DELAPAN BELAS

3.6K 285 21
                                    

a few years ago

"Maaf nona, tetapi tuan ini terpaksa harus kami tahan karena telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tabrak lari yang menewaskan 1 orang."

Haeryung menatap tiga pria berpakaian seragam rapi dihadapannya dengan tatapan tak percaya. Rasa-rasanya tubuhnya ingin ambruk seketika saat mengetahui jika ayahnya telah dinobatkan sebagai tersangka kasus tabrak lari. Hatinya mencelos saat borgol kemudian telah menggantung dikedua pergelangan tangan pria yang menjadi harta satu-satunya untuknya.

"Pak polisi. Kalian pasti salah tangkap, ayahku bukanlah seorang pembunuh." Tangkas Haeryung. Ia menoleh kearah ayahnya, namun pria tua itu hanya menunduk, enggan membalas tatapan anak semata wayangnya.

"Ayah! Katakan pada mereka jika kau tidak bersalah! Kau masih harus melindungiku ayah! Kau tidak bisa meninggalkanku!" Amuknya. Airmata kini telah membasahi seluruh area wajahnya. Pipinya memerah menahan emosi dan rasa sedih yang seakan-akan bercampur dan menimbulkan rasa sesak didalam hatinya.

"Pihak keluarga korban telah melayangkan gugatan untuk ayah anda. Dan seluruh bukti mengarah dengan jelas pada ayah anda." Seorang polisi kemudian menyodorkan Haeryung sebuah foto yang telah dicuci. "Itu adalah foto korban."  Tambahnya. Haeryung membalik foto itu dengan hati-hati, dan tiba-tiba saja mulutnya bungkam, tangisannya seakan-akan terhenti, perasaan kaget sepertinya kini lebih mendominasi suasana hatinya, ia menatap sosok wanita dewasa yang tengah tersenyum difoto tersebut. Yah, ia sangat mengenal sosok itu.

"Ini? Ibu Sehun?" Desisnya tak percaya. Ia menutup mulutnya dengan salahsatu tangannya, kemudian menatap ayahnya bergantian dengan foto yang ternyata adalah Yoona,ibu dari kekasihnya saat ini.

"Tidak, ayahku bukan pembunuh. Tidak! Jangan bawa ayahku!!" Jeritnya. Ia menarik lengan seorang polisi yang menggeret ayahnya untuk meninggalkan rumah. Tangisnya semakin menjadi-jadi ketik sosok pria tua itu kemudian telah lenyap dari pandangannya. Beberapa tetangga disekitar rumahnya menatap gadis muda itu dengan tatapan iba,namun tetap tak bisa melakukan apapun untuknya. Mereka hanya memandangi gadis itu dan mengerutkan kening mereka ketika erangan tangis gadis itu menyakiti gendang telinga mereka.

"Na Haeryung? Kau kenapa? Ada apa denganmu?" Seorang pria muda menghampiri Haeryung. Pria itu berlari-lari kecil dan dengan segera memeluk bahu gadis itu.

"Myungsoo. Tolong aku, to-long.." Isaknya. Pria bernama Myungsoo itu merasakan secara jelas jika bahu gadis itu bergetar. Myungsoo menepuknya perlahan, berusaha membuat sang gadis tenang.

"Ceritakan padaku perlahan-lahan Yungie, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau menangis seperti ini?" Tanyanya lembut. Haeryung melepaskan pelukan yang diberikan Myungsoo. Kemudian tatapan mereka saling bertemu. Haeryung terlihat sangat kacau, kelopak matanya membengkak dan wajahnya yang memerah, rambutnya pun acak-acakan.

"Ayahku.. ayahku dituduh sebagai seorang pembunuh." Tangisnya lagi. Myungsoo membelalakkan matanya tak percaya.

"Pe-pembunuh? Siapa yang mengatakannya? Siapa yang ia bunuh??" Cecar Myungsoo. Haeryung menatap manik mata milik Myungsoo lekat, tangan mungilnya meremas lengan baju seragam Myungsoo dengan sangat kuat.

"Ayahku menjadi tersangka tabrak lari. dan korbannya adalah ibu Sehun, Myung.."

☆☆☆☆

"Kau kenapa sayang?"

Haeryung menggeleng lemah. Tidak, ia bukannya sedang dalam lamunan saat ini, bisa dikatakan jika pikirannya justru tengah dilanda perasaan tak karuan--antara bersalah dan benci-- pada pria remaja yang kini berada dihadapannya.

"Kau ada masalah? Ceritakan padaku." Pintanya. Namun gadis berambut panjang sepunggung itu hanya memilih diam. Pria dihadapannya mengernyit heran, kemana perilaku gadisnya yang selalu riang gembira itu?

A SURPRISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang