Chapter 5

10.9K 1.3K 99
                                    

setiap orang memiliki satu orang yang mengganggu itu, yang ingin kau cekik lehernya dua puluh empat jam sehari

-x-


Sena terbangun dari mimpi yang rasanya sangat lama dan selama sejenak ia tidak yakin di mana ia berada atau tanggal berapa sekarang. Kemudian pikirannya kembali berkumpul dan hal pertama yang Sena rasakan adalah kehangatan berlebih. Ia biasanya tidur dengan selimut yang membuatnya bangun dengan leher dan pelipis berkeringat, tapi sekarang rasanya ia berkeringat sekujur tubuh.

Lantas ia menyadari kehangatan itu berasal dari tubuh lain di sebelahnya. Tangannya yang panjang memeluk pinggang Sena dan dadanya yang telanjang menempel pada punggung Sena.

"Demi Tuhan, Oh Sehun!" Sena menyingkirkan tangan Sehun yang menghalangi geraknya dan menghela tubuhnya duduk. "Apa yang kau lakukan di sini!"

"Astaga," Sehun mengerang protes dan menutup wajahnya dengan lengan. "Tenang apa bisa tidak sedikit..."

Sena tidak repot-repot menertawai tata kalimat Sehun yang berantakan dan tanpa aba-aba menendang laki-laki itu dari tempat tidurnya. Sehun jatuh dengan suara berdebum dan aduh yang keras.

"YA!" Sehun berseru dengan hanya satu mata terbuka. Rambutnya mencuat ke mana-mana seperti korban arus pendek listrik. "APA MASALAHMU?!"

"KAU!" balas Sena berapi-api. "Apa-apaan, tidur di tempat tidurku, dan astaga, tanpa kaus pula!"

"Jangan berlebihan," sembur Sehun. "Aku bukannya telanjang. Kamar sialan ini panas."

Sehun berniat kembali tidur di lantai, tapi Sena melompat turun dan menyambar tangannya sebelum Sehun sempat berbaring. "Tidak bisa. Pakai kausmu. Apa kau tidak belajar etika? Tidak sopan berkeliaraan telanjang dada di kamar perempuan!"

"Oh, kau perempuan. Itu kejutan."

Sena menggumamkan sumpah serapah dan menyambar kaus Sehun yang teronggok sembarangan di dekat handuk lembab Sena (setelah dipikir-pikir, entah Sehun yang tertular ketidakrapian Sena atau Sena jadi serampangan karena bergaul dengan Sehun). "Ini. Cepat pakai."

Sehun meringkuk membentuk janin dan menggumam, "Tidak mau."

"Tidak mau? Oke. Akan kubantu."

Sena menduduki kaki Sehun dan menarik paksa tangannya. Sehun, meski mengantuk, ternyata masih punya sedikit kesadaran untuk menggeliat menolak. Karena pada dasarnya Sehun adalah laki-laki yang aktif, ia jauh lebih sehat dan lebih kuat dari Sena, sehingga mudah baginya melepaskan diri, dan sulit bagi Sena membuat kaus itu melewati kepala Sehun. Sehun bisa saja langsung menggulingkan Sena dari kakinya untuk menghentikannya, tapi sepertinya bagian dari dirinya yang sadar tahu itu akan menyakiti Sena dan hanya menggunakan kekuatannya untuk melawan si kaus seolah-olah benda itu terbakar di tubuhnya.

Mendadak pintu kamar terbuka di tengah pergulatan yang tidak seimbang itu. Sehun dan Sena membeku. Sena menatap Jimin yang berdiri di balik pintu dan sedang balas menatapnya dengan terperangah.

Lalu Sena sadar kenapa Jimin terperangah. Posisinya saat ini sama sekali tidak terlihat bagus. Malah, dilihat dari mata orang lain, Sena terlihat seperti sedang berusaha menelanjangi Sehun bukannya menjaga harga dirinya (semacam itulah) dan ide itu membuat wajah Sena merona panas.

***

Setelah berdebat dan saling menyumpah-nyumpah semenit lagi, Sehun akhirnya bangkit dan beranjak ke kamar mandi. Sena mengumpulkan semua pakaian dan handuk yang bertebaran di lantai dan mengumpulkannya di satu sudut ruangan.

All-Mate911Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang