Setelah Megan keluar, Alain mengambil tempat duduk di samping Angel.
Dia hanya memperhatikan gadis itu dari samping, Angel diam sambil memandang kosong langit-langit kamar rumah sakit, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Al,"
Alain yang sedang melamun langsung tersadar dan kembali menatap Angel yang masih memandang kosong langit-langit.
"Iya?"
"A— aku punya permintaan,"
Alain mengernyit. "Permintaan? apa coba?"
"Tapi kamu janji dulu," pinta Angel.
"Janji apa?"
"Janji kamu bakal laksanain permintaan aku, ya?"
Alain kembali mengernyit, lalu mengangguk kecil. "Hm, oke."
"Aku punya tiga permintaan."
Alain terkekeh lalu tangannya mengambil tangan mungil Angel. "Udah kayak Aladin, deh," mendengar itu, Angel tersenyum kecil.
"Yang pertama, kamu harus selalu senyum, buat aku dan semua orang,"
Alain mengangguk lalu mengecup kecil tangan Angel, entah kenapa jantung Alain berdetak dua kali lebih cepat.
"Kedua, kalo aku pergi kamu nggak boleh sedih." Alain mengeratkan genggamannya saat mendengar ucapan Angel.
"Kamu ngomong apa sih?" kata Alain tidak suka.
"Jangan potong dulu, aku masih ada satu permintaan lagi." protes Angel.
"Yaudah, jangan yang aneh-aneh lagi ngomongnya."
Angel tersenyum dan entah kenapa itu membuat hati Alain terasa sesak dan sakit.
"Yang ketiga, kamu harus bahagia, walau pun nantinya kamu nggak sama aku, kamu harus tetep bahagia."
Alain menggeleng tegas, Angel berucap seolah-olah dia akan pergi meninggalkannya, Alain tidak suka itu. "Kamu ngomong apa sih? Aku mohon Angel, jangan buat aku sedih dengan kamu yang kayak gini!" suara Alain terdengar bergetar, "kamu pasti sembuh, Angel. Kamu denger sendiri 'kan kemarin dokter bilang apa? Dia bilang kondisi kamu membaik, Angel! Kamu bakalan sembuh! Iya 'kan?" lanjut Alain berbicara dengan lirih di akhir kalimatnya.
Angel kembali menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong dan nanar. "Tapi, dokter bukan Tuhan, iya 'kan?" lirih Angel.
Alain tertegun, Angel membalikan perkataannya dan rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dada Alain, sakit dan sesak di saat bersamaan, matanya terasa panas, ada sesuatu yang mendesak keluar di sana.
"Kamu nggak akan ninggalin aku 'kan?" kata Alain dengan suara bergetar.
Angel berbalik, kembali menatap Alain. Kini, Angel yang tertegun menatap Alain yang terlihat menahan tangisnya, wajah Alain memerah, terlebih di bagian hidungnya, napasnya terlihat berat.
Sejujurnya Angel sangat ingin menangis, terlebih saat melihat Alain yang bersedih, karenanya.
Tapi, menurut Angel menangis itu tidak ada gunanya.
Toh, kalau dia menangis, semuanya tidak akan kembali seperti semula, jadi untuk apa menangis?
"Al,"
"Kamu nggak akan ninggalin aku 'kan?" tanya Alain sekali lagi, tapi dengan suara yang lebih lirih.
"A— aku nggak tahu, Al."
Alain mengangkat kepalanya, tepat saat matanya bertemu dengan mata Angel, cairan bening itu berhasil lolos.
"Al, ka—"
"Please, jangan tinggalin aku." semakin lama, semakin banyak air mata yang keluar dari mata hazel milik Alain.
Katakanlah Alain lemah, tapi siapa yang sanggup melihat seseorang yang dicintai terbaring lemah seolah-olah tidak ada lagi harapan hidup?
Alain tidak sanggup, sudah cukup selama ini dia menahan semuanya, biarlah kali ini air mata yang mewakili semua kata-kata yang tidak sanggup diucapkan oleh Alain.
"Hey, sejak kapan seorang Alain-nya aku jadi cengeng gini?" tangan Angel yang tidak digenggam Alain terangkat lalu mengelus kepala Alain dengan sayang.
Bukannya berhenti, tangis Alain semakin terdengar memilukan.
Tangan Angel turun ke wajah Alain lalu perlahan Angel menghapus air mata yang mengalir di sana.
"Sini deh, baring di samping aku." Angel mengisyaratkan pada Alain agar Alain berbaring di sampingnya.
Brankar tempat Angel berbaring memang cukup untuk dua orang. Karena ruangan yang Angel gunakan adalah ruangan VVIP.
Perlahan, Alain naik ke atas brankar lalu dia berbaring menghadap Angel. Angel tersenyum lalu menarik Alain ke dalam pelukan hangatnya.
Alain meletakan dagunya di atas kepala Angel, dia menutup matanya, melepaskan air yang menggenang di pelupuk matanya.
Angel hanya bisa tersenyum pahit sambil berusaha merengkuh tubuh Alain yang terlihat ringkih.
Cukup lama dengan posisi seperti itu, akhirnya Alain meregangkan pelukannya lalu menatap wajah Angel.
Angel kembali tersenyum. Tapi efeknya masih sama untuk Alain, sesak dan sakit.
"Al." panggil Angel.
"Hm,"
"Jangan lupain aku ya." kata Angel pelan.
Alain mengernyit heran. "Aku nggak akan pernah lupain kamu, kok."
Angel kembali tersenyum. "Al,"
"Iya?"
"Aku capek, aku bobo dulu, ya." lirih Angel.
Tanpa menunggu jawaban Alain, Angel menutup matanya perlahan, jantung Alain berdetak dengan sangat cepat, dia tidak berkedip sama sekali saat Angel mulai menutup matanya hingga akhirnya mata itu tertutup dengan sempurna.
Alain melepaskan tangannya dari pinggang Angel secara perlahan. Dengan gemetar jari telunjuk Alain terangkat ke arah bawah hidung Angel.
Sesaat kemudian, Alain menghela napas lega.
Angel tertidur.
Hanya tertidur.
Alain memajukan wajahnya lalu mengecup kening Angel. "Sleep tight my Angel. I love you so much." bisiknya.
Setelah itu, Alain turun dari brankar Angel secara perlahan, lalu dia berjalan keluar kamar.
***
[A/N] Too much drama here! Jangan pada baper ye.
Tinggalkan vote dan comment kalian ya ❤
Beberapa part menuju ending~

KAMU SEDANG MEMBACA
Back At One [TAMAT]
Teen FictionPernah dengar kalimat; "Seorang perempuan pandai menyembunyikan luka di balik senyuman" 'kan? Tidak yang banyak tahu, berapa banyak topeng yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi apa yang ingin ditutupi. Di sini ada Angel, seorang gadi...