21• Friends

170 7 3
                                    

Priza yang terus berkutat pada macbook, tidak memperhatikan teman-temannya yang sedang berbincang namun Priza mendengarkannya dengan seksama.

"Main sama lo-lo pada mulu, the feel is like gue gak punya temen lain," Tukas Shilfa sambil mencomot dan memakan lagi beberapa french fries.

"Lo mau main ama temen baru? Gapapa kali Shil, kita sangat mengapresiasi alias mendukung karena sekarang lo makin bisa dengan mudahnya berbaur." Sahut Wyne yang menambahkan nilai plus untuk sifat keibuannya.

Shilfa menatap teduh Wyne, karena setelah Priza teman terdekat keduanya adalah Wyne karena dulu mereka bertiga selalu pulang sekolah bersama. "Uuuwww iin," Shilfa pun memeluk Wyne.

"Gue juga setuju ama Iin, kita kan gak larang kalian mau temenan ama siapa aja, asalkan gak lupa ama temen yang ada disaat lo susah," Timpal Eisha, melahap burgernya setelah selesai berbicara.

Aila meneguk segelas air putih kemudian menimpali lagi. "Nah iya, aneh juga sih kita temenan bisa awet begini ampe kayaknya tiap dua hari sekali ketemu."

"Asaan tadi Shilfa cuman bilang gara-gara main mulu ama kita dia jadi ngerasa gak punya temen lain, tapi gapapa sih, gue suka temenan kek gini haha," Ucap Sheren, tipikal Sheren selanjutnya adalah kalo ngomong suka gak jelas maknanya apa.

Lalu semuanya menatap kepada Priza yang sedari tadi masih fokus pada pekerjaannya seperti meminta jawaban padanya. Sepersekian detik kemudian Priza menengok ke arah mereka lalu menghembukan nafas, berpikir 'temen-temennya-itu-terkadang-aneh'

"Kalo gue sih terserah lo aja, lo tau resikonya, lo kenapa-napa, orang itu bakalan gue hajar, apalagi kalo lo deket ama cowok dan ternyata cowok itu gak baik beuh bisa tinggal kenangan kayak lagunya gaby," Komentar Priza yang semenjak memasuki D3 semakin rajin, apalagi sekarang adalah semester akhir D3, dikarenakan ia ingin mengejar S1 atau bahkan S2 di luar negeri.

"Uuuu tayaang," Kata Aila, Wyne, Shilfa, dan Eisha bersamaan.

"Receh, garing, gosong, dan angus banget Pri haha," Tawa Sheren meledek.

Dan lagi-lagi Sheren membuat semua orang menengok ke arahnya.

"Lo emang mau ada rencana cari jodoh Shil?" Tanya Eisha dengan nada agak mengejek.

Aila berdeham. "Ini nih, nadanya nada ngejek."

"Kok jadi elu yang keliatannya marah La?" Tanya Wyne yang tidak peka.

"Bodo amat In." Jawab Aila yang geram dengan sikap Iin terkadang.

"Gue sih prinsipnya masih sama kayak dulu, ikutin alurnya aja." Balas Shilfa yang sepertinya memegang teguh prinsipnya itu. Ia yang memang sempat linglung dengan pemilihan jurusan, dan akhirnya memutuskan untuk melanjut ke sastra Inggris, lalu dengan pertimbangan matang serta mengikuti minat dan bakat, ia pindah jurusan ke design interior. Semua orang bisa berubah dan bisa memilih jalannya sendiri.

"Berikan tepuk tangan saudara-saudara," Kata Priza sambil menepukkan tangannya. "Perkataan lo yang itu berpengaruh terhadap gue Shil." Lanjutnya lalu kembali berkutat dan mengetik.

"Gue sih tinggal tunggu tanggal mainnya." Sheren kembali berpendapat.

Aila menyahut. "Gue juga nyerahin semuanya ke Tuhan,"

Le-tititaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang