Lantai yang dingin dan kamar yang gelap, jadi pemandangan Kilia selama seminggu ini. Sudah tujuh hari berlalu, semenjak Keffa memutuskan hubungan mereka. Kilia tahu hal ini pasti akan terjadi, ia sudah menduga dari semenjak pacaran. Tetep aja sedih buat Kilia. Kilia berubah pemurung dan jarang mau makan meskipun dibuatin indomie sama Cantikha.
Kilia ingat persis hari itu. Keffa menghempas Kilia. Keffa bilang dia sayang sama Kilia tapi Keffa menyadari, mereka gak akan pernah bisa bersatu karena agama mereka berbeda. Hari itu Keffa bilang dia harus pergi dan mengikut apa kata orang tua nya. Keffa mau berguru supaya jadi biksu. Keffa terpaksa melakukan ini.
"Kalau memang Tuhan itu ada, dia gak akan diam liat apa yang memang dia ciptakan untuk jadi sepasang malah tercerai berai." ujar Keffa malam itu.
Sebuah kata-kata pengharapan kecil itu nyatanya tetep bikin Kilia sedih. Perasaannya gak tahu lagi mau menyalahkan siapa. Selama seminggu ini juga Keffa gak sama sekali menghubungi Kilia. Padahal janji mereka saat putus adalah, tetap berkomunikasi. Hanya cinta dan janji adalah ampas belaka.
Seminggu lebih bolos kuliah, hari ini Kilia terpaksa masuk karena mau UTS. Dia naik angkot menuju kampus dan duduk di depan. Dia keinget pertemuannya sama Keffa dan membuat dia nangis termehek-mehek.
"Neng, eneng kenapa neng? Astafirullah neng!" si supir angkot panik melihat Kilia tau-tau menangis.
"Sakit tau, Keff!" bisik Kilia ditengah raung tangis nya.
"Apanya yang sakit, neng? Eneng kenapa sih? Waduh bahaya ini anak orang." si supir angkot segera menyuruh semua penumpang lain turun dan ia mengantar Kilia ke rumah sakit.
Angkot tersebut melesat cepat sampai nyaris nabrak. Setelah akhirnya sampai si supir angkot parkir di depan rumah sakit.
"Neng, kuat jalan gak? Perlu digendong?" tanya si supir angkot sambil menggaruk-garuk kumis tipisnya.
Kilia angkat kepala kemudian melihat rumah sakit itu dari jendela angkot. Rumah sakit tempat ia dan Keffa dulu makan pop mie bersama. Tangisan Kilia semakin keras dan semakin membingungkan si supir angkot.
"Ini lama-lama abang ikutan sakit, neng!" ujar si supir angkot sambil terus menggaruk kumisnya. Semakin bingung semakin kencang ia menggaruk.
Setelah kira-kira setengah jam, akhirnya Kilia bisa mengendalikan diri. Entah sudah berapa helai kumis si supir angkot yang rontok. Kilia menghapus air mata nya kemudian menarik nafas.
"Bang, anterin ke kampus dong!"
"Lah, eneng daritadi kenapa nangis sih? Abang kira eneng sakit parah. Ya udah, abang anter." kata si supir angkot.
Kejadian tersebut membuat si supir iba terhadap Kilia dan akhirnya Kilia gak usah membayar ongkos angkot. Si supir mengantar Kilia secara cuma-cuma hingga ke tujuan. Setidaknya sedikit menyemangati Kilia. Dia bisa hemat sedikit. Tapi tetap saja hati nya lesu. Dia bagai manusia tak bernyawa tanpa Keffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Tea
RomanceCinta itu seperti green tea, rasanya pahit tapi ditambahkan ke semua makanan agar terasa lebih lezat. -G Apa cinta rasanya benar seperti itu buat Cantikha?