Chapter 9

9.7K 1.1K 106
                                    

aku tertawa, bersamamu

-x-

Sebenarnya pengakuan itu tidak benar-benar mengejutkan, Sena berpikir sambil berjalan ke sisi kamarnya dengan dahi berkerut dan bibir mengerucut. Maksudnya, Chanyeol pernah menciumnya tanpa alasan yang jelas. Itu berarti sesuatu, kan?

Laki-laki memang aneh, Sena melanjutkan sambil berbalik punggung dan berjalan kembali ke sisi lain kamarnya. Mungkin Chanyeol hanya terpesona sesaat padanya karena ia luar biasa cantik (yang benar saja).

Dari dulu si Park Idiot itu memang sinting, batin Sena jengkel dan kembali ke sisi sebelumnya. Kemungkinan besar ciuman waktu itu hanya untuk mengganggunya.

Iya, kan? Sena berhenti sejenak di tengah-tengah ruangan dengan kedua tangan berkacak pinggang. Jadi pernyataannya tadi itu apa?

"Ah, gila." Sena berdecak dan mendudukkan dirinya di tempat tidur sambil bersedekap. Mereka tidak pernah berteman, bahkan sejak SMA. Sena membenci si idiot dan ia yakin perasaan itu berlaku balik arah.

Memang, ada kalanya Sena mengganggap Chanyeol lumayan, tapi hanya itu.

Sena segera menggeleng-geleng mengusir pikiran itu dan berdiri, langkahnya berdentum-dentum di sekitar kamarnya. Lumayan apanya? Chanyeol hanya sedikit terlalu tinggi dan kebetulan mendapat gen wajah yang bagus berkat DNA dan—

Pintu terbuka menyentakkannya hingga melompat. "Astaga!"

Sehun di balik pintu mengerutkan dahinya curiga sebelum menutup pintu di belakangnya. "Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa tampangmu aneh begitu?"

"Berdiri," jawab Sena seadanya. "Kau sendiri pergi ke mana? Bukankah sudah kubilang—"

"Minggir," Sehun memotong dan berjalan melewatinya, langsung menghempaskan punggung ke tempat tidur dan menghela napas keras-keras. "Sial. Aku lelah. Aku berjalan sangat jauh untuk mendapat tumpangan pulang. Astaga."

"Ke mana kau pergi?"

"Omong-omong..." Alih-alih menjawab, Sehun merogoh sesuatu dari sakunya dan melemparkannya ke arah Sena dengan kecepatan mengagumkan.

Sena nyaris melewatkan benda itu, tapi syukurnya refleksnya cukup bagus. "Ya! Bukankah ini ponselku? Di mana kau mengambil ini?" tanyanya dengan nada menuduh. Kemudian ia sadar. "Oh, jadi kau yang memanggil si idiot itu? Demi Tuhan, Oh Sehun, aku akan—"

"Lebih baik dia daripada orang lain, dasar bodoh," lagi-lagi Sehun memotong perkataannya. "Setidaknya aku tahu bagaimana menemukan si Park Chanyeol ini. Kalau dia mematahkan hatimu, aku akan mematahkan batang lehernya."

Sena mengerjap-ngerjap, kemudian mendengus datar. "Kau tidak akan mematahkan lehernya karena aku tidak punya apa pun untuk dipatahkan olehnya."

Sehun menghela tubuhnya duduk dengan susah payah seakan-akan seluruh beban dunia ada di pundaknya. "Kapanpun kau bersikap seperti itu, Ryu Sena, aku tahu kau sebenarnya khawatir."

Sena membuka mulut untuk menyangkal, tapi Sehun lebih cepat melanjutkan perkataannya.

"Kau tahu, kurasa si tolol itu benar-benar peduli padamu. Tidak ada salahnya memberinya kesempatan."

Sena memutar bola matanya. "Kau bahkan tidak mengenal Chanyeol, kenapa tiba-tiba kau mendukungnya?"

"Aku hanya berusaha membantumu."

"Membantu apa?"

"Lihat jam berapa sekarang? Pantas saja aku mengantuk."

"Ya! Itu tempat tidurku, tidurlah di lantai!"

All-Mate911Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang