'kapan kita jatuh cinta?'—'segera'
-x-"Kau tahu, aku senang karena sekarang kau datang ke sini hanya untuk mengobrol, bukannya memesan wiski dan tebar pesona pada gadis-gadis bodoh yang malang," kata Baekhyun begitu Chanyeol mendudukkan diri di salah satu kursi tinggi di bar dengan senyum semringah terpajang di wajahnya.
"Kau tahu, kata orang, kau tidak bisa tidur saat kau jatuh cinta karena akhirnya kehidupan nyata lebih baik daripada mimpi."
Baekhyun pura-pura bergidik ngeri. "Ini menjijikan sekali," gerutunya, tapi sudut-sudut mulutnya terangkat membentuk seringaian. "Bagaimana kemarin dengan orangtuamu dan Sena?"
"Parah," jawab Chanyeol singkat. Membayangkan makan siang kemarin yang kacau-balau, ia tidak bisa tidak mendengus geli.
"Lalu kenapa kau tertawa?"
"Karena keadaannya parah sekali sampai-sampai jadi lucu."
"Kau memang sinting."
Baekhyun meninggalkan Chanyeol sejenak untuk menerima pesanan dari ujung lain meja bar. Ketika ia kembali, ia mengganti topik pembicaraan, "Jadi, orangtuamu sudah setuju?"
Chanyeol mengangkat bahu. "Ibuku? Tidak. Tapi lebih mudah dengan ayahku," katanya. "Sepertinya dia lumayan menyukai Sena. Dia bilang tidak pernah bertemu orang yang begitu terus terang. Walaupun, yah, dia juga berharap aku mempertimbangkan ulang, karena Sena, seperti yang kita semua tahu, sama sekali bukan good wife material."
"Tentu saja," Baekhyun mendengus. "Lalu, kau bilang apa?"
"Kutanyakan pada ayahku bagaimana perasaannya saat dia memutuskan menikah dengan ibuku, dan kubilang perasaanku saat ini sama seperti yang dirasakannya dulu. Kau tahu, saat kau bertemu orang yang tepat, kau tidak bisa menjelaskannya. Pokoknya kau tahu saja."
"Kau," Baekhyun menatapnya datar, "adalah pembual paling besar sedunia."
Chanyeol hanya menyengir.
Baekhyun meletakkan kain lap di tangannya, kemudian bersedekap dengan dada membusung dan dagu terangkat congkak. "Hei, kalau dipikir-pikir, kau berutang segalanya padaku, kan? Aku yang secara tidak langsung mempertemukanmu kembali dengan Ryu Sena, aku juga yang membantumu berdamai dengannya, lalu aku yang mengambil dompetnya waktu itu supaya dia terpaksa pulang denganmu, dan sekarang aku membantumu agar bisa menikah dengannya."
Tidak, Chanyeol tidak melihat di mana tepatnya bantuan Baekhyun. Menurutnya itu semua hanya kebetulan—yang membuat Baekhyun tampak seperti terlibat padahal tidak—tapi terserah. "Baiklah. Aku berutang padamu. Lalu kau mau apa? Rumah?"
Baekhyun terkekeh culas. "Tidak. Rumah sudah tidak tren lagi. Cukup kau tahu saja kalau semuanya tidak selesai di sini—aku masih akan beredar bebas dalam ratusan tahun dan mengganggu kalian, jadi bersiaplah."
Sejujurnya, Chanyeol tidak keberatan dengan itu. Ia mungkin tidak punya banyak teman, tapi kalau a friend in need itu benar-benar ada, ia tahu ia bisa selalu mengandalkan Baekhyun.
Tentu saja ia tidak mengatakannya terang-terangan. Maksudnya, betapa aneh kedengarannya hal itu, bahkan di dalam kepalanya sendiri.
"Hei, kau mau dengar fakta-fakta yang akan menggoyahkan pikiranmu soal pernikahan?" Tanpa menunggu persetujuan, Baekhyun berkata, "Aku kenal pasangan yang pernikahannya batal kurang dari dua minggu sebelum hari H karena wanitanya ketahuan selingkuh."
Chanyeol membelalak. "Tidak, henti—"
"Aku pernah baca soal pasangan yang prianya meninggal saat mempersiapkan pernikahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Mate911
FanfictionKata siapa kau tidak bisa membeli teman? All-Mate911 dipersembahkan untuk orang-orang yang kesepian, anti-komitmen, atau sekadar kelewat sibuk untuk mencari teman (atau mungkin tiga-tiganya). Di sini, kau bisa memilih penyedia layananmu sendiri da...