14• The Way I Love Him

314 22 0
                                    

Jakarta, 2015

Selasa.

Priza keluar dari kawasan SMA Guna Bangsa ini, ia telah selesai melakukan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau Masa Orientasi Sekolah pada hari keduanya, dan besok adalah hari terakhir kegiatan ini. Karena sekolahnya tidak memperbolehkan membawa kendaraan pribadi kecuali jika sudah mempunyai SIM, maka Priza menggunakan angkutan umum. Priza menaiki sebuah angkutan umum bersama Shilfa, temannya sejak SMP. Mereka berbicara tentang kakak kelas yang cogan, lalu ada seorang gadis yang sepertinya satu sekolah dengan mereka. Lalu gadis itu berkenalan dengan Priza dan Shilfa. Priza yang supel pun segera mengajak obrol Yara, tak lama Shilfa pun turun di pemberhentiannya menyisakan Priza dan Yara yang kebetulan satu perumahan.

"Pembimbing gugus gue manis tau." Seru Priza bercerita tentang salah satu pembimbing gugusnya.

"Tapi kak Rhandy juga ganteng." Ujar Yara tak kalah antusias.

"Pembimbing gugus lo juga?" Tanya Priza terlihat biasa saja. Karena ia tidak terlalu tertarik dengan pembimbing gugus Yara itu.

"He-em." Gumam Yara membenarkan perkataan Priza.

Setelah itu, ia tidak memikirkan apapun tentang Rhandy, padahal biasanya ia selalu membayangkan bagaimana muka para cogan, ia berpikir mungkin karena kak Giho -pembimbing gugusnya- telah menarik perhatiannya.

❌❌❌

Rabu.

Dan hari ini, adalah hari terakhir kegiatan MPLS. Sekarang, Priza sedang berkeliling meminta tanda-tangan para kakak kelas yang merupakan acara yang pasti ada di MPLS ini. Ia melihat Giho yang sedang duduk di bangku taman dibawah pohon rindang bersama seorang laki-laki yang sepertinya satu angkatan dengannya dan merupakan pembimbing gugus juga. Ketika ia mendekat, ia merasa kalau laki-laki itu adalah Rhandy, entah tahu darimana tapi hati Priza mengatakan seperti itu.

"Kak, minta tanda-tangannya." Tawar Priza seraya menyerahkan buku yang memang sudah ada kolom untuk meminta tanda-tangan. Giho segera mengambil buku itu sambil tersenyum membuat Priza ikut tersenyum. Setelah Giho menyerahkan kembali bukunya, Priza menawarkan tanda-tangan ke laki-laki di sampingnya yang Ia asumsikan sebagai Rhandy.

"Kak, minta tanda-tangannya sekalian." Laki-laki tadi yang tengah menatap lurus ke depan dengan menyipitkan mata karena silau kini menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang berbicara dan ia langsung mengambil buku itu tanpa mengucapkan apapun atau tersenyum, hanya wajah datar yang ia tampilkan. Setelah selesai, ia langsung mengembalikan buku itu ke Priza yang langsung diterima oleh Priza. Priza melihat sekilas buku itu untuk mengetahui siap nama laki-laki itu, dan ternyata benar itu adalah Rhandy, setelahnya Priza kembali berkeliling untuk meminta tanda-tangan.

❌❌❌

4 days later

Setelah kegiatan MPLS berakhir, esoknya sudah dimulai kegiatan belajar yang kondusif, lalu pada hari akhir sekolah yaitu Jum'at, diumumkan pembagian kelas yang baru. Dan ternyata Priza sekelas dengan Shilfa. Sekarang temannya pun bertambah satu yaitu Wyne yang ternyata satu perumahan dengan Priza. Lalu, teman SMP Priza seperti Sheren dan Aila pun menjadi teman dekatnya, dan terakhir Eisha dan Zwe. Tadinya mereka tidak cukup dekat tetapi ketika mereka curhat dan ternyata mereka senasib (yaitu menyukai kakak kelas), mereka memutuskan membuat grup line untuk sekedar curhat ternyata lama-kelamaan mereka menjadi tambah dekat, tidak sekedar teman curhat saja. Dan ketika tahu kalau Wyne menyukai Giho juga, entah kenapa Priza sangat mudah melepaskan perasaannya yang ia sadari kalau itu hanya sekedar perasaan kagum. Dan sekarang, sehabis dari kamar mandi mereka berdua sedang menuju perjalanan ke kelas, ketika melewati ruang guru, tak sengaja mereka bertemu dengan Rhandy. Rhndy yang berjalan berlawanan dengan arah Priza dan Shilfa, berjalan tepat di samping Priza lalu melewatinya. Priza sempat menatapnya yang ternyata ketahuan oleh Rhandy, karena Rhandy pun menatapnya. Priza pun langsung membuang pandangan. Tapi sejak saat itu, Priza ingat dengan mata sipit dan alis tebal milik Rhandy.

❌❌❌

Priza Point of Views

Sejak hari itu, aku masih biasa saja terhadapnya. Tapi entah karena apa, mata ini selalu ingin menatapnya, jadilah aku sering memperhatikannya, ketika istirahat kedua, aku selalu sudah di luar kelas bersama Shilfa duduk di bangku yang sudah ada disana. Jadi ketika ia ke kantin yang kebetulan melewati kelasku, aku dapat memperhatikannya, ketika ia menunaikan Sholat Dzuhur pun aku dapat melihatnya. Lama-lama hal itu menjadi kebiasaan, bahkan ketika ia ke kantin aku tidak hanya melihatnya saja, malahan aku membuntutinya ke kantin dan berpura-pura membeli sesuatu. Jika ia selesai Sholat lalu melewati kelasku pun aku ikuti. Letak kelasku sangat strategis. Sering kali ketika aku memperhatikannya, aku dipergok olehnya sehingga secara refleks aku mengalihkan pandanganku. Banyak sekali kebetulan yang melibatkan aku dan dirinya yang malah membuatku semakin berharap. Contohnya ketika aku bermain taruhan dengan Shilfa dan Eisha, permainannya: "doi siapa yang duluan terlihat/muncul, sesuai dengan doi masing-masing berarti dia jodoh lo." Kami pun menghitung sambil terus menatap sekeliling mencari.

"Rhandy Adnan." Ketika aku mengucapkan kalimat itu ternyata kak Rhandy muncul dari arah Masjid, sepertinya selesai Sholat.

"Eh, anjir, jodoh banget lo Pri." Seru Eisha antusias dengan kebetulan tadi.

"Ih keren, pas banget timingnya." Shilfa tak kalah hebohnya.

Jika ia sedang latihan basket hari Selasa, aku pun diam-diam menunggunya sambil memperhatikannya bersama Shilfa dan Wyne yang mau menunggu, aku paling tak tahan ketika belum melihatnya dari pagi, ketika ulangtahunnya aku memberikannya sebuah hadiah sederhana melalui perantara agar tidak ketahuan. Aku ini seorang Secret Admire, kalau kalian mau tahu. Ketika pulang sekolah aku selalu menunggunya untuk pulang duluan yang kutahu pasti ia tak pernah tahu kalau ada seseorang yang menunggunya.

Dan aku tersadar, aku mencintainya karena terbiasa. Shilfa lah yang memberitahuku. Pertama, menchatnya ketika ia memenangi sebuah pertandingan basket. Dan ia bertanya, "Ini siapa?"

Enam bulan kemudian, tepat di bulan Februari, bulan kelahiranku, kelas 12 mulai sibuk dengan tryout dan ujian praktek. H-1 ulangtahunku, ternyata Wyne dan yang lainnya berinisiatif untuk meminta sebuah ucapan ulangtahun untukku kepada kak Rhandy. Tapi kak Rhandy menolak, malahan memberikan kata-kata yang cukup menyakitkan. Aku menstalk akun askfmnya dan tertera disana sebuah pertanyaan anon, "gimana kalo ada yang suka ama lo, sering ngeliatin lo, suka lo perhatiin gak?", dan ia menjawab, "peduli amat gue."

Ketika pengumuman snmptn pun, aku mencoba untuk menanyakan lewat chat tapi untuk ke sekian kalinya ia hanya membaca pesanku, pantang menyerah, aku menyuruh Wyne untuk menanyakannya lewat chat juga, pertamanya hanya dibaca. Lalu Wyne mengirim sebuah pesan yang tidak kuketahui, "Salah ya ka, kalo nanya?" Begitu katanya, lalu kak Rhandy membalas, "Nggak lolos. Ngegas amat." Dari pesan itu saja, aku dapat mengetahui bagaimana nada bicaranya. Dan itu membuatku kecewa untuk yang ketiga kalinya.

Tapi, karena aku menyukainya, ralat, karena aku mencintainya, walaupun dia cuek, selalu nyakitin, pesanku hanya dibaca, dingin, gak pedulian, gak suka stranger, tapi aku masih bisa bertahan, karena hanya yang benar-benar sayanglah yang tahan dengan segala sikap menyebalkan.

Menjadi seorang secret admire adalah yang pertama kalinya buatku, mencintai sedalam ini juga pertama kalinya buatku, mencintai seseorang yang bersikap dingin merupakan yang pertama kalinya buatku. Entah sampai kapan aku akan tetap mencintainya, yang pasti seorang secret admire memang selalu terbelakang. Kita yang berjuang tapi orang lain yang mendapatkannya.

◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾

A/N

Maaf ya, pas Priza POV-nya, malah acak-acakan.

Le-tititaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang