ENAM BELAS

3.7K 324 44
                                    

"Kang Seulgi. Kau ini kenapa sih!?"

Gadis yang dipanggil oleh Soojung itu hanya diam. Ia menggeleng lemah dan terus saja menunduk. Gadis itu memainkan kuku-kuku jarinya dengan gelisah.

"Apa yang terjadi!? Katakan padaku, apa ada yang mengganggumu?!" Tanya Soojung. Namun nihil, tak ada satupun kata yang meluncur dari mulut Seulgi. Membuat Soojung gemas.

"Kau? Dengan siapa kau pulang kemarin eoh?" Soojung menatap Seulgi dengan selidik. Gadis itu hanya diam, ia menundukkan kepalanya lebih dalam. Dadanya masih saja terus berdegup kencang sejak kemarin. Ia tak mengerti, sekaligus tak menyangka kenapa ia bisa-bisanya dijadikan tumbal oleh seseorang yang bahkan tak pernah dikenalinya seumur hidupnya.

"Oh, ada apa ini? Apakah sahabatku berubah menjadi patung? Sehingga ia tak bisa menjawab pertanyaanku" Omel Soojung. Bola matanya lalu melirik dua orang pria jangkung yang baru saja memasuki kelas. Matanya memicing, menatap intens salahsatu pria. Kemudian berdiri dari tempat duduknya seraya menggebrak meja.

"Yak! Kim Jongin! Kemari kau!" Perintah Soojung. Jongin menoleh kearah sekitarnya, lalu menghampiri Soojung. Sehun mengekorinya dari belakang.

"Kau? Apakah kau mengantar Seulgi pulang kemarin?" Jongin menoleh kearah Seulgi yang tengah memainkan kuku-kukunya. Tangan gadis itu bergetar. Dan Jongin jelas mengetahui apa yang menyebabkan gadis itu berkelakuan seperi ini.

Kejadian kemarin pasti sangat menakutkan baginya.

"Kang Seulgi, ireona." Jongin secara tiba-tiba menggapai pergelangan tangan Seulgi dan memerintahkan gadis itu untuk beranjak dari tempat duduknya. Seulgi mendongak, menatap pria itu nanar. Ia kemudian secara paksa berusaha melepaskan genggaman Jongin pada lengannya.

Dengan satu tarikan paksa Jongin berhasil membuat Seulgi berdiri dan dengan segera membawanya pergi dari ruang kelas. Soojung hanya terdiam, melongo melihat kelakuan aneh kedua manusia itu.

"Yak! Kim Jongin mau kau kemanakan gadis itu eoh!!?" Teriak Soojung dengan suara melekingnya. Sehun menutup kedua telinganya, menatap heran Soojung.

"Itu pita suara manusia atau lumba-lumba?" Tanya Sehun. Soojung kemudian mencibir dalam hati.

"Jangan bicara didalam hati. Kalau aku tampan itu bilang saja secara langsung, aku tak akan marah kok." Soojung memukul kepala Sehun dengan ujung pensilnya dengan gemas. Membuat Sehun sedikit meringis menahan sakit.

"Menjauhlah dariku Oh Sehun sshi. Jangan dekat-dekat denganku selama kita berada di area sekolah." Titah Soojung mengingatkan. Sehun menyeringai jahil.

"Hei. Kita ini dijodohkan, kenapa kau masih saja menyebutku dengan sebutan formal? Kenapa kau tidak memanggilku chagiya, darling, baby, atau yeobo,? itu lebih baik." Soojung dengan segera mencubit lengan Sehun untuk menghentikan ocehan pria itu. Jika tidak, bisa terbongkar rahasianya selama ini. Dan jika itu terbongkar, hal yang selalu ia takutkan akan terjadi.

"Ngomong-ngomong." Sehun menghentikan ucapannya, lalu duduk diatas meja Soojung, "Sepulang sekolah nanti temani aku membeli obat ya?" Soojung mendelik, apa pria ini sakit?

"Bukan aku. Tapi ayah. Semalam ia demam" Ucap Sehun, seakan-akan dapat membaca pikiran Soojung.

"Paman Oh sakit? Kenapa bisa demam?" Tanya Soojung. Raut wajahnya terlihat panik.

"Sepertinya karena terlalu lelah bekerja." Jawab Sehun. Soojung mengangguk mengerti.

"Baiklah. Nanti sore aku akan menjenguknya."

"Kenapa tidak pulang sekolah saja?"

"Aku harus pergi ke kantor ayah. Ada beberapa file yang harus kutandatangani sebagai perwakilan dari ayahku." Jelas Soojung.

A SURPRISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang