Part 21 : Roti Buaya

2.2K 214 6
                                    

     Suara tukang sayur membangunkan Cantikha di pagi hari. Setiap hari muncul pertanyaan di kepalanya, dimana sahabatnya berada? Dia tidak habis pikir, ternyata gara-gara putus cinta saja bisa kacau begini. Kejadian-kejadian dari mulai Bang Reyfhan yang bercerai hingga Kilia yang menghilang membuatnya tak pernah yakin untuk berhubungan lebih serius dengan Gino.

Cantikha mengusap matanya lalu beranjak menuju kamar mandi. Ia mencuci mukanya lalu memandangi cermin untuk beberapa saat. Perenungan merasuk ke pikirannya. Apa yang akan terjadi berikutnya? Namun suara pintu yang dipukul keras merusak perenungan itu. Cantikha segera keluar untuk membuka pintu, tidak peduli piyama lusuh yang dia kenakan.

"Gino, lo ngapain?" tanya Cantikha, kaget.

Gino bagai terkejut bisa langsung melihat Cantikha. Gino menarik nafas. Dia nampak grogi sekali. Ia memejamkan mata lalu mendekatkan wajahnya ke Cantikha. Cantikha sontak juga memejamkan mata bagaikan memasrahkan dirinya untuk Gino.

"Pipis dulu dong." kata Gino.

Cantikha lalu membuka matanya yang terpejam. Melihat Gino dengan badan membungkuk dan kaki menyatu, agak berjingjit mirip balerina.

"Ya, sana!"

Gino berlari ke toilet dan segera membuang apa yang dia tahan sejak tadi. Bunyi kentut sayup-sayup terdengar barulah ia keluar.

"Apaan sih, dateng-dateng pipis! Bayar 2000!" bentak Cantikha.

"Tadi ada 3 gelas green tea yang salah buat, gak sesuai pesanan."

"Terus?"

"Ya, gue minum biar ga rugi." jawab Gino polos.

Canthika menghela nafas. Ia kemudian berpaling dari Gino. Gino kemudian memegang tangan Cantikha. Ketika Cantikha kembali menghadap Gino, sudah tersuguh roti buaya ukuran mini di tangan Gino yang satu lagi.

"Ini roti, salah pesen juga?" tanya Cantikha

"Bukan, ini tanda."

"Tanda apa?"

"Kalau tradisi betawi roti buaya untuk lamaran atau nikahan kan. Ini ukuran kecil nya, roti cicak, tradisi untuk nembak gebetan." ucap Gino sambil berlutut di depan Cantikha.

"Be my girlfriend, please..." sambungnya.

***

     Keffa duduk termenung bagaikan besok ia akan mati. Ia tidak bisa menemukan Kilia walau sudah mencari kemana-mana. Hari ini dia berniat ke toko kelontong tempat Kilia biasa membeli stok mie instan. Kalau Keffa hari ini tidak menemukan tanda-tanda kehidupan Kilia maka dia bertekad berhenti mencari dan melanjutkan hidupnya. Keffa akan berusaha move on meskipun hal itu jelas mustahil.

"Koko, apa belakangan ini Kilia gak pernah belanja disini?" tanya Keffa.

"Kilia? Siapa?" seorang pria paruh baya beretnis Tionghoa itu tampak asing dengan nama Kilia.

"Iya, Kilia. Langganan beli mie instan." jelas Keffa.

"Ah, Kilia! Si cantik yang suka makan mie! Dia baru kemarin beli mie satu kardus." kata pria itu.

Keffa langsung sumringah bagaikan mendapat kekuatan pencerahan. Berarti Kilia masih hidup.

"Dia beli yang rasa apa, Ko?" tanya Keffa.

"Rasa apa ya?" pria itu menyerengit lalu membuka sebuah buku.

"Ah iya, indomie goreng satu kardus masih utang 10 ribu lagi." lanjut pria itu.

"Saya bayar 10 ribu nya, Ko! Kalau perlu semua hutang Kilia!" ujar Keffa dengan bersemangat.

"Kamu siapanya?"

"Bisa dibilang saya Dora yang baru dikasih pentunjuk sama peta. Terimakasih ya, Ko!" Keffa lalu menjabat tangan pria itu dan mengguncangnya kencang. Tangan pria itu rematik dibuatnya.

     Keffa tau ia akan segera menemukan Kilia. Dia yakin Kilia tak jauh darinya saat ini. Keffa tak sabar lagi.

Green TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang