Part 12 : Kain Pel

2.7K 297 15
                                    

"Lo atheis?" tanya Kilia sambil membungkam mulutnya sendiri.

Keffa menaikkan alisnya. Muka nya seperti kesal,bingung dan juga grogi. Ia menyisir rambutnya kemudian tangannya turun menggaruk jidatnya.

"Gue gak ngerti aja, apa bener Tuhan itu ada? Kalau Dia bener ada, Dia itu kayak apa? Kenapa semua agama berbeda-beda Tuhan nya?" tanya Keffa sambil menatap Kilia dengan pandangan menusuk.

Kilia bukannya grogi karena harus menjawab pertanyaan yang begitu berat tapi grogi karena diliatin Keffa. Muka Keffa ganteng banget kalau lagi serius.

"Lo matanya bisa ke arah lain gak? Jangan ke muka gue?" pinta Kilia, hidungnya kembang-kempis tidak karuan.

"Ya terus mata gue harus kemana? Kalau mata gue turun dikit dari muka lo nanti gue dibilang mesum, kalo mata gue ke atas nanti kayak lagi ngomong sama genteng."

"Ya, merem kalau kayak gitu!"

"Gak mau, lo aja yang merem!" suruh Keffa.

"Oke gue yang merem!" ucap Kilia, menyerah dalam perdebatan.

Kilia memejamkan matanya dan saat mata nya tak melihat apapun sebuah kecupan lembut agak basah mendarat di kening nya. Kecupan itu membuat hidungnya kembang-kempis semakin intensif. Ia membuka matanya perlahan-lahan.

"Agama kita berbeda, Kil. Agama gue Buddha." kata Keffa.

Kilia seketika sesak nafas. Keffa benar-benar membuat perasaannya campur aduk.

"Tapi sebenernya gue itu meragukan Tuhan, semenjak Bapak gue meninggal. Kenapa Dia malah ambil orang paling penting di hidup gue?" mata Keffa sedikit berkaca-kaca ketika membicarakannya.

Kilia memandangi Keffa, turut merasakan setiap luka yang Keffa rasakan. Kilia dengan ragu-ragu memegang tangan Keffa kemudian mendekatkan diri dan menyadarkan kepala nya di pundak Keffa dengan ragu-ragu. Keffa merangkul Kilia dengan hangat.

"Udah ah, ceritanya..." ujar Keffa yang seketika semangat padahal tadi suasana sangat syahdu. Sambil menepis tangan Kilia.

"Ih kenapa?" tanya Kilia yang kecewa, padahal tadi lagi nyaman.

"Gue gak percaya diri di peluk-peluk, tadi pagi belum mandi. Mati air." ucap Keffa sambil senyum-senyum nakal.

"Ih, pantesan bau anyep kayak kain pel restoran Padang."

"Tuh kan awal ketemu bau tai, sekarang kain pel nanti apa lagi?" kata Keffa sambil senyum tipis-tipis.

Kilia jadi ikutan senyum-senyum sendiri. Perbedaan agama sebenar nya mengkhawatirkan batin nya sedikit. Tapi dia seakan gak ingat akan semua itu. Kilia sedikit takut kalau masalah bukan datang di masa sekarang tapi di masa mendatang. Mulai saat itu Kilia menyiapkan mentalnya kalau-kalau suatu hari nanti putus dengan Keffa.

***

Pintu cafe didorong perlahan-lahan oleh Cantikha. Flat shoes nya berdecit kecil dengan lantai. Langkah Cantikha sangat pelan seperti mau merampok cafe. Hari ini Gino, mengajak Cantikha ketemuan.

"Can, masuk aja!" sapa Gino, sang pemilik cafe. Gino menghampiri Cantikha dengan seorang perempuan cantik membahana satu spesies dengan arti ternama Syahrini. Rambutnya ikal, di cat warna gradasi alias di ombré, bibir dan kuku nya diwarnai merah.

Cantikha tersenyum sendiri, dalam hati nya yakin itu adalah pacar Gino. Selama ini Gino cuma ingin berteman dengan Cantikha.

"Ini Mami aku." kata Gino, pandangan Gino bergantian menatap Cantikha dan ibu nya sendiri.

Mulut Cantikha yang kurang kontrol spontan menganga. Cantikha memandangi ibu nya Gino dari atas sampai bawah. Sungguh kagum karena ibu nya Gino terlihat masih muda sekali. Cantikha curiga jangan-jangan sejak kelas 5 SD sudah menikah makanya saat Gino besar, dia masih muda sekali.

Green TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang