Chapter 3

12K 1.3K 86
                                    

setiap orang memiliki dua sisi wajah dan kepribadian
(dalam kasus Ryu Sena, itu berarti secara harfiah)

-x-

"Yang kemarin kulihat itu benar kau, kan?" tanya Chanyeol.

Sena melihat sekitar, barangkali memastikan tidak ada yang mendengarkan. Mereka hanya berdua di jalan kecil itu. Sena sengaja menunggu lebih lama di sekolah sampai semua orang pulang, dan Chanyeol sengaja mengikuti Sena. "Kalau benar, lalu kenapa?" balasnya.

"Jadi, kau berbohong pada teman-temanmu." Chanyeol bersedekap. "Ayahmu pilot, ibumu pekerja sosial, rumahmu besar, bla bla bla. Semua itu bohong."

Sena balas menatapnya lurus, tapi Chanyeol tahu gadis itu gugup. Kedua bola matanya bergetar dan ia menggigiti bibir bawahnya diam-diam. "Ya, aku berbohong. Apa urusannya itu denganmu?"

"Tidak ada. Kecuali kalau aku memberitahu semua orang yang sebenarnya."

Singkat dan tepat sasaran. Wajah Sena langsung pucat. Tapi ia dengan cepat mengendalikan ekspresinya. "Kau hanya menggertak."

"Tidak juga."

Sena memindahkan berat tubuhnya dari satu kaki ke kaki lainnya. "Apa yang kauinginkan, Pecundang?" tanyanya dengan rahang terkatup rapat.

Chanyeol menyodorkan buku tulisnya pada Sena. "Tugas karangan bahasa Inggris untuk besok. Kau sudah menyelesaikannya, kan? Pasti sudah. Kau pelajar unggulan. Nah, kau bisa membantuku menyelesaikan milikku."

Sena menerima buku tulis itu dengan enggan. "Jika sampai ada yang tahu, aku akan membunuhmu."

"Tidak akan ada yang tahu." Chanyeol tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Sena. Ada kepuasan tersendiri membuat gadis paling pintar dan sok di sekolah mendadak tidak berdaya. "Sampai besok. Pastikan kau mengerjakannya dengan baik."

Chanyeol tidak berharap gadis itu benar-benar menurutinya, tapi ternyata Sena lebih lemah daripada yang ia kira. Pintar dan lemah. Dua hal itu tidak bisa dikombinasikan. Karena kemudian Chanyeol membiasakan diri untuk memanfaatkannya.

***

"Wah, ini rekor baru. Kau tidak muncul di kelab selama dua minggu dan tiga hari," kata Baekhyun begitu Chanyeol duduk di kursi tinggi bar. "Kurasa itu berarti tidak banyak yang kau pikirkan."

"Wiski," pesan Chanyeol. "Dan, sebenarnya justru sangat banyak, jadi aku tidak punya waktu duduk di sini dan mendengarmu merepet seperti knalpot rusak."

Baekhyun melempar serbet yang digunakannya untuk mengelap gelas-gelas ke wajah Chanyeol dengan kecepatan luar biasa, yang syukurnya ditangkap tepat waktu.

"Aku akan melaporkanmu pada bosmu," dumal Chanyeol.

Baekhyun hanya mengangguk-angguk dengan seulas senyum seolah berkata, "Teruskan, Nak, teruskan."

Chanyeol menerima wiskinya dan menenggaknya habis, kemudian memesan yang kedua. Sambil menuangkan wiskinya, Baekhyun bertanya sambil lalu, "Ada apa dengan gadis itu?"

Chanyeol membeku. Selama sesaat yang menakutkan ia bertanya-tanya apakah itu hanya tebakan beruntung atau Baekhyun bisa membaca pikiran orang. "Bagaimana kau bisa tahu?" ia balas bertanya.

Baekhyun tersenyum seolah-olah baru saja memenangkan lotere. "Aku hanya asal bicara. Tapi ternyata kau memang sedang memikirkan seorang gadis."

Chanyeol mendengus. Sial.

Syukurnya Baekhyun meninggalkannya sebentar karena ada pesanan dari tamu lain. Chanyeol menopang dagu dengan tangan kiri bertumpu pada meja bar sementara jari telunjuk kanannya menelusuri bibir gelas. Ia memang memikirkan seseorang, tapi bukan seperti yang Baekhyun duga. Ia hanya ingin tahu apakah ada cara instan untuk membuat Ryu Sena menyukainya. Setidaknya, tidak membencinya lagi.

All-Mate911Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang