingin memperingatkan si Idiot untuk menyelipkan sepasang busa di pantatnya untuk berjaga-jaga dari tangan iblismu tapi aku khawatir dada ratamu kalah saing."

"Sekali lagi kau menyebut-nyebut idiot atau dadaku..."

"Apa? Kau mau apa?"

"Ya!"

Jimin tidak mendengarkan perkelahian kakak beradik itu. Mata elangnya menangkap sosok yang baru melintasi pintu kafe dan kedua matanya menjelajah seperti mencari sesuatu. Jimin memindai cepat (ia kagum dengan kemampuannya meneliti orang-orang) penampilan laki-laki itu dari atas ke bawah. Sepatu mengilap. Setelan jas yang kelihatan mahal. Leher jenjang yang menjulur dari kemeja putih yang kancing teratasnya dibiarkan terbuka. Rambut ditata rapi. Pria kantoran dengan posisi tinggi. Sembilan setengah dari sepuluh.

"Kenapa wajahmu aneh begitu?" tanya Sena ketika melihat Jimin menyelipkan rambut ke telinga kanan dan tersenyum menyeramkan (mungkin maksudnya menggoda, tapi bagi Sena tampaknya menyeramkan).

All-Mate911Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang