Ketika Park Chanyeol melihat foto Ryu Sena pada aplikasi di ponselnya, ia langsung ingat pada masa-masa SMA-nya. Masa-masa paling nostalgik, menyenangkan, lucu, dan paling melekat dalam memorinya. Masa itulah—gadis itulah—yang menjadikannya seperti hari ini.
Saat itu, ada seseorang yang tidak Chanyeol sukai. Lebih dari itu, kehadirannya membuat Chanyeol merasa terintimidasi. Akuilah, semua orang pasti merasa begitu di sekitar seseorang yang diunggulkan. Lagipula, Ryu Sena benar-benar sombong dan bermulut besar. Tidak mungkin ada orang yang tahan berteman dengannya.
Pada hari Chanyeol melihatnya di restoran mi kecil itu, ia berterima kasih pada Dewi Fortuna atau siapa pun yang mengendalikan keberuntungan, karena akhirnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Kendali. Menjadikan Ryu Sena bukan apa-apa selain pesuruhnya, oh, itu baru namanya hidup.
Kecuali, bahwa Chanyeol tidak merasa senang. Karena semakin banyak waktu yang dihabiskannya dengan Sena, ia semakin tahu gadis itu tidak seburuk itu.
Dan, kalau Chanyeol mau jujur, Sena adalah gadis yang... menarik. Tidak, tidak cantik luar biasa atau semacamnya. Tapi tetap saja menarik.
Titik tolaknya mungkin pada hari itu. Sedang hujan deras. Chanyeol sudah di tengah perjalanan pulang sehabis bermain bola dan buru-buru menepi untuk membuka payung. Mendadak ia ingat kalau Sena masih di sekolah, menyalin catatan untuknya. Entah apakah ia sudah pulang atau belum.
Yah, rasanya jahat sekali kalau Sena terlambat lebih lama karena catatan, lalu tidak bisa pulang karena hujan ini.
Chanyeol berdecak. Masa bodoh. Hujan ini kan bukan kemauannya, jadi bukan salahnya.
Tapi tidak urung juga ia berbalik dan berlari kembali ke sekolah.
Ternyata Sena memang masih di sekolah. Ia berteduh di bawah pohon besar di halaman, memeluk diri dan menatap ke langit dengan sebal, lalu menunduk ke bawah. Tasnya terbaring di dekat kakinya, dan di atas tasnya, anak-anak kucing tidur saling bertindihan.
"Kalau sampai kalian buang air di tasku, akan kulempar kalian ke tengah hujan," Chanyeol samar-samar mendengar Sena mengancam si anak-anak kucing.
Salah satu anak kucing itu menggeliat dan mulai mengeong-ngeong, dan berubahlah Sena dari galak jadi panik.
"Oh, sial! Jangan menangis! Tidur lagi, ayo tidur, tidur. Aish..."
Saat itu Chanyeol tidak tahu kenapa sudut-sudut mulutnya terangkat, atau kenapa dadanya jadi berdebar-debar, dan ia ingin menghampiri Sena lalu menemaninya menunggui hujan (yang saat itu tidak ia lakukan karena ia malu). Setelah sekian lama waktu berlalu, ia nyaris melupakannya. Sekarang, saat Chanyeol melihat wajah itu lagi, ia mengingatnya dengan jelas. Dan ia tahu apa alasannya.
Ia jatuh cinta.
.
.
.~ ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Mate911
FanfictionKata siapa kau tidak bisa membeli teman? All-Mate911 dipersembahkan untuk orang-orang yang kesepian, anti-komitmen, atau sekadar kelewat sibuk untuk mencari teman (atau mungkin tiga-tiganya). Di sini, kau bisa memilih penyedia layananmu sendiri da...