22• Know Him

235 8 9
                                    

Karena tidak ada kerjaan dan bosan, Shilfa akhirnya memilih untuk mengajak Priza refreshing dan 'cuci mata' di Mall. Yah walaupun Shilfa tahu, meskipun dimana ketika Priza melihat cowok ganteng pasti akan heboh sendiri tapi Shilfa yakin kalau hati temannya itu masih stuck di satu orang. Entah Priza yang menutup hati untuk orang lain karena masih setia dengan Rhandy atau memang belum ada lagi yang menarik perhatian temannya itu sebagaimana Rhandy menarik perhatiannya.

Perilaku Priza tidak berubah menurut Shilfa hanya penampilannya saja yang semakin dewasa dan feminim. Meskipun penampilannya sudah dewasa namun tingkahnya seperti anak sekolah menengah atas. Seperti sekarang, Priza masih saja berdekat-dekatan jalan dengan Shilfa padahal kan koridor mall lebar. "Dari dulu gue pengen nanyain ini. Lo lesbi, Pri?"

Bukannya merasa sakit hati atau apa, Priza justru tertawa mendengar pertanyaan Shilfa yang menurutnya lucu. Shilfa yang mengucapkan dengan nada agak kesal tidak heran dengan respon temannya itu, karena Shilfa mengerti betapa recehnya seorang Priza.

Setelah tawanya mereda, Priza menatap Shilfa yang tepat berada di sebelah kanannya. "Kok gue ngakak ya? Duh, lo kan tau gue suka ngegodain lo ampe bikin lo ngambek,"

"Maafin ya Shil, abis daritadi jalan kita diem gak ada obrolan. Gak enak tau." Sambung Priza seraya menepuk-nepuk pundak kiri Shilfa. "Iya."

Mendengar perkataan Shilfa yang singkat membuat Priza pun membujuk Shilfa. "Noh kan, kalo begitu lo pasti marah, maafin Shil, nanti gue kenalin ama temen baru gue deh, cogan lho, mahasiswa STAN jurusan akuntansi perpajakan, asik juga orangnya,"

"Lah?! Serius?! Lo kok gak cerita kalo punya temen baru?! Gila, paket komplit deh," Heboh Shilfa yang kini membuat Priza terheran. Segitu jonesnya kah temannya ini? Ah tidak kesannya Priza jahat sekali bila mengucapkan kalimat itu.

Melihat Baskin Robbins yang tidak terlalu ramai mendorong Priza untuk mengajak Shilfa kesana kemudian memesan dan mencari tempat duduk. "Nih gue cerita, waktu gue mau beli hadiah buat Rhandy gue hampir jatoh gara-gara ada jalan bolong dan gue gak ngeliat, untungnya ada cowok yang nolongin gue, disitu gue belum tau namanya. Eh beberapa hari kemudian gue ketemu dia lagi di Café Woody, dan gak sengaja gue nampar dia. Dia SKSD sih tapi kan sama kayak gue yang SKSD. Terus dia cerita kalo dia ketemu cewek di bandara yang menurut dia lucu. Diakan abis minum vanilla late gue kan, eh gak sengaja gue juga minum di bagian tadi dia minum terus kata dia, kita berdua ciuman. Kan-"

Shilfa langsung memotong penuturan Priza. "Waktu gue cium- eh maksud gue, waktu gue satu sedotan ama Refa. Kan lo yang bilang kalo itu ciuman secara tidak langsung."

"Iya, gue baru inget disaat dia bilang kayak gitu. Tapi dia bukannya merasa ilfeel, dia malah keliatan seneng gitu. Dan dia juga bilang kalo dia nyaman ngobrol sama gue." Jelas Priza bermaksud agar Shilfa tidak salah paham kalo Priza sengaja melakukan itu.

Shilfa pura-pura memasang muka kesal. "Semuanya aja lo embat, Pri itu artinya dia suka ama lo. Mungkin aja dia secret admire lo dan waktu kejadian lo hampir jatoh itu dan dia nyelametin lo, dia udah mulai berani ngedeketin elo."

"Ini sih alibi gak jadi dicombalingin, jadinya nanti sama lo," Lanjut Shilfa masih memasang muka pura-pura kesal namun berganti sumringah begitu es krim pesanannya sudah tiba dengan lahap Shilfa memakannya.

Mungkin karena cuaca yang memang sangat panas di luar tadi, membuat Priza juga lahap memakan es krimnya. "Lo kan tau Shil kalo-" Belum habis Priza menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi Shilfa sudah memutus perkataannya. "Hell-o! Udah waktunya lo move on Priza, mau sampe kapan setia sama Rhandy? Nanti dia udah nikah, lo mau nungguin dia cerai? Mau jadi perawan tua lo kayak Bu Fika?"

Le-tititaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang