Salah Paham

3.1K 219 3
                                    

#Aila

Aku menyerngit bingung.

Ada apa ini?

Kenapa Byan terlihat tidak senang dengan kehadiran bapak ini?

Kulihat Byan masih memasang muka datarnya itu.

Berbeda dengan Byan, pria paruhbaya di depan kami tersenyum ramah padaku.

"Kamu temannya Byan yah?"
Tanya pria itu

Aku mengangguk dan tersenyum ramah.

"Kenapa kalian tidak masuk ke dalam? Pria itu menyerngit bingung.

"Ehmm......."

"Ayo masuk Ai, sekarang kan udah ga berdua lagi"

Sebelum aku menjawab Byan menyela perkataanku.

"Eh... iya"

Aku mengekor di belakang lelaki muda dan pria paruh baya yang berjalan di depanku.

Ada apa dengan suasana ini kenapa canggung sekali.

Setelah sampai di dalam rumah Byan, Aku memberanikan diri untuk bertanya pada pria paruh baya di depanku.

"Maaf pak, bapak ini papanya Byan?" Tanyaku ragu.

Pria itu berbalik menghadapku dan tersenyum ramah.

"Iya nak, saya papanya Byan maaf belum memperkenalkan diri" kata pria itu dengan sedikit raut kecewa.

Aku bingung sekarang, kenapa Byan memperlakukan papanya seperti itu?

Padahal menurutku papanya orang yang baik.

Aku menatap kesal pada Byan.

Byan hanya menatapku datar tapi matanya seperti mengatakan "apa".

Dengan gemas aku menyenggol lengannya.

Dia hanya menyerngit bingung.

"Tidak papa nak, mungkin Byan belum mau memperkenalkan papanya" ucap pria itu, kini guratan kecewa terlihat jelas di wajahnya.

"Engga mungkin Byan ga mau memperkenalkan papanya, jika mempunyai papa sebaik om"
Ucapku di iringi senyuman riang, aku tidak tega melihat raut kecewa di wajahnya.

Ia hanya terkekeh lalu tersenyum.

"Lo tunggu situ dulu, gue ganti baju bentar" ujar Byan sambil menunjuk sebuah sofa menyuruhku duduk.

Aku hanya menggangguk dan mendekati sofa yang di tunjuk Byan tadi.

Sedangkan Byan menaiki tangga, mungkin kamarnya terletak di lantai dua.

#Author

Dua orang yang berbeda usia dan jenis kelamin itu sedang duduk berhadap-hadapan.

Tidak... mereka tidak dalam suasana canggung.

Justru sebaliknya, mereka sedang membicarakan hal-hal kecil yang menyenangkan.

"Kamu adalah teman wanita pertama yang Byan ajak ke rumah ini" ujar papa Byan sambil tersenyum hangat

"Bukan Byan yang ajak aku kok om, tapi aku yang minta buat kerja kelompok di rumah Byan.
Hehehe" ucap Aila sambil terkekeh

"Ayo mulai kerjain tugasnya" ujar seorang lelaki muda dengan nada datar.

"Kalau begitu om permisi dulu Aila, kalian silahkan kerjakan tugasnya" ucap ayah Byan sambil bangkit dari duduknya.

"Iyaaa om" ujar Aila sambil tersenyum.

Aila dan Byan mengerjakan tugas mereka dengan hening.

Dalam hati Aila merasa bingung, kenapa Byan berprilaku begitu kepada ayahnya.

Bukannya sekarang yang ia miliki hanya ayahnya?

Setau Aila Byan tidak memiliki saudara dan ibunya sudah tiada.

Barusaja ia dapat mendengar nada lembut dari ucapan Byan, tapi sekarang bahkan Byan menjadi lebih datar ketika berbicara.

Sepertinya ada yang salah disini.

Aila sebenarnya ingin sekali menanyakannya pada Byan, tetapi ia akan menunggu untuk Byan berbagi cerita padanya.

#Aila

"Yeay alhamdulillah akhirnya selesai juga" ucapku dengan nada gembira sambil merentangkan kedua tangan.

Aku melirik ke arah Byan yang memasang wajah datar.

Huft dia memasang ekspresi seperti itu lagi.

"Kenapa kamu diam saja?
Kamu ga seneng apa tugas kita akhirnya kelar." Ujar Aila

Byan menaikkan sebelah alisnya
"Emangnya gue harus apa, loncat-loncat jungkir balik sambil bilang WOW gitu" ucap Byan datar.

Aila mengerucutkan bibirnya sebal mendengar jawaban dari Byan.

"Seenggaknya bilang alhamdulillah kek" ujar Aila

"Ya ya ya Alhamdulillah" ucap Byan malas.

~ suara adzan ashar mengumandang ~

"Byan sholat yuuk, udah adzan tuh kamu ga ke masjid?" tanya Aila

"Ah males gue ke masjid, entar orang-orang pada kaget lagi gue ke masjid" ujar Byan

"Emangnya kenapa kalau kamu ke masjid?
Kamu tau dari mana kalau orang-orang akan berpikiran begitu?" Tanya Aila lagi

Byan hanya mengangkat kedua bahunya malas.

"Yaudah kalau begitu kita jamaah aja di rumah kamu"

Sebelum Byan menjawab, papa Byan berjalan ke arah mereka sambil memakai sarung bersiap untuk ke masjid.

"Om mau ke masjid yah om?" Tanya Aila

"Iya Ai ada apa?
Kamu kalau mau sholat bareng bi Inah aja yaa tuh bi Inahnya lagi di dapur." Jelas papa Byan

"Iya om nanti aku ke dapur.
Oiya om tunggu Byan ya om dia mau ikut ke masjid juga sama om" ujar Aila semangat.

Byan menaikkan sebelah alisnya "Siapa yang bilang gue mau ikut ke masjid"

"Aku tadi..." ucap Aila dengan polosnya.

"Udah sana cepat pake sarung sama peci, hush hush" ujar Aila dengan menggerakkan tangannya.

Byan mengerutkan keningnya
"Lo ngusir gue"

"Udah sana cepat" ucap Aila lagi

"Iya iya" ujar Byan kesal sambil pergi ke kamarnya.

Sedangkan papa Byan yang melihat kejadian itu tersenyum senang.

"Om yakin kamu bisa merubah Byan, Aila" ucap pria itu sambil menatap Aila.

"Aku yakin Byan sebenarnya baik kok om"

"Iya kamu benar"

Selesai sholat Aila berbincang-bincang dengan bi Inah sambil menunggu Byan pulang dari masjid.

"Ehmm... bi aku boleh nanya ga?" Tanya Aila ragu

"Tanya apa non, silahkan jangan sungkan-sungkan sama bibi" jawab bi Inah

"Panggil aku Aila aja bi, aku mau tanya kok Byan kayaknya ada masalah ya bi sama papanya, sepenglihatan aku Byan terlihat ga suka dengan keberadaan papanya.
Ehmm...apa ini cuma perasaanku aja atau emang benar mereka ada masalah?" tanya Aila pelan

Bi Inah terdiam berpikir sejenak, apa ini sudah waktunya ia mengungkapkan yang sebenarnya.

"Kalo itu sangat privasi ga papa kok bibi ga usah jawab pertanyaanku, maaf aku lancang" ujar Aila pelan.

Bi Inah menghela napasnya dalam "Hhhh.... sebenarnya......."












AILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang