segalanya berubah dari buruk... jadi parah sekali
-x-
"Park Chanyeol!"
Hening.
"Park Chanyeol!"
Masih hening.
Sena melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi dan berteriak, "YA, PARK CHANYEOL!"
Yang dipanggil sedang berdiri di depan cermin panjang di pintu lemari, mengancingkan kemeja pelan-pelan seakan-akan waktu bergerak mengikuti dirinya dan bukan sebaliknya. "Hmm. Apa?"
"Aku memanggilmu dari tadi, apa kau tuli?" gerutu Sena.
"Aku dengar," balas Chanyeol ringan. "Hanya saja aku suka sekali saat kau memanggil dengan namaku, bukannya 'ya' atau 'Park Idiot' atau—"
"Jangan mulai lagi dengan rayuan murahan yang konyol," potong Sena jengkel. "Apa kau melihat braku?"
"Memangnya aku kelihatan seperti memakai bra?"
Sena mendengus keras. Kalau Chanyeol bermaksud menguji kesabarannya yang sangat minim, selamat, ia berhasil dengan sangat baik. "Memangnya aku tanya itu? Aku tanya apakah kau melihatnya."
Chanyeol mengangkat bahu. "Mana kutahu? Itu pakaian dalammu, cari saja sendiri."
Sena mengerjap, terkesima. "Kau barusan menyuruhku?"
"Yep." Chanyeol menegakkan punggung dan meluruskan kerah kemejanya sambil memerhatikan bayangannya di cermin. "Kau menyuruh dan meneriakiku sepanjang waktu, kenapa aku tidak boleh?"
"Oh, jadi ini balas dendam?"
"Tepat sekali." Chanyeol menatap Sena lewat cermin dan tersenyum manis. "Sekarang diamlah."
Sena hanya membuka-tutup mulutnya selama beberapa saat, kehabisan kata-kata (ia cukup yakin kalimat berikutnya adalah serentetan panjang makian yang bahkan ia sendiri tidak ingin mendengarnya), jadi ia merapatkan handuk yang melilit tubuhnya dan melangkah keluar dari kamar mandi. Sena berjalan mondar-mandir di sekitar kamar karena ia sendiri tidak yakin branya ada di mana.
Chanyeol, syukurnya, tidak terlalu memerhatikan, karena sibuk memakai dasi.
Atau tadinya Sena pikir begitu, sampai ia merangkak ke tempat tidur, menyingkirkan sprei dan bantal ke lantai ("Ketemu!" ia bergumam ketika melihat bra gambar beruangnya di bawah bantal.), dan ia mendengar Chanyeol berkata, "Aku masih punya sedikit waktu, dan kau belum berpakaian. Haruskah kita ulangi lagi?"
Dengan itu, Sena beringsut turun dan menghampiri Chanyeol, lalu menarik daun telinganya.
"AW—AAAAW! AWAWAAAA!"
"Apa?" kata Sena, menantang. "Aku tidak dengar. Katakan sekali lagi."
"Aw! Lepaskan—AW—sakit!"
"Apa? Tadi kau bilang apa?"
Chanyeol menunduk sangat rendah mengikuti ke mana Sena menarik telinganya, karena sungguh, sakit. "A—aku tidak bilang apa-ap—AAAH!"
Tampang Chanyeol benar-benar lucu. Sena seharusnya merekamnya untuk pembalasan video tertidurnya waktu itu, tapi ia terlalu menikmati tertawa saat ini. "Ulangi? Apanya ulangi?"
"Tidak-aw! Aku cinta—"
Pergulatan yang tidak seimbang itu terputus begitu saja saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. "Chanyeol-ah, apa yang—astaga!"
Wanita mungil di depan pintu itu begitu terkejut sampai mencengkeram pada pegangan pintu agar tidak jatuh. Chanyeol terkesiap menegakkan tubuh, dan Sena membiarkan tangannya lepas dari telinga Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Mate911
FanfictionKata siapa kau tidak bisa membeli teman? All-Mate911 dipersembahkan untuk orang-orang yang kesepian, anti-komitmen, atau sekadar kelewat sibuk untuk mencari teman (atau mungkin tiga-tiganya). Di sini, kau bisa memilih penyedia layananmu sendiri da...