kau akan selalu ingat kapan saat kau pertama kali jatuh cinta (atau jatuh benci, dalam kasus ini)
-x-
"Bagaimana dengan yang ini, Ahyoung-ah?"
Sena menilai penampilan wanita tiga puluhan di hadapannya itu, yang memakai gaun hijau zamrud yang ekornya menjuntai menyapu lantai dan membungkus ketat tubuhnya. "Gaun itu sedikit terlalu sempit di pinggul, tapi memang menonjolkan dadamu dengan bagus sekali."
Jelas kesan itu yang diinginkan si wanita, karena ia langsung memutar tubuhnya ke arah cermin persegi panjang dan berdiri menyerong kiri-kanan selama beberapa saat di sana sambil melihat dadanya dengan tatapan senang.
Wanita itu mencoba beberapa gaun lagi yang kesemuanya ketat (wanita itu tidak gemuk, tapi tubuhnya berisi dan ia memaksakan banyak gaun yang jelas-jelas terlalu sempit untuknya dan Sena yakin akan membuatnya tidak bisa menikmati makan malamnya nanti seperti seharusnya).
Panggilannya pagi ini diterima dari seorang wanita bernama Kim Nana yang meneleponnya untuk menemaninya belanja gaun di sebuah butik elite di Apgujeong untuk acara kencan buta. Sena menyukai tugas seperti ini—ia bisa melihat-lihat pakaian bernilai jutaan terbaru tanpa membeli dan tidak terlihat seperti orang susah.
Kim Nana memutuskan untuk membeli lima gaun, salah satunya gaun hijau tadi. Sena menjaga jarak dari kasir agar tidak perlu melihat isi dompet Kim Nana yang sedang membayar. Ia tidak peduli berapa banyak kartu kredit dan uang tunai di dalam dompet itu, ia hanya peduli pada bayaran yang akan diterimanya sebentar lagi.
"Ryu Sena!"
Suara berat itu membuat Sena terlonjak menoleh ke arah pintu yang terbuka, dan Kim Nana yang baru saja selesai dengan transaksinya dan akan membayar Sena ikut menoleh. Mereka berdua menatap seorang laki-laki tinggi melangkah masuk menuju Sena dengan cengiran lebar yang tidak serasi dengan suaranya barusan.
"Wah, kebetulan sekali bertemu denganmu di sini," Chanyeol berkata riang, tidak memerhatikan kehadiran wanita lain di dekat Sena. "Apa yang sedang kau lakukan?"
Sena mengerjap-ngerjap, tapi belum sempat ia menjawab, Kim Nana menyela bingung, "Ryu Sena?"
Wanita itu menatap mereka berdua bergantian dan Sena nyaris akan meninju kepala kosong Chanyeol, tapi laki-laki itu buru-buru berkata, "Oh, itu hanya nama khusus dariku untuknya."
Chanyeol kemudian menoleh pada Sena. "Bisa bicara denganku sebentar setelah ini? Aku akan menunggu di dalam." Tanpa menunggu persetujuan, ia berjalan dan menghilang di antara rak-rak.
Setelah menerima bayaran dari Kim Nana dan mengucapkan selamat tinggal, Sena menghampiri Chanyeol dengan langkah berderap dan memukul pundaknya keras-keras. "Bisakah kau berhenti membocorkan rahasia orang ke mana-mana? Benar-benar," gerutunya.
Chanyeol meringis sambil memanjang-manjangkan tangan ke belakang untuk mengelus pundaknya. Meski begitu, bibirnya masih tersenyum lebar dan sepasang mata bulatnya berkilat-kilat senang. "Kukira aku salah lihat tadi, ternyata tidak. Ini pasti takdir, kita bisa bertemu di sini. Benar-benar All-Fate."
Sena memutar bola matanya. Ia hampir saja lega karena Chanyeol tidak mengganggunya selama hampir tiga minggu, dan mereka malah tidak sengaja bertemu di sini. Kesialan macam apa ini. "Berpikirlah sesukamu. Selamat tinggal." Ia berbalik, tapi langkahnya terhenti karena Chanyeol menahan satu tangannya.
"Kau punya janji dengan orang lain lagi?"
Sena menggeleng.
"Kau punya urusan di tempat lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Mate911
FanfictionKata siapa kau tidak bisa membeli teman? All-Mate911 dipersembahkan untuk orang-orang yang kesepian, anti-komitmen, atau sekadar kelewat sibuk untuk mencari teman (atau mungkin tiga-tiganya). Di sini, kau bisa memilih penyedia layananmu sendiri da...