3• Alzelvin

602 37 9
                                    

Priza Point of Views

"Duh, besok gue berangkat duluan aja kali ya, atau gue berangkat siangan. Ih pokoknya gue gak mau berangkat bareng Ka Alzelvin."

"Yaelah, gapapa Za. Cuman sekali. Lagian tuh bocah palingan mau minta maaf gara-gara dia nabrak bahu lo."

"Tapi dia agresif banget. Terus juga nabrak bahu itu gak seberapa, Ra."

"Mending lo jalanin. Kalo lo gak jadi bareng dia dikiranya nanti lo cewek PHP."

"Hm, iya deh."

"Ok. Gue dukung lo banget. Shipper Prizelvin nih."

"Bhay."

Aku mematikan telepon secara sepihak, aku baru saja menelpon Sera. Karena ajakan Ka Alzelvin itu, aku menjadi labil. Tapi benar kata Sera, tidak ada salahnya kan? Hanya sekali. Ya, hanya sekali.

❌❌❌

Udah jam segini, si Iden itu gak dateng-dateng, ya, dikarenakan namanya kepanjangan jadi aku memanggilnya Iden yang kudapatkan dari nama belakangnya "Chaiden", Alzelvin Chaiden.

"Bun, aku berangkat ya."Pamitku ke Bunda sambil mencium tangannya.
"Gak nungguin senior kamu itu?" Tanya Bunda.
"Udah kelamaan, nanti aku terlambat. Dadah Bun."

"Ka, aku mau salim." Kata Adik kecilku, Rio, lucu sekali.

Aku memnyodorkan tanganku dan dia menciumnya.

"Dadah kakak. Ati-ati."
"Dadah Rio."

Aku membuka pintu rumah, bruk, rasanya aku menabrak tubuh seseorang, aku menengadahkan kepalaku, dan melihat wajah seorang Iden. Aku menjauh darinya beberapa langkah baru berbicara.

"Eh, ka, gue kira lo gak dateng."
"Baru aja gue mau ngetok pintu rumah lo. Ayo berangkat." Katanya sambil berjalan menuju pekarangan rumahku. Aku mengikuti langkahnya.

"Nih." Katanya lagi sambil menyodorkan helm dan naik ke motor ninjanya.

Aku mengambil alih helm itu dan memakaikannya di kepalaku.

"Ayo naik." Untuk ketiga kalinya ia berbicara lagi.

Aku naik ke kursi belakang dan ia mulai melajukan motornya. Di sepanjang perjalan, kami terdiam, tidak ada satupun dari kami yang hendak membuka mulut.

❌❌❌

Aku tidak mau terjebak lagi dengan pesona seorang most wanted male. Tidak untuk yang kedua kalinya. Lagipula menurutku dia terlalu agresif, baru bertemu denganku satu kali, tapi sudah bertingkah seperti sudah dekat.

Dug

Karena aku yang melamun sambol berjalan, aku menabrak seorang seseorang, cewek, aku rasa ia senior.

"Maaf ya, Ka." Kataku langsung sambil tersenyum.

"Iya gapapa." Jawabnya balas tersenyum lalu melangkah pergi.

Tapi, tunggu dulu, aku seperti mengenali wajahnya, itu pasti dia. Walaupun aku tidak pernah bertemu dengannya tapi aku tau persis bagaimana wajahnya.

❌❌❌

Bagaimana ini ketika istirahat tadi Ka Iden mengajakku pulang bersama. Aku jadi tidak fokus terhadap materi yang diterangkan Bu Tresa.

***

Priza dan Sera sedang memakan bakso mereka sambil sesekali menyedot es jeruknya. Lalu, dia tengah keasikan mereka dengan makanannya, tiga orang senior menghampiri meja mereka. Salah satu diantara mereka berucap.

"Cewek yang ini Zel?" Tanya Deta -sobatnya Alzelvin- sambil menunjuk Priza.

Priza menengok ke arah mereka sambil mengernyitkan dahinya, bingung.

"Cantik ugha, leh ugha." Sahut Satria -sobatnya Alzelvin(2)-

Alzelvin hanya diam, sambil memutar bola matanya, melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Za, nanti pulang bareng gue aja ya. Sekalian gue bantuin kerjain proyek lo, tadi Pak Hito nyuruh gue jadi tutor anak kelas lo, jadi gue pilih lo aja. Mau kan?" Ucap Alzelvin panjang lebar.

"Hm. Iya ka. Gue juga bingung mau ama siapa lagi." Jawab Priza.

1 detik.
2 detik.
3 detik.

"Aduh, aduh, aduh, begonya gue." Kata Priza dalam hati merutuki dirinya, sambil menepuk dahinya.

"Kenapa lo Za? Pusing?" Tanya Sera.

"Iya, agak pusing, hehe." Jawab Priza.

"Yaudah gue pergi ya, nanti gue ke kelas lo." Sahut Alzelvin sambil melangkah pergi keluar kantin.

"Bye cantik." Timpal kedua temannya.

Alzelvin mengetuk kedua kepala temannya bergantian.

***

Kenapa dia sangat agresif? Kenapa dengan bodohnya dirinya mengiyakan? Oke, aku tinggal menolaknya dengan halus.

Triiiiiiing~

Bel pulang berbunyi, aku membereskan buku catatanku, untungnya tadi aku merekam segala ucapan Bu Tresa.

"Priza!" Bu Tresa berucap padaku.
"Eh iya Bu?"
"Lain kali catat apa yang saya ucapkan jangan direkam, dan jangan melamun terus nanti kamu ketinggalan materi." Katanya sambil meninggalkan kelas.
"Anak teladan diomelin Bu Tresa?" Ucap seseorang tiba-tiba, itu ka Alzelvin.
"Haha, anak teladan darimana. Eh maaf nih ka, tapi gue dijemput ama nyokap jadi gue duluan." Aku pun berlari meninggalkannya lalu bersembunyi.

Ia pun ke parkiran, beberapa saat kemudian ia melajukan motornya. Aku bernafas lega sambil berjalan ke arah halte. Aku masih takut kalau ka Iden belum pulang dan menemuiku disini. Akupun naik bus dan turun di dekat perempatan jalan raya. Disana aku tidak menemukan ojek, ingin memakai go-jek namun baterai ponselku habis. Aku melihat sebuah motor berwarna biru menghampiriku, sepertinya pengendaranya cowok, si cowok itu membuka helm nya dan ternyata dia Ka Rhandy.

"Gaada ojek ya? Mau bareng gue gak sampe depan perumahan lo?" Tawarnya. Aku hanya memandang wajah tampannya.

"Eh, boleh ka kalo enggak ngerepotin." Jawabku.

"Nggak ngerepotin ayo naik." Katanya. Aku hanya mengangguk dan menuruti perkataannya. Aku rasa, aku dan dirinya berjodoh. Seperti ketika SMA

***

Rhandy baru saja menunaikan ibadahnya, Priza kebetulan belum pulang karena masih menunggu Aila dengan Eisha, Wyne, dan Shilfa.

"Gue rasa Adiit bakalan ke kelas kita dah, kan kelas kita ada anak eskulnya." Tutur Priza.

Tak lama kemudian Rhandy yang tadinya baru saja naik tangga ke lantai 2, ia turun kembali bersama temannya Ega dan masuk ke kelas Priza, yaitu X IPA 1.

"Ih gue rasa lo ama dia jodoh deh Priz." Sahut Shilfa.
"Aamiin." Priza mengaminkan.
"Priz." Eisha berbisik dan Rhandy keluar dari kelasnya itu lalu melangkah pergi.
"Tapak kakinya tuh, Priz." Kata Wyne.

***

A/N

Untuk selanjutnya Rhandy side ya. Mohon jangan kecewa kalau bahasanya masih kurang atau masih kurang dapet feelnya.

Le-tititaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang