Cantikha lari-lari mengelilingi rumah layaknya atlet yang lagi ikut kejuaraan. Ia sibuk membongkar tumpukan baju tua, mencari peralatan make up, mencari sepatu-sepatu yang selama ini jarang di pakai. Sangking gesitnya, sudah lebih dari lima kali dia tabrakan sama Bang Reyfhan. Untung Bang Reyfhan lelaki kuat.
Maklumlah, hari ini Gino "mengancam" mau datang ke rumah. Kesempatan ini dimanfaatkan Cantikha. Harus dia akui sejak kejadian di panti asuhan, ada sedikit rasa ingin mengenal Gino. Sebuah perasaan aneh yang membuatnya ingin berdandan dan juga membuatnya gak lagi kesal dengan Gino.
Cantikha memandangi kaca, menghela nafas dan tersenyum. Make up nya pas dan terlihat natural. Dia duduk manis menunggu Gino di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang, ia memikirkan gimana reaksi Gino? Apa Gino seneng? Atau Gino malah jadi berubah? Pikirannya kemudian berhenti melayang ketika pintu diketuk cukup keras. Cantikha langsung membuka pintu dengan cekatan. Ia memasang senyum termanis.
"Keffa..." kata Kilia sambil menangis, ia kemudian menerobos masuk kayak zombie dan akhirnya membenamkan muka di sofa.
Senyuman manis Cantikha terbuang sia-sia. Cantikha langsung duduk disamping Kilia dan menguncang-guncang kepala Kilia.
"Move on dong!" ujar Cantikha
"Kalau mampu, gue juga mau!" balas Kilia dengan wajah yang masih ia benamkan di sofa.
"Dasar Kilia, manusia purba! Hidup di zaman dulu melulu!"
Tak lama berselang, tiba-tiba kepala Gino nongol di pintu. Badannya tidak kelihatan.
"Hai, Cantikha! Eh, ada Kilia juga!" sapa Gino.
"Eh, Gino! Lo bisa pergi gak?" tanya Kilia yang secara gak langsung mengusir Gino.
"Lah! Baru juga kesini." Gino bingung
"Tante, ada sales obat kuat gak sopan nih! Usir tante!" teriak Kilia yang tujuannya ke mama nya Cantikha.
Cantikha langsung mukul Kilia keras-keras. Kilia kemudian mengangkat mukanya tapi duduk dengan muka cemberut.
"Maaf, Gin. Manusia purba memang gini. Otaknya mungil." kata Cantikha.
Gino tertawa kecil, dia kemudian masuk dan bukan cuman kepala nya aja yang terlihat. Sekarang keliatan kalau Gino memakai kaos tanpa kerah warna putih, celana hitam dan jas abu-abu yang sengaja ia buka kancingnya. Rapih sekali seperti mau ke pesta nikahan. Pantas daritadi dia tutup-tutupin.
"Kita jalan yuk, Can, gue udah booking di restoran steak. Enak loh! Ini jas minjem jangan sampe sia-sia." rayu Gino.
"Gue ikut dong!" celetuk Kilia
Cantikha langsung menempuk jidadnya pelan. Semua kemungkinan yang terlintas di pikirannya dari sejak tadi berbeda jauh dari kenyataan.
***
Canggung, mungkin rasanya itu kata-kata untuk gambarin situasi sekarang. Makan bertiga di restoran steak. Gino dan Cantikha duduk hadap-hadapan sementara Kilia di sampingnya. Bangku Kilia juga lain sendiri, bangku yang bisa muter-muter kayak bangku kantor. Ya, karena tadinya Gino mesen untuk dua orang aja.
"Can, lo suka nya yang mana?" tanya Gino sambil menunjukan gambar-gambar steak.
"Gue suka..." Cantikha berpikir sejenak
"Kentut." celetuk Kilia, menyambung kata-kata Cantikha. Kilia ngomong dengan santai sambil muter-muter di bangkunya. Membuat Cantikha agak geram.
Setelah memesan menunggu kira-kira 15 menit akhirnya steak lezat sampai ke hadapan mereka bertiga. Mereka langsung menghabiskan semuanya dan Cantikha gak lama langsung minta pulang. Gino mengantar Cantikha dan Kilia lalu akhirnya pulang. Habis makan malam itu Cantikha berantem sama Kilia.
"Ya, udah sih, kan gue ikut doang!" bentak Kilia.
"Ya, lain kali jangan gini caranya!"
"Apaan sih? Lo tuh naksir ya sama dia? Jadi gue ganggu? Gue cuman kayak nyamuk?" tanya Kilia
"Tau ah, pantesan ditinggal Keffa. Kelakukan kayak gini!"
Kilia lalu diam dan mulai menangis. Hatinya sedang luka sekarang diberi garam pula.
"Kalau gitu sekarang, gue yang ninggalin lo." ucap Kilia. Semenjak itu mereka gak mau bertemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Tea
RomanceCinta itu seperti green tea, rasanya pahit tapi ditambahkan ke semua makanan agar terasa lebih lezat. -G Apa cinta rasanya benar seperti itu buat Cantikha?