"Gimana Bi sudah belum?"
"Sudah, sekarang kita tinggal tunggu dia dat... eh dia datang lang!"
"Terus gimana? Sudah dilihat belum? Gimana reaksinya?"
"Dia sudah keluar kelas, dia menuju ke tempat lo. Dia pasti penasaran."
"Yaudah lo ikutin dia, kalau dia sudah sampai telfon gue lagi. Lo inget kan rencana kita?"
"Ya"
"Thanks Bi"
Tuuut....
Sambungan terputus, Byan menghembuskan napas dengan berat.Semoga gue ga akan nyesel. Pikirnya dalam hati.
Dia terus mengikuti perempuan yang berada beberapa meter di depannya, rupanya dia mempunyai bakat menguntit secara alami.
Karena sejak tadi gadis itu tak mengetahui kehadirannya sedikitpun.
"Mulai Sekarang"
Dua kata yang diucapkan Byan kepada seseorang yang di telfonnya, setelah itu sambungan terputus.
Tak lama terdengar alunan gitar dan suara merdu dari seorang pria yang sangat dikenalnya.
Tentu saja, karena dia terlibat dalam perencanaan ini, entah dia akan menyesal atau tidak nantinya.
Belum sempat pria itu mengeluarkan kalimat demi kalimat dari mulutnya.
Byan sudah pergi meninggalkan sepasang remaja itu, ia tak yakin apakah hatinya akan biasa saja.
Merelakan teman barumu menyatakan cinta kepada seseorang yang sejak lama kau cintai bukanlah hal yang mudah.
Ya.. teman barunya, siapa lagi kalau bukan Gilang Ramadhan.
"Waah suara kamu bagus ternyata, cocok nih jadi penyanyi" terdengar suara seorang gadis sambil menepukkan kedua tangannya.
"Gue suka sama lo"
Satu kalimat yang membuat gadis itu mematung seketika.
"Apa?" satu kata yang keluar dari bibir mungilnya.
"Gue suka sama lo, udah cukup lo tau perasaan gue. Lo ga perlu jawab apa-apa." Kalimat yang terlontar dari mulut Gilang dengan tegasnya.
Beberapa menit mereka hanya terdiam tanpa ada sepatah katapun, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, memikirkan kata apa yang tepat untuk memulai obrolan di suasana canggung ini.
Akhirnya Gilang membuka suara memecahkan kecanggungan.
"Ehm, maaf kalau bikin lo ga nyaman, tapi gue lega sekarang lo sudah tau gimana perasaan gue ke lo. Tapi gue harap jangan gara-gara hari ini, lo jadi ngejauhin gue. Gue ga mau kita jadi canggung, karena jadi temen lo aja udah cukup buat gue. Kalau lo emang ga nyaman sama perasaan gue, lo boleh ngelupain ini semua kok. Gue ga maksa lo buat balas perasaan gue."
"Kenapa kamu suka aku?"
Pertanyaan Aila membuat Gilang menggaruk tengkuknya."Entahlah, gue juga ga tau kenapa suka sama lo. Mungkin karena lo baik, lo ramah,lo pinter, dan lo juga lucu. Gue suka semua yang ada di diri lo."
Senyuman manis tersungging di bibir Gilang, selesai ia melontarkan pikirannya.
Aila hanya terdiam, jujur saja ia masih kaget dengan apa yang baru saja terjadi.
Ia tak menyangka Gilang menyimpan rasa padanya dan mengungkapkan perasaannya seperti tadi.
"Kenapa?"
"Hah"
"Dari tadi lo diam, kenapa?"
"Aku ga tau harus ngomong apa"
Jawaban Aila membuat tawa Gilang keluar seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILA
JugendliteraturHidup itu indah jika kita menikmatinya. Namun apakah aku bisa menikmatinya dengan lebih lama? -Aisyah Aila Varisha